04.

134 24 3
                                    

Welcome...

Happy reading

Suasana makan siang dikantin sekolah terdengar sedikit riuh, para siswa semakin berdatangan memenuhi tempat itu.

Mereka mengantri, menunggu untuk mendapat giliran mengambil makanan yang memang sudah disediakan sekolah, Kemudian mencari meja yang masih belum ditempati.

Seseorang dengan tangannya yang membawa makanan, bola matanya bergerak kesana kemari menjelajahi seisi kantin, mencari adakah lagi tempat untuknya bisa duduk.

Disudut kantin ada satu meja dengan beberapa orang yang sangat dia kenali duduk disana, menyisakan satu kursi saja.

Dia pun melangkah menghampiri meja itu, meletakkan nampan berisikan makanan tersebut diatas meja dengan tidak ramah, hingga menimbulkan suara sedikit keras membuat para pria yang tengah menyantap makanan dengan begitu tenang menjadi terganggu.

Sebagian menoleh menatap malas sang pelaku sejenak sebelum kembali makan, sebagiannya lagi hanya mendengus pelan, mereka tau siapa pria itu, tidak pernah sehari saja pria itu mencari masalah dengan mereka.

Sekarang mereka sangat ingin ketenangan, tapi sepertinya pria itu tidak akan membiarkannya, entah dengan cara apalagi dia akan memancing amarah mereka.

Pria itu mengangkat alisnya kala tatapannya bertemu dengan Jeno, menarik kursi, kemudian mendudukinya tepat sebelah Kai.

Pria itu meraih sendoknya, lalu melirik seorang pria imut didepannya, nampak tetap fokus menyantap makanannya tanpa terganggu sedikit pun.

Chenle merasa dirinya tengah ditatap membuka suara tanpa melihat sosok didepannya. "Jangan sampai lo rusak ketenangan dimeja ini...kalo lo gak mau dilempat kekandang ular sama mereka."

Terdengar tegas tapi pria itu hanya tersenyum, dan melirik sebentar ke orang lainnya dimeja itu.

Dia membuka suara seraya mengaduk makanannya. "Gue dengar...seseorang dari kelas kalian tewas."

Tidak ada respon.

" gue rasa dia bukan bunuh diri"

Masih tidak ada yang merespon, dia tersenyum memasukkan makanan kemulutnya dan kembali berucap. "Polisi itu keliru"

Chenle menghentikan tangannya, menatap pria yang bernama Jake itu. "Tutup mulut jelek lo dan pergi dari sini."

Jake tersenyum sinis,  merasa ada rasa senang dalam dirinya sekaligus rasa tidak suka, dia merasa puas karena orang-orang yang tidak disukainya mendapat masalah atas kematian seseorang.

Bukan tanpa sebab, beberapa dari mereka pernah membullynya semasa sekolah menengah pertama, dan sekarang rasa sakitnya dulu akan dibalas penderitaan tanpa harus mengotori tangannya sendiri. Dia yakin itu akan terjadi.

"Setidaknya biarkan gue menghabiskan makanan ini dulu."

"Hentikan Jake"

Tatapan keduanya dihentikan oleh suara Mark, kini mereka berdua yang saling melempar tatapan tidak suka, iris matanya menajam menatap sangat benci pada pria itu.

REVENGE | END✔️Where stories live. Discover now