˖𔓕 𝟎𝟗. ›

4.2K 548 76
                                    

𝆹𝅥

𝆹𝅥

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.





"Lepaskan tanganmu dari [Name]." tegas Orter sambil menyipitkan bola matanya, memandangi Lance dengan tatapan bengis. Pemuda bersurai cokelat itu berusaha menarik lengan [Name] agar tak lepas dari sisinya.

"Kenapa tak kau saja yang melepasnya?" balas Lance sambil meninggikan dagunya. Ia menatap Orter tak kalah sinis, membuat dahi nya mengernyit kuat saking kesalnya.

"[Name] bersamaku sejak awal, jadi lepaskan dia dan enyah dari sini."

"Tak bisa. Aku butuh dia."

[Name] menaikkan satu alis matanya, gadis bermanik biru itu menunduk melihat lengannya yang digenggam kuat oleh Orter. Kemudian menoleh lagi melihat pundaknya yang dicegat sama kuatnya oleh Lance. [Name] mendengus kecil, lalu tersenyum sambil melirik kedua pria itu secara bergantian.

"Hm.. apa aku diperebutkan? Apa aku harus memilih?"

Lance memajukan langkah. "Ikut denganku." pintanya, sekali lagi menarik pundak [Name] sedikit kencang.

[Name] menoleh melihat Lance, dia tampak berpikir sejenak—menimbang-nimbang permintaan yang tak biasa dari pria siscon itu. "Biasanya kau selalu marah kalau aku bersamamu." ucapnya, lalu tersenyum.

"Ikut denganku dan jalani hukumanmu."

[Name] mengerutkan kening. "Hukuman? Hukuman apa?"

"Kau menghancurkan meja dan kursi di kelas." jawab Lance berbohong.

"Oh, ya ampun. Kurasa kau salah orang, siscon-kun. Aku keluar kelas saat jam istirahat. Kau melihatnya sendiri."

"Ya, aku melihatnya sendiri." kata Lance, perlahan mengeluarkan tongkat sihir dari jubahnya. "Sebelum keluar kelas, kau menghacurkan semuanya."

"Tolong jangan fitnah aku lebih dari itu."

Lance diam. Dia melonggarkan cengkeramannya dari pundak [Name], membuat gadis itu sedikit terkejut. Kemudian, Lance beralih mengangkat tongkat kayu nya tinggi-tinggi—dan dengan cepat, dia langsung mengarahkannya pada [Name].

"Graviole!"

"Apa—AAAH!"

Sekali lagi, [Name] melayang dari tempatnya, membuat genggaman Orter jadi lepas begitu saja. Gadis itu terbang ke sisi Lance, yang langsung di tangkap oleh sang pemilik sihir.

Orter mendelik tajam, menggertakkan giginya dengan kuat. Begitu tau teman masa kecilnya dicuri dari nya, emosi Orter langsung keluar meluap-luap. Dia memajukan langkah, memasang raut kelam di wajahnya. "Kubunuh kau."

"Orter, aku baik-baik saja. Jadi tenangkan dirimu."

Pemuda bersurai cokelat itu tak mendengarkan sama sekali. Dia tetap maju dengan amarah yang memuncak, mengeluarkan tongkat sihir miliknya. "Sands Compression!"

Sekumpulan pasir yang tak terhitung jumlahnya perlahan menyatu menjadi sebuah tombak besar yang runcing, yang kemudian meluncur cepat ke arah Lance.

Namun, sebelum pasir mematikan milik Orter mengenai tepat ke arahnya, Lance sudah lebih dulu menghilang menggunakan sihir teleportasi dan membawa [Name] bersamanya.




.




Tep

Lance berteleportasi jauh di belakang asrama, dia menoleh ke sekelilingnya untuk memastikan bahwa Orter tak mengikutinya sampai kesana. Setelah merasa aman dan tak mendapat tanda-tanda yang janggal, pemuda bersurai biru itu akhirnya bisa bernapas lega.

"Ne." [Name] menepuk pundak Lance dengan pelan. "Turunkan aku." ucapnya.

Lance menoleh, seakan tak peduli dengan permintaan [Name], dia malah asyik berjalan gontai sambil menggendong gadis itu di pangkuannya.

[Name] menghela napas panjang. "Sebaiknya kau jangan gegabah di depan Orter. Dia kuat."

"Aku tak peduli."

"Dia mungkin benar-benar akan membunuhmu."

"Aku tidak takut."

"Oh, kau harus takut." ucap [Name], mengulas senyum di wajah. "Dia benar-benar tampan kalau sedang marah. Ck, imut sekali." gumamnya.

Mendengar itu, Lance langsung memberhentikan langkahnya, kemudian beralih menatap [Name] sedikit tak suka. "Kau, tak bisakah kau hanya melihat pada satu orang saja?"

[Name] memiringkan kepalanya, berkedip bingung. "Apa maksudmu?"

Lance mendengus kesal. Perlahan, dia menurunkan [Name] dengan hati-hati. Detik selanjutnya, pria bersurai biru itu langsung mendorong [Name] ke sudut tembok. Memojokkannya agar tak kabur kemana-mana.

"Aku." Lance mencondongkan tubuhnya lebih dekat, membuat jarak diantara mereka semakin menipis. Napasnya naik turun. "Hanya lihat aku, seperti yang selalu kau lakukan dulu."

[Name] mengerjapkan matanya beberapa kali. Setelah mencerna kalimat terakhir dari Lance, akhirnya gadis itu mengerti alasan pria siscon ini berperilaku aneh sejak tadi. Dia melebarkan senyumnya, lalu tertawa kecil.

"Penyakit siscon-mu... sudah sembuh, ya?"







𝆹𝅥






Affakah Lance sudah sembuh total?
Sapa mau nambuh? Besok chii free 😽😽

Affakah Lance sudah sembuh total?Sapa mau nambuh? Besok chii free 😽😽

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 27 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

siscon ; lance crownWhere stories live. Discover now