O5 ; G I F T

272 50 22
                                    

Jaemin tidur dipangkuan Jisung, matanya terpejam menikmati elusan-elusan halus di kepalanya, sentuhan Jisung benar-benar seperti candu bagi Jaemin. Dia menyukai ini, dia sangat suka saat sentuhan lembut yang hangat ini diberikan untuknya.

"Apakah aku harus membunuh anak bungsu itu?" Tanya Jaemin, dia membuka matanya dan melihat kearah Jisung yang menatapnya dengan tatapan penuh dendam yang membara.

Jisung tersenyum, dia menunduk dan mengecup bibir Jaemin. Mengelus bibir merah yang selalu memberikan tanda di lehernya.

"Tidak perlu sekarang, lagipula aku penasaran tentang alasan mengapa ayahmu memanggil dirimu dan saudara-saudaramu yang lainnya," ucap Jisung.

Jaemin menghela napasnya, dia mengusap wajah Jisung lembut. Matanya menjadi tajam penuh amarah.

"Ada apa?" Tanya Jisung saat merasakan kemarahan Jaemin.

"Seharusnya kau sudah menyadarinya sejak Minjoo mencoba untuk menghabisi mu. Kau tau kan ayah paling sering berbagi rahasianya kepada Minjoo."

Jisung tertawa, dia mengetahui apa yang dimaksudkan oleh Jaemin. Hanya saja dia menginginkan Jaemin untuk mengatakannya secara langsing.

"Katakan saja, aku ingin mendengarnya langsung dari bibir merah ini,"

"Bajingan tua itu memerintahkan kepada seluruh anaknya untuk membunuh dirimu, siapapun yang berhasil maka dia akan dianggap sebagai penerus yang sah," ucap Jaemin dengan penuh amarah.

Sejak bersama Jisung. Perasaan yang Jaemin dan ayahnya yakini bahwa sudah menghilang nyatanya muncul. Setiap bersama Jisung perasaan selalu melingkupi hatinya seakan-akan mengatakan pada Jaemin bahwa hanya dengan bersama Jisung lah dia bisa merasakan apa yang manusia lain rasakan karenanya Jaemin begitu terobsesi pada Jisung.

"Apakah kau marah?" Tanya Jisung.

"Iya, aku benci saat tua bangka itu memerintahkan seluruh orang untuk membunuhmu, aku membenci siapa saja yang mencoba menyakiti dirimu!"

Jisung terkekeh, hatinya tergelitik saat mendengar ungkapan Jaemin. Bagaimana bisa seorang yang telah membunuh keluarganya berucap begitu manis kepada dirinya, ah itu membuat Jisung benar-benar merasa menggigil karena kebenciannya semakin memuncak kepada pria yang menaruh kepalanya di pangkuannya itu.

"Aku tidak takut pada mereka sama sekali, sekeras apapun usaha mereka untuk menghabisi diriku itu tidak ada artinya karena kau akan selalu melindungi diriku, kau yang paling kuat di sini, jadi apa yang perlu aku khawatirkan? Tapi apakah kah tidak ingin membunuhku juga?" Tanya Jisung.

Jaemin menggeleng, "Tanpa harus membunuhmu pun aku bisa menguasai keluarga ini, lagipula aku tidak peduli akan kekuasaan. Asalkan bisa bersamamu itu sudah cukup!"

Jisung hanya tersenyum, hatinya semakin menghitam saat mendengar perkataan Jaemin. Dirinya menolak percaya, perkataan manis adalah racun yang bisa menjerumuskan manusia ke dalam jurang. Jisung harus mengingat bahwa pemuda yang menebar janji dihadapannya ini adalah pembunuh, ada darah keluarganya di tangan pemuda itu.

"Mulut yang manis biasanya penuh akan bisa, aku takut kau mengkhianati diriku," ucap Jisung, dia butuh sebuah bukti bahwasannya Jaemin tidak akan pernah mengkhianati dirinya untuk selamanya.

Jaemin harus selalu berada di kendali Jisung!

"Kau tidak percaya padaku? Aku bahkan membunuh seluruh adik dan ibuku hanya demi dirimu!" Ucap Jaemin, dia menatap Jisung dengan tatapan tidak suka.

Apakah Jaemin harus membantai seluruh keluarganya malam ini juga? Jika iya, maka Jaemin akan melakukannya itu semua agar Jisung mau percaya pada dirinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

INFERNO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang