Prolog

34 11 2
                                    

"makasih, ya. Kalau gak ada kamu, aku gak tau mau cerita sama siapa lagi. Makasih ya, udah selalu ada, you are my best friend."

Best friend? Yap, kalau bukan karena kalimat itu mungkin aku udah lama nembak kamu, Ra. Dua kata sederhana namun sudah cukup untuk menjadi batas diantara kita yang membuat aku selalu ragu untuk melewatinya. Dua kata itu juga yang membuat aku kembali memendam dalam-dalam perasaan yang kupunya untukmu. Sehingga patah hati, barangkali adalah hal yang harus kuakrabi.

Bukan karena aku pengecut, bukan karena aku tidak mau berjuang. Hanya saja, aku tidak mau merusak apa yang sudah ada. Aku tidak mau menciptakan boomerang yang mana pada akhirnya akan menghancurkan diriku sendiri. Menciptakan bom waktu yang kapan saja bisa meledak dan menghancurkan kita berdua. Mungkin memang benar kata fiersa besari, 'bahwa beberapa rasa memang harus dibiarkan menjadi rahasia. Bukan untuk diutarakan, hanya untuk disyukuri keberadaannya.'

Aku mencoba berdamai dengan dua kata itu. Bahwa diantara kita yang ada hanya persahabatan, tidak akan pernah lebih. Bahwa aku harus terbiasa untuk mendengar ceritamu, tentang bahagiamu yang kau temukan pada laki-laki yang itu bukan aku. Tapi gapapa, setidaknya aku juga terlibat disana walaupun sebatas pendengar setiamu.

Maka demi menjaga persahabatan kita, aku memilih memendam dalam-dalam semua perasaan yang ku punya untukmu.

Tapi sekuat apapun aku berusaha untuk menghapus perasaan tersebut, aku tidak pernah bisa karena itu benar-benar di luar kendaliku. Semua usaha yang sudah aku lakukan hanya berujung pada kegagalan. Sebab batas yang kau buat diantara kita semakin jauh, dinding yang kau ciptakan untukku telah semakin tinggi, melawannya hanya akan membuatku lelah.

Tapi terkadang kau juga membuat ku ragu, Ra. Sebenarnya kita ini apa? Jika hanya sahabat rasanya tak perlu berlebihan seperti dua orang yang sedang dijatuhi cinta. Tapi setiap kali aku mau membuat nya terang, lagi-lagi batas yang kau ciptakan itu kembali menjadi penghalang. Kadang aku berfikir, apakah kita ini benar dua insan yang sedang dijatuhi cinta? Atau hanya aku yang demikian???
.
.
.
.
.

Para pembaca yang budiman, jika kalian suka dengan cerita ini, mohon berikan dukungannya dengan cara vote dan komen, ya!!!
Biar penulis semangat untuk update chapter berikutnya.

Serupa Senja, Kita pun TenggelamWhere stories live. Discover now