52. Back together-forever

142 10 1
                                    

Florenzia memantau Hasan dan anak mereka lewat CCTV di kamar. Disana buah hati mereka sangat manja sekali. Violetta selalu meminta pertolongan untuk hal mudah sekalipun, seperti menggeser gelas, padahal isinya kosong. Violetta beralasan kalau gelasnay sangat berat. Flori tak habis pikir dengan anaknya yang sudah pintar bermanja-manja. Jika sedikit saja Hasan terlambat melaksanakan permintaan dan permohonan, Violetta langsung cemberut sedih seolah menjadi manusia paling tersakiti di dunia.

Hasan sama sekali tak berniat untuk pulang. Berulangkali ia meminta izin pada mantan istrinya agar boleh bermain lebih lama lagi. Flori mengizinkan tanpa memberi pertahanan sedikitpun. Belum lagi Violetta yang nangis besar kala sekedar ditinggal mandi.

Dengan langkah yang anggun, Flori mendekati istana balon super besar dimana di dalamnya ada Hasan dan Violetta. Entah kenapa tidak ada suara sama sekali. Padahal ia yakin keduanya ada di dalam.

"Bapaaak. Bapak nurut yaa sama Violettaaa... Hihi." Violetta duduk menindih dada ayahnya. Dua tangan gempalnya penuh dengan bermacam-macam kuas, mangkok kecil, lalu bungkusan masker wajah. Sementara itu, Hasan telentang 

"Hahaha. Muhun, geulis," jawab Hasan sangat lembut sekali selayaknya orang Sunda. Ia usap punggung mungil anaknya yang memakai baju renang.

"Geulis is cantik, right, bapak?"

"Iiyaps!" jawab Hasan menggoyangkan kedua alis.

"Iiih! Jangan buka mata, bapaaak!"

"O-o-ooh,... oke okee." Hasan gelagapan sembari terkekeh manis.

"Ish! Dasar bapak! Eergh!" geram Vivi menekan masker wajah dengan kuat pada pipi sang ayah. Ia cemberut kesal.

"Hahaha."

"Ututuu.... Maaf, neneeeng." Hasan menangkup kedua pipi tembam anaknya dan menggoyangkannya dengan gemas. Ia mainkan pipi itu bak squishy. Bagaimana tidak, pipi anaknya sangat tembam, menggembung,  seperti balon yang akan meletus.

Dengan manja dan lembut, Hasan meminta kedua pipinya dikecup. Dengan centil bocah kecil itu mengabulkan. Vivi bahkan mengigit seolah akan menggerogoti kedua pipi sang ayah. Keduanya tak sadar jikalau kebersamaan mereka disaksikan sejak tadi oleh Flori. Bahkan sampai mereka telentang berdua di tengah-tengah istana balon dengan wajah ditutupi masker hingga tertidur, Flori menyaksikannya. 

Dengusan tipis hadir dari sosok wanita yang menyembunyikan diri dibalik pintu mungil istana balon. Sampai Vivi tertidur hampir setengah jam lamanya, Hasan terus menelisik dan memberikan kecupan penuh kasih. Ia bisikkan kata-kata cinta selayaknya kasih seorang ayah.

Hasan mendengus kala berjingkat duduk setelah lama teelntang. Ia tarik masker di wajahnya. ia tak tahu harus berapa lama. Yang pasti ia rasa ini sudah cukup. Kini wajahnya mengkilat.

"Haha. Lucunyaa anak bapak." Hasan mencolek hidung Vivi yang seluruh permukaan wajahnya tertutup masker. Anaknya seperti mayat hidup.

"Putri tidur cantiknya bapak. Gemes. Kalo kata mamihnya kamu itu disebutnya gemoy. Haha."

"Vivii..."

"Kita pasti bakal sama-sama terus. Bapak ga mau buang-buang waktu lagi. Bapak buang waktu lima tahun. Bapak ga mau lagi jauh," ungkap pria itu tidur menyamping sembari menggenggam dan mengusap tangan mungil anaknya. Ia kecup punggung tangan sang anak berulangkali.

"Makasih Vivi udah terima bapak. Bapak pasti belajar buat jadi ayah yang baik buat kesayangannya bapak."

"Maafin bapak udah abai sama kamu. Bapak percaya gitu aja," ucap Hasan mulai parau. kala itu ia percaya begitu saja kala diberi kabar kalau Flori keguguran.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Beautiful Devil is My Lady [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang