10 (A)

344 46 4
                                    

Hi, guys. Aku minta maaf sekali jika chapter 10 ini aku posting ulang dan aku split menjadi dua. Hal ini dikarenakan aku menemukan bahwa chapter ini bermasalah. Ada beberapa paragraf krusial yang hilang setelah aku posting di Wattpad. Kejadian ini sudah tidak bisa aku toleransi lagi, karena sudah sering terjadi dan agak menggangguku. Jadi mulai sekarang aku memutuskan, jika dalam satu chapter terdapat cerita yang cukup panjang, aku akan membaginya menjadi dua bagian. Jika berkenan, kalian bisa baca ulang chapter ini sebelum membaca chapter terbarunya. Terima kasih.

-Veranna Leonand-

MOHON SUPPORT PENULIS LEWAT VOTE, COMMENT, FOLLOW DAN SHARE CERITA INI KE BESTIE KALIAN YA. MERUPAKAN SEBUAH KEJAHATAN JIKA KENIKMATAN DUNIA DISIMPAN UNTUK DIRI SENDIRI. HAHAHAHAHAHA.

====================================================================

Merasakan sesuatu yang keras dan tidak nyaman,kedua mataku perlahan terbuka. Mengerjap-ngerjap menyesuaikan pandangan dancahaya yang ditangkap retinaku. Kuatur diri namun tidak genap bangkit, hanyamelihat bahwa mataku menangkap dinding dan laci di kamarku. Aku mengingat-ingatsebentar, seharusnya aku tidak terbangun di ruangan ini. Kupikir aku akanterbangun di ruang tamu dengan televisi masih menyala, juga merasakan sensasisakit badan saat terbangun. Sofa tentunya penyebab utama tubuhku merasa demikian.

Lalu bagaimana ceritanya aku bisa berakhir di kamarku? Aku tidak ingat jika aku mampu mengigau dan membawa diri sendiri menaiki tangga. Tanpa bisa kutahan, aku menguap lagi di tengah kesibukan pikiranku. Saat masih berproses menyadarkan diri, dari situ mataku membelalak dan pemahaman langsung membangunkan seluruh fungsi otak dan indraku.

Hidungku mencium aroma familier. Aku mengendus lagi wanginya. Jeruk mandarin.

Pipi kananku tidak menindih bantal. Bukan licin satin yang kurasakan.

Tangan kiriku terjatuh di atas sesuatu yang bergerak teratur dan lembut. Rasanya padat dan agak hangat. Kulitku bersentuhan oleh rasa yang tidak asing. Tunggu...

"JORDAN F*CKING FLETCHER!!" Detik itu juga aku menjauhkan kepalaku, yang ternyata telah menjadikan dadanya sebagai bantalanku tidur. Ya, dada pria itu!! Dada yang tidak mengenakan pakaian. Napasku tidak beraturan mendapati kejutan di pagi hari ini. Aku mendadak frustasi, mengetahui bahwa semalam kami tidur di ranjang yang sama.

Aku menjauhkan diri hingga berdiri di samping ranjang. Keterkejutan ini tanpa basa-basi mengisi tenagaku. Seakan Tayana yang mengantuk dan lesu karena baru saja bangun tidur itu, tidak pernah ada. Aku berkacak pinggang. Dadaku naik-turun karena adrenalin pagi ini. Tantangan memulai hari dengan sosok pria itu. Lihatlah! Kedua tangannya terangkat ke atas. Kulit kencang kecoklatan itu membungkus bagian atas tubuhnya. Bulu-bulu halus tumbuh di dada itu, menempel manja pada kulit dan buah dada terbentuknya akibat latihan angkat beban.

Aku menelan saliva, gumpalan memenuhi tenggorokan. Tatapanku turun lebih ke bawah, melihat perutnya yang bergerak mengikuti irama pernapasannya. Pemandangan di mana badan luar biasa itu tertidur, dengan perut six packs yang menggelitik memori lama saat aku pernah berada di atasnya, merupakan sebuah magnet yang membuatku betah berlama-lama menontonnya. Tidak sampai situ, dorongan untuk melihatnya lebih ke bawah tidak bisa direm. Perut bawahnya yang berdekatan dengan ikat pinggang itu, diperlihatkan cuma-cuma. Aku merasa diolok-olok kala percikan panas hadir di wajah, berikut serangan memori panas kami. Perawakannya tidak pernah gagal untuk memberkati mataku yang haus akan visual menggoda. Bibir dan lidahku berkedut, aku masih ingat rasa keringat dan kulitnya. Masih mengingat tekstur perut bawah itu saat kubelai dengan lidah, terus turun, lebih turun dan semakin turun. Berhenti saat mengenai bulu-bulu keperkasaannya. 

Astaga! Dadaku sesak saat gambaran itu kian jelas. Aku mengusap kasar wajahku. Ini tidak boleh dibiarkan lebih lama.

"Jordan!" Konyol memang, aku memencet-mencet ibu jari kakinya agar ia terbangun. Aku sedang berusaha menguasai diri, tubuhku mendadak demam kala gambaran tidak senonoh kami muncul di kepalaku. Terprovokasi oleh tubuhnya yang tertidur sambil bertelanjang dada. Sedikit saja sentuhan kecil, seperti menepuk bahu atau pipinya untuk bangun dari tidur, gambaran lebih gila lagi akan terbentuk di kepala. Memori pertemuan tubuh kami begitu kuat dengan aku yang terkadang lemah untuk memblokadenya. 

THE OG BOSS (TheBossesSeries#2)Where stories live. Discover now