32. Serupa tapi tak sama

10 1 0
                                    


"Anya," gadis cantik itu menoleh, "hm? Apaan?" tanyanya.

Elvan terkekeh merasa lucu dengan suaranya, lantas kemudian menggelengkan kepala sebagai jawaban. Anya yang tak terima justru berhenti berjalan, dan memaksa Elvan bicara melalui tatapan matanya. Kemudian anak laki-laki itu mengetik sesuatu di ponselnya.

"Aku hanya melihat semakin hari calon istriku semakin cantik saja"

"Apa, sih kamu gombalnya ya Allah!" Anya menggeplak lengan laki-laki itu gemas. Elvan sendiri tersenyum manis karenanya. Dia tidak berbohong untuk mengada-ngada kok, toh Papa Anya juga setuju dengan pernikahan mereka asalkan sesuai syariat dan aturan yang ada.

"Kenapa deh, padahal Papa kamu bilang. Beliau akan sangat suka jika aku yang menjadi menantunya"

"ELVAN! UDAHAN AH!!!" wajahnya sekarang merah padam. Anya benar-benar malu terus digoda seperti itu. Memang cara gombalin Elvan sangat berbeda dengan mantan pacar atau cowok lain.

"Levelnya udah lebih dari mantan aku, udah iya aku nikahin kamu juga sekarang kalau gini terus!" katanya kesal.

"Mantan kamu...?"

"Ey, jangan begitu aku cuman keinget sekilas aja agak mirip kamu soalnya"

"Oh begitu"

Respon yang seperti itu benar-benar membuat suasana jadi canggung. Anya merasa tak enak hati padanya.

"Dia udah nggak ada kok El, tabrakan sama selingkuhannya tau makanya aku mau marah tapi sedih juga. Pokoknya kayak gitu deh, yang jelas saat aku putusin dia, selingkuhannya ngajak balikan karena mereka dulu mantan dan ada kabar mereka tabrakan"

"Meninggal di tempat...?" Elvan menggunakan tangannya lagi tanpa bantuan ponsel. Anya menganggukkan kepala sebagai tanda bahwa itu benar.

"Ya, aku nggak bisa nyalahin selingkuhannya karena mereka nerobos lampu merah"

"Apa kamu menangis saat kepergiannya?"

Anya tertohok, seakan petir menyambar di siang bolong. Elvan memang peka, tapi kenapa tebakannya tidak pernah meleset? Anehnya lagi, dia merasa tidak boleh menceritakan masa lalunya lebih jauh pada sang kekasih hatinya saat ini. Tentu saja, jawabannya adalah karena ia masih punya hati nurani untuk menjaga hati Elvan yang sangat lembut.

"Ah, nggak usah tau deh kamu pokoknya sekarang kita masuk dulu ganti baju. Tuh liat nggak kasian apa sama si Hendra? Dari tadi itu anak berdiri terus di depan jendela!"

Elvan mengikuti langkah Anya yang menuntunnya kembali, namun matanya tertuju pada jendela yang barusan ditunjuk oleh gadisnya itu. Tanpa suara, Elvan terkekeh geli melihat pemandangan di sana. Benar-benar Hendra yang dia kenal, lawaknya bukan main. Anak itu menempelkan wajahnya sampai hidung mancungnya tertekan, sembari merintih seakan-akan telah ditinggalkan seseorang. Padahal, sudah hal lumrah jika dia menemukan keunikan Hendra di manapun dan kapanpun, tapi sekarang terasa seperti tidak pas saja dengan situasinya.

ʚෆෆෆɞ

Kalau dibilang lebay, mungkin tidak. Karena Hendra itu memang anak yang agak "spesial", lagi pula siapa sangka kalau Elvan juga termasuk ke dalam kategori spesial seperti Hendra. Dia sedang membicarakan alien, setelah berganti pakaian dan Anya yang tengah membantu mengeringkan rambut lelaki itu. Jangan salah paham-Elvan tak pernah meminta-Anya sendiri yang menawarkan diri padanya. Sebab dia gregetan lihat surai hitam milik lelakinya berantakan serta basah, meskipun terkesan sangat seksi di mata Anya. Tapi, tunggu apa tadi? Lelakinya (?) entahlah suka-suka dia.

"Eh, tapi alien kan belum ketemu. Terus kalau emang ada keberadaannya, bisa jadi nggak, sih kalau NASA nyembunyiin itu dari kita" spekulasi yang bagus Hendra.

Lirih [Park Jisung] || NCT DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang