25[Hide Me]

57 9 0
                                    

[Hide Me]

Jalanan kota penuh dengan kemeriahan pasar malam yang mengundang puluhan pasang mata. Sorot jingga lampu lampion tergantung disepanjang jalan.

Anak anak dibawah umur masih saja berlarian kesana kemari menghiraukan masa yang sudah semakin larut.

"dongyuk~ya! pulang!!" teriak seorang wanita dengan gagang sapu ditangannya.

Sang anak dipanggil justru berlari cepat menjauhi seseorang yang diketahui sebagai ibunya. Membuat yang tua harus merelakan tungkainya berlarian mengejar buah hatinya

"yakk! Pulang anak nakal! kau mau diculik—

Bruk.

Dongyuk, anak kecil yang sibuk menghindari kejaran ibunya terjatuh karena menabrak seseorang, orang tua wanita itu—sang ibu mematung melihat siapa yang membuat bocah itu terkapar tanah

"t-tuan maaf, maaf anak hamba.Dia berlari terlalu cepat d-dia. . . ."

Kalimatnya menggantung, dirinya semakin panik saat seseorang yang berada dibelakang tuan yang dimaksudnya mulai menarik pedang dari sarungnya

bruk. Ibu itu duduk bersimpuh mengharapkan belas kasihan dari mereka.

"aish, biarkanlah lee" ucap tuan yang ditabrak anaknya pada pengawalnya mungkin?

"nyonya bawalah kembali anak anda, tak baik berkeliaran pada malam hari seperti ini. Kau tau desa sebelah marak sekali anak yang hilang dan saat ditemukan esok paginya tubuhnya sudah tak lagi utuh. Kau tak mau bukan hal itu terjadi pada anak mu juga?" katanya lembut selingi seringaian yang membuat wanita tua itu menyeret anaknya cepat-ketakutan.

Melihat mereka yang berlari ketakutan membuat tuan itu tersenyum senang, ia berbalik melihat pengawal yang selalu membuntutinya

"aish lee, lain kali tak perlu sampai menarik pedangmu, itu menakuti mereka"

"tapi kau juga menakuti mereka yang mulia" sahut pengawal lee

"begitu kah?"

"hhmm"

"ah benar, haruskah kita menerbangkan lampion?" tanya sang tuan

"itu bukan ide yang buruk yang mulia"

"ck. Tak bisakah kau berhenti memanggilku yang mulia?itu membuat dada ku sesak"

"maaf"

"untuk malam ini biarkan aku menjadi warga biasa, tanpa menyandang gelar apapun"

"i-itu. . ."

"lee juyeon?bisa turuti perintah ku? Aku muak menjadi permaisuri dari raja tembok itu. Rasanya menyiksa jika harus mengingat kembali semua perlakuan beliau, belum lagi ibu suri haish memikirkannya saja sudah membuatku ingin mengamuk"

"juyeon. . .apa aku kabur saja? Meski harus menjadi rakyat jelata itu tak masalah selagi ada dirimu disisi ku"

"tidak—/ apa? Kau takut menjadi miskin? kau lebih memilih pangkatmu daripada aku?" potong permaisuri hyunjae cepat

"bukan seperti itu, a-aku hanya tak ingin kita menjadi buronan, terlebih kau? aku sangat tak bisa membayangkan itu"

"tak perlu dibayangkan cukup jalani saja juyeon, lagi pula jadi buronan atau tetap bertahan akhirnya sama saja. Aku akan tetap tersiksa pada pilihan manapun"

"juyeon tak bisakah kau mengkhianati raja dan memihakku?"

"yang mulia. . ."

"aku hanya ingin hidup bebas dengan anaku—anak kita juyeon"

[Hide Me]Where stories live. Discover now