Bab 17. Gempuran Setelah Berbaikan 🔞

6.1K 212 8
                                    

Sekali lagi mobil mewah yang Trakif kemudikan memasuki halaman rumah, di mana ke dua art yang cemas segera berhamburan membuka pintu mendengar suara kendaraan majikan mereka tiba.

Seketika kecemasan mereka lenyap melihat tuan dan nyonya muda mereka kembali.

"Nyonya dari mana?" tanya bik Nini

"Tidak dari mana-mana, semuanya mengkhawatirkan saya yah?" pertanyaan dengan senyum penuh harap itu di balas anggukkan beruntun ke dua art. "Terima kasih,." seru Absani memeluk mereka seolah anggukkan itu sangat berharga, di mana suaminya tersenyum melihat sang istri tertawa bahagia, tak tampak ia baru saja bersedih. Lagi rasa penasarannya makin besar tentang kehidupan istrinya sebelum mereka menikah.

"Bik siapkan makan malam untuk nyonya,. Nyonya pasti lapar" titah Trakif menyela, ke dua art tersebut meninggalkan mereka. "Kamu belum makan kan?" tanya nya mendekati istrinya, merangkul pundak nya membawa ia masuk kedalam rumah.

Setelah mencuci tangan Absani pun menikmati makan malam yang telah terhidang dengan lahapnya. Sesekali ia mengangkat pandangan menatap suaminya yang tak hentinya memberi senyum tat kala mata mereka bertemu.

"Pakyang kenapa terus melihat ku?"

pertanyaan itu membuat Trakif terkekeh melihat pipi Absani
yang bersemu merah karena malu di tatap oleh nya.

"Siapa suruh punya wajah indah jadi enak di pandang"

Absani tersedak makanannya mendengar bualan tersebut, di mana Trakif justru tertawa terbahak-bahak.

"Syukurlah mereka baik-baik saja" bisik bik Kana mengintip

"Iya, tapi kenapa nyonya besar tampak tidak menyukai nyonya muda yah, padahal kan nyonya muda baik, beliau juga sopan dan tidak sombong" sahut bik Nini yang juga ikut mengintip. Mereka sama-sama prihatin akan sikap nyonya besar pada nyonya muda mereka yang ingin menunjukkan bakti tapi mendapat perlakuan dingin dari mertuanya.

"Sudah makan nya?" tanya Trakif yang tak luput dari memandangi istrinya.

"Sudah"

"Bik..." panggil nya segera ke dua art yang mengintip menanggapi.

"Iya tuan"

"Bereskan ini yah"

"Baik tuan"

"Terima kasih bik makanan nya" seru Absani mereka membalas dengan senyum ramah.

Pasutri itu pun bergerak ke lantai atas ke kamar mereka dengan bergandengan tangan.

"Mau di siapkan air hangat?" tanya Trakif.

"Aduh, aku lupa mengambil barang-barang ku di rumah mamah, aku pakai apa dong? Baju Pakyang lagi?"

Trakif mengganti rangkulan menjadi pelukan di ke dua pundak Absani, lalu membuka pintu memperlihatkan barang-barang yang istrinya maksud ada di dalam kamar beserta tas belanja yang telah ia siapkan. Ia sengaja tak memberi tahu Absani, dan yang mengambil barang-barang itu pak Baril keamanan dan bik Nini.

"Siapa yang mengambil barang-barang ku dari rumah mamah?" tanya Absani heran, karena lagi suami nya tak membahas apapun. "Pakyang?" tuduhnya

"Tidak,! Aku mana mau ke rumah mu, berpikir ke sana saja aku tidak mau"

Kesal Trakif bukan karena di tuduh, tapi darahnya seketika tinggi jika membahas apapun yang berhubungan dengan orang tua istrinya.

Tak ingin membahas ucapan suami nya yang terlihat kesal, Absani masuk kedalam kamar mandi membersihkan diri agar lebih segar.

"AAA!!!"

Betapa terkejutnya Absani melihat kepala seorang pria di ambang pintu tabung mandi tempat ia membersihkan diri. Pria itu tak lain Trakif.

"Ish Pakyang,!"

Trakif hanya tersenyum, dan tanpa permisi ikut bergabung tak mengindahkan di dalam sana ada seseorang yang juga menggunakan ruangan tersebut.

