22 - Satu Bidak Mati

993 167 36
                                    

Pemakaman Eric dilakukan oleh para pekerja medis yang melindungi diri menggunakan perlengkapan APD. Akibat racun dari dimethylmercury membuat jasadnya mengandung radiasi. Para tamu yang berduka bersama pendeta menggelar upacara pemakaman 100 meter dari jasad pria itu disemayamkan.

Di antara semua yang datang, Pierre yang paling terpukul. Sebagai detektif, ia sudah banyak menghadapi kematian, tapi dirinya tidak pernah siap untuk menghadiri pemakaman adiknya. Eric adalah seorang pira yang mendedikasikan diri untuk menyuarakan derita alam. Ia bahkan sengaja tidak menikah, dirinya sadar betul musuhnya bukan orang-orang kecil.

Ia tidak terlahir di Negeri ini, pertama kali dirinya menginjakkan kaki di tanah ini adalah 10 tahun yang lalu. Ketika berita membabatan jutaan hektar hutan dilakukan demi proyek penuh ambisi. Nyatanya, proyek pembukaan lahan yang akan dijadikan persawahan itu hanya berakhir terlantar, tanahnya tidak cocok.

Seorang warga yang marah dan frustasi karena tanahnya diserobot tanpa ganti rugi, pula dirinya dikriminalisasi dan dipenjarakan selama dua tahun, membakar lahan gambut sebagai bentuk protes, tapi sayangnya pembakaran itu berakibat sangat fatal.

Satu pulau dipenuhi kepulan asap, organisasi kemanusiaan tempat Eric bernaung menjadi salah satu yang melakukan ekspedisi untuk memberikan bantuan kepada masyarakat terdampak. Ia datang bersama rombongan itu.

Ia hidup berbaur, merasakan pilu dan duka akan ketidakadilan, negara seolah hanya berpihak pada pengusaha dan uang, sekalipun alam sebagai korbannya. Ia menetap cukup lama hingga dirinya memutuskan mengabdi, terlalu banyak kerusakan dan eksploitasi untuk sebuah negeri yang begitu indah. Tujuh tahun kemudian, Eric mendapatkan kewarganegaraan. Impiannya adalah untuk bisa melihat negeri ini membaik dan pulih, seperti yang selalu tergambar dalam mimpinya.

Tapi sayangnya, yang dia hadapi kali ini terlalu besar, terlalu ambisius untuk seorang tanpa marga seperti dirinya, sekedar memiliki koneksi saja tidak cukup. Bahkan untuk terurai bersama tanah dan menjadi pupuk bagi rumput-rumput yang selama ini ia perjuangkan saja tidak bisa, jasadnya harus terbungkus plastik tebal.

Nera memperhatikan Pierre, pria itu berdiam dengan pandangan kosong, di sampingnya ada Deric dan beberapa sanak saudara mereka. Tapi Pierre terlihat menjaga jarak dari pria itu, tentu saja, hatinya masih terpukul atas kematian Eric.

Bahu Nera ditepuk oleh Ixora dari samping, menyadarkan bahwa upacara pemakaman telah selesai dan mereka harus segera pulang. Sementara Agraham dan putra-putranya memiliki urusan lain bersama Pierre.

Saat hendak menuju mobil, Nera sempat berpapasan dengan Deric, Deric memberi kode melalui tatapan mata, pria itu juga menyadari jika Pierre tampak menghindari dirinya.

Nera termangu, kalau sampai informasi ini telah sampai di telinga Pierre, maka hanya tinggal menunggu waktu segalanya terungkap.

Nera duduk di bangku taman bersama tangan kanan Agraham, Elijah. Kiera dan Ixora baru saja dipanggil untuk menemui keluarga Eric bersama anggota Dernatte lain, Nera juga diminta ikut, tapi anak itu menolak, dia tidak sanggup menghadap mereka.

"Om, emang kesaksian Om Eric sepenting itu ya?"

Elijah menoleh, menatap anak di sampingnya yang menunduk menatap rumput.

"Tuan Eric seorang aktivis yang mengabdi bertahun-tahun di desa dekat tambang, beliau punya bukti segala kerusakan alam akibat penambangan yang ugal-ugalan"

"Kalo tau gitu, kenapa kakek nggak ngasih perlindungan?" Tanya Nera memandang Elijah dengan alis mengerut.

"Ini diluar rencana, identitas Tuan Eric yang berperan sebagai saksi belum pernah dipublikasi, beliau baru akan hadir sebagai saksi saat di persidangan nanti"

BITTER AND SALTY [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang