4

79 16 14
                                    


˚‧。⋆🌻⋆。‧˚

Jakarta, 4 tahun lalu...

"Sen, jangan balik duluan. Abang lu, si Kopral udah marah-marah di grup." Juan, ketua angkatan mereka menahan Seno yang sudah bersiap dengan tasnya.

"Gue nanti balik lagi, kok. Mau ke kosan Keira sebentar." respon Seno.

Satya sontak memasang wajah usilnya. "Cieee... penting nih, Keira soalnya."

"Keira sakit, Sat. Gue cuma mau nganter makanan." ucap Seno sembari mengenakan jaketnya. "Dah, ya."

Pintu ruang sekretariat himpunan tertutup. Semua mata berpandangan.

"Anjir. Tuh orang gamau ngaku!" cetus Jeka begitu Seno keluar. "Padahal keliatan banget gak sih? Dikit-dikit Keira, nanti Keira lagi, haha."

"Iya haha... gue kira gue doang yang ngerasa, kalo Seno demen sama Keira." Riki menimpali.

Diantara perbincangan asyik para mahasiswa di ruang himpunan... Karisma tiba-tiba terkekeh. Ia yang semenjak tadi terfokus dengan laptopnya tiba-tiba berceletuk.

"Tapi... kalo gue sih gak yakin." ucapnya sambil tersenyum tipis.

Semua mata memandang ke arah Karisma.

"Gimana maksudnya, Ris?" Satya penasaran.

Karisma mengalihkan pandangannya sebentar dari laptopnya. "Gue gak tau ya.... tapi ini gosip dari anak-anak cewek kelas gue."

".... Katanya Seno homo?"

Satu ruangan hening. Juan memijat pelipisnya sambil menghela nafas panjang

"Ris, lu yang bener aja kalo ngomong." Juan memasang wajah kesal.

"Gue serius." Karisma mengacungkan dua jarinya. "Gue bisa panggil saksinya langsung, ada yang liat Seno bawa make up di tasnya."

Riki mencolek Jaya sambil berkelakar. "Itu mah jangan-jangan dia emang nyolong dari mesjid kampus."

"Hikhikhi...." Jaya menahan tawanya. "Buat dijual lagi di ol*."

Tapi Jeka menunjukkan reaksi yang berbeda. Ia terlihat kaget bukan kepalang. Air wajahnya berubah masam.

"Anjing?"Jeka sontak berdiri.

Semua mata memandang Jeka yang barusan mengumpat.

"... Kalo itu bener, POKOKNYA GUE GAK MAU SATU DIVISI SAMA DIA!" jarinya mengacung ke seluruh penjuru ruangan.

"Jek.. Tenang, Jek." Satya mendekat.

"Ju, kalau lo gak pindahin gue ke divisi lain, gua sendiri yang bakal pindah!" Jeka menunjuk Juan tepat di wajahnya.

Juan memegang pundak Jeka. "Jek, jangan tolol. Pameran kita ini udah setengah jalan."

"Ya! Tapi-"

".... Terserah lo, Jek, kalau mau kerja di divisi lain. Tapi gue dan Satya gak akan masukin nama lo di LPJ!" Juan balas menunjuk Jeka tepat di wajahnya. Badannya yang lebih pendek dari Jeka itu tak gentar.

Satya si ketua pameran hanya diam. Ia jujur takut dengan situasi dimana Juan sudah marah. Dan di titik ini... ia juga setuju dengan Juan. Satya tidak ingin seluruh jobdesk yang sudah dibagi rata per divisi tidak terlaksana dengan optimal karena adanya pengurangan atau peralihan anggota.

Hey Stupid, I Love You! | Kim SunooDonde viven las historias. Descúbrelo ahora