4. jisung.

482 55 2
                                    

-----------°°°----------

Polisi telah membawa korban tadi. Sedangkan jisung menolak untuk di bawa, alhasil ia masih bersama mark dan haechan.

Kini mereka berada di tempat yang lumayan ramai. Mereka duduk di depan cafe. Anak itu masih pucat dan bergetar. Haechan dengan sabar mengelus punggung anak itu.

"Kau sudah baik-baik saja oke? Lihat, disini sudah ada ramai orang-orang. Kau aman disini bersamaku dan dia."

"A-aku takut- p-pembunuhan itu- pembunuhan itu menewaskan bibi ku."

Haechan menatap mark begitu juga sebaliknya. Ternyata anak itu trauma dengan pembunuhan karna bibi nya pun yang menjadi korban pembunuhan berantai ini.

Mark mengusap bahu anak itu. Anak itu mendongak menatap mark.

"Bersabarlah, pembunuhan ini akan segera berhenti. Pelakunya pasti tertangkap."

Haechan memperhatikan pakaian anak itu. Ia masih menggunakan seragam SMA dan membawa tas di pundaknya.

"Kau habis dari mana? Kenapa pulang larut malam begini?"

"Aku baru pulang dari bekerja."

"Kau bekerja? Kemana orang tuamu?"

"Mereka sudah tiada." Jawabnya lirih.

Mark dan haechan menatap anak itu iba. Di umurnya yang seharusnya bermain dan belajar itu harus bekerja untik membiayai hidupnya.

"Karna pembunuhan di kota ini?"

Anak itu menggeleng. Kemudian tersenyum miris.

"Mereka di b-bunuh saat aku kecil, bahkan pamanku yang membunuh itu sebabnya aku begitu trauma dengan pembunuhan."

"Dan t-tadi aku hampir saja terbunuh."

***

Mark dan haechan memilih makan terlebih dahulu di salah satu cafe di sana. Mereka juga mengajak anak itu karna katanya ia belum makan sedari siang. Haechan yang tak tega pun menyeret anak itu masuk ke dalam cafe untuk makan bersama.

"Oh iya, siapa nama mu?" Tanya haechan. Ia lupa untuk bertanya namanya dan baru ingat sekarang.

"Park jisung." Jawabnya sambil tersenyum tipis.

Haechan mengangguk anggukan kepalanya sambil mengunyah. Karna Haechan masih mengunyah, maka Mark yang menjawab.

"Aku Mark dan dia haechan."

"Kalian pasangan?"

"Uhuk."

Haechan tersedak makannannya, sedangkan Mark terkejut. Haechan menggeleng panik.

"Tidak, tidak, kita bukan pasangan. Kita partner- maksudku teman."

Jisung mengangguk paham. "Terimakasih sudah mengajakku makan enak." Ia tersenyum tulus.

Haechan mengusak gemas rambut jisung. "Sama-sama, ayo makan yang banyak."

Mark tersenyum melihat interaksi haechan dan jisung. Ternyata haechan orang yang ramah dan murah senyum. Mark juga sering mendengar di tempat kerjanya bahwa haechan adalah orang yang berisik dan cerewet namun dia cerdik dan licik.

Partner [Markhyuck]Where stories live. Discover now