Lagi Absani menutup tubuhnya dengan kedua tangannya, bahkan memberi punggung pada suaminya yang merebut posisinya di bawah shower.

"Kenapa tidak gantian sih" kesal Absani karena mandinya terganggu.

"Ruangan ini luas kok, cukup untuk dua orang" Trakif tak perduli membuat Absani jengkel hendak keluar mengalah saja, tapi tangan nya justru di tahan. "Tolong bersihkan punggung ku" pinta Trakif memberi kan sabun beserta spons.

Menganggap itu sebuah kewajiban, tangan Absani bergerak lincah membersihkan seluruh tubuh kekar berotot suaminya hingga ke ketiaknya sekali pun membuat Trakif tertawa geli.

"Pakyang latihan apa kok bisa berotot begini?" tanya nya kagum dengan tubuh suaminya.

"Latihan ranjang"

Jawaban usil Trakif membuat wanita yang bertanya baik-baik itu menjadi kesal.

"Berapa ranjang?" tanya Absani ketus membuat Trakif mengusap wajahnya kasar. Ia lupa jika mereka baru saja berbaikan karena masa lalunya, ia malah membuat candaan seperti itu.

Merasakan tangan istrinya berhenti bergerak, segera ia berbalik menangkup kedua pipi istri nya yang kesal.

"Bercanda Sanyang, aku latihan yah di tempat gym seperti biasa, aku bahkan lebih suka berlatih seorang diri" bujuknya menjelaskan sepenuh hati tanpa melepaskan pipi istri nya yang masih kesal.

"Benarkah?"

Absani yang masih kesal menggosok dada suaminya berkali-kali.

"Akh,. Perih Sanyang" rintih Trakif tak membuat perlawanan menerima kemarahan istrinya.

"Aku lagi membersihkan sisa-sisa latihan Pakyang!"

Masih istrinya itu merajuk, bahkan memberi tekanan pada dada bidang suaminya yang kini memerah.

"Panas Sanyang, perih, kulitku seperti terkelupas, ampun Sanyang"

Trakif masih membujuk, bahkan memelas tak bergerak menerima serangan kemarahan dari istri nya. Melihat dada bidang suaminya yang kini memerah, Absani berhenti.

"Sudah marah nya?" tanya Trakif tersenyum seperti biasa, tak tampak ia marah apa lagi ingin membalas.

"Lagian Pakyang membuat kesal,"

"Maaf, bercanda Sanyang"

"Sini, kali ini aku sungguh-sungguh akan membersihkan tubuh Pakyang"

Mereka saling membantu membersihkan tubuh pasangan satu sama lain. Di mana usapan di punggung Absani terhenti menjalar ke depan berubah menjadi sebuah pelukan yang melingkar erat di perut rata nya.

Bersama erat pelukan itu, kecupan Trakif menyerang kesemua ceruk leher jenjang Absani hingga istrinya itu menengadah menikmati ciuman-ciuman tersebut.

Puas bermain di situ, Trakif membalik tubuh Absani menghadap pada nya, lalu memagut bibirnya penuh gairah.

Pagutan itu menyumpal erangan yang keluar dari mulut Absani, juga menyumpal mulut bawahnya yang ia sumpal juga kemarin malam.

Tubuh tinggi Absani tak berkutik pada tubuh kekar berotot suaminya. Tanpa menghentikan lumatan bertubi-tubi pada bibir candu istrinya, begitupun ia menyerang bertubi-tubi bibir dibawah sana hingga Absani menggelinjang menahan diri dengan mengalungkan kedua tangannya pada pundak Trakif yang makin aktif bergerak.

Lenguhan panjang mereka memenuhi kamar mandi, siapapun yang berada di dalam kamar pasti mendengar suara mereka yang berhamburan.

Dan buk Sarah yang hendak berbicara dengan anaknya mengurungkan niat mendengar lenguhan panjang nan erangan hebat sesaat ia membuka pintu kamar.

Meskipun beliau tahu apa yang sedang terjadi di dalam kamar mandi, tapi sempat beliau terkejut, anak kekarnya membuat menantu nya bersuara hingga sekeras itu, bahkan berkali-kali Absani meminta untuk pelan-pelan hingga merengek karena lelah.

Abstrak WeddingDonde viven las historias. Descúbrelo ahora