Perasaan Yang Terluka (28)

74 16 29
                                    

Cerita ini terinspirasi dan sedikit remake dari cerita lainnya yang juga sudah umum ada, juga hasil pemikiran sendiri. Jika ada kesamaan dengan cerita orang lain itu hanyalah suatu kebetulan. Jadi, hargailah karya yang sudah susah payah aku buat dengan memberi satu ⭐ sebagai Vote kalian dan dimohon jangan melakukan plagiarism. Karena itu tak baik, kawan!

.
.
.
.
.

Ciri-ciri orang yang sedang jatuh cinta terkadang sangat mudah dikenali. Salah tingkah saat bertemu dengan orang yang disukai. Wajah yang gampang merona, serta gugup, jantung berdebar sangat cepat saat berdekatan dengan orang yang sedang dilirik. Semua tanda itu juga dialami Jiyong dan Seungri. Meski Jiyong tipe orang yang pendiam, dia juga mengalami hal tersebut. Seungri pun tak luput. Dia menunduk dan curi pandang karena Jiyong yang menatapnya penuh damba dan cemas jadi satu.

"Bagaimana?" tanya Jiyong hanya sepotong kata.

"Hum? Apanya?"

"Keadaanmu," kata Jiyong.

"Oh, sudah lebih baik. Terima kasih sudah membawaku ke rumah sakit dan membayar biayanya. Aku akan ganti kalau sudah ada uangnya," ucap Seungri.

"Tidak perlu."

"Tidak bisa, Hyung. Aku tidak mau membebanimu. Lagi pula, aku bukan siapa-siapamu dan itu hanya di luar kendali saja," jelas Seungri dengan mengibaskan tangannya.

"Tidak terbebani," jawab Jiyong.

Seungri hendak protes, namun Jiyong langsung memotongnya, "Jangan bantah!"

Seungri pun memonyongkan bibirnya dan menunduk karena merasa ditolak niatnya. Sikapnya yang sedang manyun itu terlihat menggemaskan bagi Jiyong. Dalam hatinya dia berkata apa rasanya jika dia mencium bibir pemuda di depannya ini. Terlalu imut untuk tidak ditatapnya.

Daesung sedari tadi berada di kamar Seungri mulai jengah melihat romansa keduanya. Dia bangkit dan memilih untuk beranjak keluar hanya sekedar membeli sesuatu di vending machine.

"Ri, aku keluar dulu," kata Daesung.

"Hyung mau ke mana?"

"Beli minum. Jiyong-ssi, kau mau minum?" tawar Daesung.

Jiyong menggeleng pelan, "Tidak, terima kasih."

"Oke, kau jaga adikku ya. Dia agak sedikit nakal kalau sakit," ucap Daesung kemudian pergi keluar.

"Jangan percaya dia, Hyung. Aku tidak seperti itu," ucap Seungri segera melihat Jiyong.

"Mn."

"Aku mau minum, bisa kau ambilkan?" pinta Seungri.

"Mn," Jiyong menjawab singkat.

Kecanggungan mulai terjadi di antara keduanya. Kamar terlihat sangat hening dan tenang karena keduanya malah terdiam seribu bahasa. Sepertinya dilanda kegugupan dan tidak tahu mau bahas apa. Seungri hanya bisa memandangi gelas yang dipegangnya setelah minum sedikit. Sampai di mana Jiyong yang memulai pembicaraan.

"Terima kasih bukunya," ucap Jiyong.

Seungri angkat kepalanya dan melihat ke arah Jiyong. Tak lama senyumnya mengembang. "Tak masalah, Hyung. Kuharap kau suka. Aku tidak bisa beli yang mahal seperti milikmu."

"Tak apa. Aku suka. Akan aku pakai," ucapan Jiyong membuat Seungri senyum makin lebar.

"Kata Dae Hyung kau menungguiku. Lalu, kau habis dari mana?" tanya Seungri. Dia minum air dari gelas yang tadi di tangannya.

Dia teringat ingin menanyakan itu pada Jiyong karena dirinya penasaran dengan menghilangnya Jiyong saat Seungri sadar tadi.

Jiyong tanpa ragu langsung menjawab, "Menemui Minji."

The Unpredictable Love [End]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن