10- Melindungi.

20 27 0
                                    

“Sudah sepantasnya menjaga sesuatu yang harus di jaga.”

🪷🪷🪷

Reno menyusuri ruangan pesta dengan cepat, matanya mencari wajah Rose di antara kerumunan tamu yang meriah. Sesekali, dia bertanya-tanya di mana Rose bisa berada, mengingat bahwa dia adalah pasangannya dan seharusnya berada di sisinya saat acara ini.

Pertanyaan mulai menghantuinya ketika dia tidak dapat menemukan Rose di dekatnya. Kekhawatirannya tumbuh saat dia bertanya pada teman-temannya, dan mereka tidak tahu di mana Rose berada.

Reno berusaha untuk tetap tenang, berharap bahwa Rose hanya pergi sebentar dan akan kembali. Dalam pencarian paniknya, Reno memeriksa berbagai sudut dan ruangan di sekitar tempat acara. Ponselnya bergetar di saku, dan dia langsung mengeluarkannya, berharap itu adalah pesan dari Rose. Namun, pesan itu berasal dari salah satu temannya yang bertanya-tanya di mana Rose.

Reno merasa kegelisahan merayapi dirinya.

Dia merenung, mencoba mengingat apakah ada sesuatu yang mungkin membuat Rose pergi begitu saja. Kekhawatiran dan pertanyaan tak terjawab membuat hatinya berdegup lebih cepat.

“ROSE!”

Reno berlari menghampiri Rose, matanya penuh kekhawatiran saat ia melihat istrinya tersembunyi di sudut yang sepi.

“Rose, berhenti! Tangan kamu berdarah nanti!” desis Reno dengan suara penuh kekhawatiran.

Tidak peduli.

Rose tidak peduli.

Reno melihat tangan istrinya sudah berlumuran darah. Reno berusaha menghentikan gerakan Rose saat dia mencoba menyiksa dirinya sendiri dengan cara merusak kulit tangannya. Dia menangkap tangan Rose dan melihat ke dalam mata istrinya yang penuh dengan rasa sakit.

Rose menangis, membiarkan dirinya hancur di pelukan Reno. dalam diam, Reno mencoba memahami betapa sulitnya keadaan Rose saat ini.

Tubuhnya gemetaran, dia tidak sanggup emnahan isak tangis juga goncangan emosinya. Rose mengangkat kepala, matanya memperlihatkan kebingungan dan kecemasan. Rose mencoba menahan air matanya yang sudah mengancam keluar.

“Aku … aku nggak tahan. Semuanya berantakan, sakit …” ucapnya dengan suara lirih juga pilu.

Reno merasa kebingungan dan cemas melihat kondisi Rose yang semakin buruk. Dia memutuskan untuk memutuskan untuk pulang lebih awal.

Setelah beberapa saat, suasana di antara Reno dan Rose mulai sedikit lebih tenang. Gadis itu mulai menyadari kehadiran Reno dan mencoba meredakan dirinya sendiri.

“No …”

Reno mengangguk, memberikan isyarat bahwa dia siap mendengarkan apa pun yang ingin dibicarakan Rose.

“Gimana seharusnya hubungan orangtua dan anak?” tanya Rose dengan wajah yang mencerminkan kebingungan dan keingintahuan.

Reno merenung sejenak sebelum memberikan jawaban, “Hubungan orangtua dan anak itu sangat kompleks, sayang. Seharusnya penuh cinta, pengertian, dan dukungan. Orangtua harusnya jadi tempat perlindungan dan pelukan buat anak-anak mereka. Tapi, setiap keluarga pasti punya perubahan sendiri, dan nggak selalu mudah.”

Rose mendengarkan, ekspresinya mencerminkan rasa ingin tahu yang mendalam.

Dia memandang Reno dengan mata penuh harap.

“Yang penting, komunikasi terbuka dan saling pengertian. Anak-anak harus merasa nyaman buat ngobrol sama orangtua mereka, tentang perasaan dan masalah mereka. Rose … kamu hebat buat sampai di titik ini, kayak yang aku bilang sebelumnya, kalau setiap keluarga pasti punya perubahan, dan itu nggak sellau mudah, sayang. Ada saatnya kamu mereka perhatian ke kamu, ada saatnya juga keluarga itu nggak utuh, pertengkaran, rumah yang nggak pernah sepi dari perebatan. Itu nggak mudah, tapi kamu bisa tetap hidup d tahap ini, aku bersyukur sama keberadaan kamu di deket aku,”

Rumah KeduaWhere stories live. Discover now