CHAPTER III

53 8 1
                                    

BESーBatavia Elemental School, terletak di pertengahan antara Batavia Api dan Bumi, memiliki status sebagai sekolah paling elite di seluruh Batavia karena fasilitas dan layanan pendidikannya membuahkan hasil generasi terpercaya akan keterampilan di setiap jurusan. Ekonomi, teknik, militer, dan psikologi, juga terdapat jurusan yang dapat membangun jiwa seni berkembang, mau itu jurusan musik, seni rupa, atau olahraga.

Nyatanya BES adalah salah satu sekolah terunggul dari lima sekolah lain yang berada di masing-masing Batavia.

Apalagi, sekolah yang berada di Batavia Air, Aqua Elementary SchoolーAES. Jika BES merupakan sekolah terelite, maka AES lah yang terfavorit, tetapi tidak bisa diakses oleh semua orang alias, hanya warga Batavia Air dan para anak bangsawan saja yang bisa masuk ke sekolah itu.

***

Aku bisa melihat perbedaan aura antara murid BES dengan lainnya. Lima sekolah lain juga mengikuti studi tour ini. Tidak heran mereka menyebutnya studi tour terbesar di tahun pendidikan Batavia, karena semua sekolah dari masing-masing wilayah menjadi satu untuk mengunjungi tempat ini. Jika Batavia Air tidak mengajukan hal ini, mungkin tidak akan terjadi.

Mataku menangkap sebuah gelembung. Hanya saja gelembung itu begitu besar seperti atap studion, mengelilingi sebuah kota luas dengan gedung tinggi di dasar air. Tidak dapat dipercaya. pikirku, menatap lekat hingga hidungku menyentuh permukaan kaca jendela gerbong.

"Wow! Lihat itu!"

Cyra berseru hingga menyeruduk daguku saat dia mendesakku menyingkir dari jendela. Aku menatapnya dengan mata menyipit, mengusap dagu dengan punggung tangan. Blaise dengan santai duduk bersandar di bangku, menyilangkan kaki, kedua tangannya menyilang di depan dada. Senyumannya tidak luntur saat menyaksikan kota para duyung itu. Sedangkan Drake juga terlihat sama-sama terkagum dan penasaran dengan apa yang ada di dalam, meski dia tetap bersikap tenang.

"Apa karena itu mereka betah di rumah? Maksudku, mereka tidak pernah muncul ke permukaan. Kawasan mereka saja terlihat seperti surga!"

Tidak heran. Kereta baru saja melewati terowongan transparan dengan pemandangan dalam laut yang begitu indah dan biru, sekarang di terowongan terakhir mulai terlihat kami memasuki sebuah terowongan gelap, bukan lagi transparan seperti kaca. Terowongan penghubung antara seluruh Batavia untuk pergi ke Batavia Air, terdapat 3 terowongan utama dan itu hanya bisa diakses oleh kolega Batavia Air.

Batavia Api tidak diizinkan.

Mataku menyipit saat tiba-tiba saja cahaya muncul di ujung terowongan. Kedip-kedipan cahaya menyilaukan mataku hingga memutuskan untuk mengalihkan pandangan. Tangan Blaise sampai terulur, menutupi wajahku dari jendela itu.

Flash kamera, itu yang kusebut, sampai-sampai mataku memincing tajam saat melihat kumpulan sosok dengan wajah rupawan, berseragam, bersirip warna-warni, memiliki telinga cukup panjang seperti elf tetapi bergerigi seperti insang ikan.

Semua orang bergerak ke jendela, mata mereka berbinar melihat ras terkenal di seluruh dunia. Aku menyilangkan tanganku di depan dada, tersenyum miring mengejek, "Oh, kukira mereka telanjang dada."

"Apa yang kau pikirkan, hm?" Blaise dengan cepat membalasku dengan wajah suram dan senyuman penuh gemas. Aku mengedikkan bahu, "Aku mengumpati mereka."

Terompet berbunyi nyaring berbunyi saat gerbong satu mulai memasuki wilayah. Para duyung wartawan itu berenang menjauh, berpencar cepat seperti hendak mencari jalan tercepat menuju ke tempat kami tuju. Sedangkan aku terpaku saat kereta melewati permukaan gelembung itu. Kota atlantis, mereka menyebutnya Surga Lautan, itu benar adanya.

Gedung tinggi diantara air laut yang biru memantulkan aurora laut, cahaya dari lampu dalam gedung terpancar di jendela. Seluruhnya para duyung itu menyambut dari jendela-jendela rumah dengan terumbu karang warna-warni yang menghiasi atap ataupun dinding.

BATAVIA ELEMENTALWhere stories live. Discover now