Bab 12

208 10 0
                                    

12. Ditilang

Pagi ini, Raka sudah bersiap untuk pergi patroli di jalan pertigaan dekat perumahan. Karena disana, banyak sekali anak sekolah yang melanggar peraturan berkendara. Tak jarang juga, para orang tua yang menganggap hal itu sepele. Padahal, keselamatan nomor satu. Walaupun, jarak tempuh bisa dibilang dekat.

Setelah mengantar Zayyan ke sekolahnya. Ia harus memberikan adik keduanya, Zahira kepada perawat yang sudah lama bekerja. Mengapa? Zahira adalah anak spesial. Sejak kecil, gadis berusia delapan belas tahun itu sudah berbeda dari anak sesuainya.

Jika di ingat masa lampau saat terjadi kecelakaan itu, membuat Raka menyesal dan sedih. Ah sudahlah, semua telah berlalu. Nikmati yang sudah di berikan. Inilah takdir keluarga, dan adiknya.

Di temani sang Bunda yang juga akan bekerja mencari pedagang kaki lima yang berjualan di sembarang tempat. Apalagi, para pengamen yang menjadikan lalu lintas sebagai pilihan yang salah. Tak tega tentu saja, namun apa boleh buat. Sudah menjadi tugasnya.

"Dadah, Zahira! Nanti Abang beliin waffel rasa coklat." Raka melambaikan tangannya ke udara. Melihat ke arah adiknya yang hanya menatap tak mengerti. Tak urung, ia tersenyum simpul.

Hanya membutuhkan waktu lima belas menit, Raka telah sampai. Usai memarkirkan mobilnya, ia berjalan santai ke arah pos polisi yang berada di pinggiran jalan.

Raka menyalami semua rekan kerjanya ala pria. "Udah lama gue gak dinas bareng lo, Rak." Ucap seseorang berambut botak dengan segelas susu di genggamannya.

Raka hanya mengangguk dan tersenyum ala kadarnya. Pandangannya beralih pada temannya yang lain sudah berada di lampu lalu lintas. Banyak sekali anak sekolahan tertahan tanpa helm. Haduh, bagaimana ini!

Ia berjalan sedikit berlari menuju tempat tersebut. Tak lupa, topi polisi seperti pada umumnya.

"Gak bisa dek! Tolong telefon orang tuanya sekarang juga. Saya gak akan izinin kamu pergi ke sekolah tanpa helm begini. Bahaya!"

Raka menoel pinggang Farel yang sedang memukul-mukul stang motor emosi. "Sabar! Gak enak diliat orang tuh."

"Oke, yang lainnya tolong taruh motornya terlebih dahulu di parkiran dekat pos. Lalu, mulai proses di sana. Disini, hanya membuat macet pengendara lain saja."

Semua hanya mengangguk patuh tanpa perlawanan. Terkecuali, anak sekolah menengah pertama tersebut yang masih coba mengelak dan ingin melarikan diri. Raka memanggil satu rekannya untuk membantu Farel.

Saat ingin kembali ke pos, ia melihat anak sekolah dasar yang ingin menyebrang jalan secara tiba-tiba tanpa melihat kiri kanan. Dengan gerakan cepat, Raka mencoba untuk menangkap tubuh kecil anak itu.

Tepat sekali! Raka menangkapnya dan membawa ke pinggiran jalan. Satu buah mobil hampir saja menabraknya dengan kecepatan tinggi. Tanpa aba-aba, Raka mendekati. Selagi sang pengendara, masih mengerem.

"Lain kali hati-hati ya, banyak kendaraan besar disini--"

"Tyona!"

Seorang wanita paruh baya menghampiri anak sekolah dasar tersebut dengan wajah yang sangat khawatir. Sudah di tebak, jika ia adalah Ibunya.

Raka menggeleng kepalanya tak habis fikir, "Tolong perhatikan lebih teliti lagi anaknya Bu. Ini jalan raya, bahaya!"

Tanpa menunggu jawaban, Raka berjalan menuju mobil pelaku. Mengetuk kaca pintu kemudi berkali-kali. Cukup lama untuk membukanya, dan akhirnya terbuka.

"Kenapa? Mau marah sama gue karena mau nabrak anak kecil itu? Dia yang salah ya bego!"

Belum juga Raka sempat berucap. Gadis nakal di hadapannya sudah mengeluarkan semprotan berupa kalimat-kalimat yang membuatnya harus mengelus dada.

"Tapi kamu tetep salah karena sudah mengemudi dengan kecepatan di atas dua puluh kilometer perjam." Jelas, Raka. Berusaha sabar menghadapi, Alesya.

"Heh! Lo gak liat, tadi dia sendiri yang lewat. Udah tau gue buru-buru karena kerjaan deadline. Dia malah bikin malapetaka sendiri. Ya bukan salah gue lah."

Alesya bersedekap dada. Tatapannya mengunus ke arah depan. Mungkin, dia malas untuk melihat wajah Raka.

"Keluar dari mobil. Kamu saya tilang!"

Alesya membuka mulutnya tak percaya, "Maksud lo apa?! Gue lagi buru-buru ya! Ini menyangkut masa depan gue."

"Saya bisa kasih masa depan untuk kamu."

Alesya kalah! Ia memalingkan wajah. Raka yakin, gadis itu sedang bulshing! Diam-diam, ia tertawa jahat dalam hatinya. Ternyata, semudah itu untuk membuat Alesya membisu.

"Gue-- Gue lagi serius ya! Plis deh, gue gak ada waktu buat ini semua. Tolong lah, gue ada kerjaan deadline."

"Tidak bisa."

"Sialan ya lo! Gak ada rasa pedulinya sama gue."

"Adanya rasa cinta."

Alesya melempar sandal rumahannya tepat pada wajah Raka. Tak tanggung-tanggung, kekuatannya melebihi muatan truk jika ditimbang.

Raka berhasil mengambil kunci mobil Alesya. Membuka pintunya, dan menarik paksa untuk segera keluar. Sebelum terkena amukan lebih jauh.

Ia menyuruh Farel memindahkan mobil Alesya ke parkiran. Sedangkan sang pemilik, masih mencoba untuk melarikan diri. Dengan cara, mengigit lengan Raka. Sakit sih, tapi hanya seperti cakaran kucing kecil.

"Diem disini."

"Raka! Lo jahat sama gue."

***

Segitu dulu ya...

Bisa gak, tembus ke 1rb pembaca dalam waktu satu bulan😌 semoga aja!

See you, besok✨

Love You Ex! [ ON GOING ] Where stories live. Discover now