04

271 23 2
                                    

04. Kebun tetua desa










.
.
.
.



Di hujan badai ini Fourth duduk di depan jendela menatap area sekitar tanpa berkedip. Helaan nafas muncul berkali-kali, ia lelah terdiam diri tapi ia juga tidak tahu harus bagaimana selain dari kegiatan tersebut. Keributan di dapur oleh peri rumah karena sibuk membuat makanan hangat serta ramuan penghangat tubuh.

Sudah empat hari ini hujan terus menerus melanda di desa. Tidak deras sampai banjir tetapi tidak bisa berhenti, saat pagi hujan turun lalu sorenya turun dan sampai dini hari. Udara menjadi sangat dingin hingga kebanyakan warga memilih untuk tetap ditinggal di dalam rumah. Fourth tidak dapat melihat aktivitas yang biasa mereka lakukan.

"Makanan sudah siap, ada roti anpan untukmu." Peri rumah datang menghampiri dengan wajah cemong. Setelah menyampaikan hal tersebut Peri segera undur diri lalu menghilang.

Dengan lesu Fourth bangku pergi mengambil roti bersama air putih di dalam gelas yang terbuat dari bambu. Kali ini dirinya makan sendirian, biasanya akan ada sang jelmaan rubah emas menemani. Kehampaan dapat dirasa bahkan makannya tidak tenang.

Sore itu dilalui dengan makan lalu bersembunyi di balik kain tebal menghindari angin dingin yang masuk lewat jendela. Ia sengaja, ia sengaja membiarkan jendela terbuka sewaktu-waktu rubah emas datang kembali. Bukan maksud apa-apa hanya saja Fourth yakin akan itu.

Malam berganti pagi dingin disertai embun menetes di sela-sela telapak daun. Fourth bangun dari bunga tidurnya menatap sekitar yang teduh, setelah bergerak mengumpulkan nyawa ia bangkit. Mengambil air dari guci besar di samping kuali untuk menghilangkan rasa kering di tenggorokan. Buram di mata masih melekat membuat Fourth kesusahan melihat sehingga harus mengucek beberapa kali.

Ia menguap berjalan membuka pintu depan sebagai sarana udara segar masuk. Kala terbuka sesuatu yang tidak terpikirkan ada di depan mata. Fourth berkerut kening tak percaya, tersenyum simpul kemudian menggendong tubuh ringan berbulu masuk ke dalam.

Di tempatkan di atas tumpukan kain agar bisa menghangatkan tubuh rapuh yang kotor terbalut lumpur. Hewan tersebut menutup mata damai mengeluarkan suara dengkuran merdu, Fourth memutuskan untuk meninggalkan sejenak sementara dirinya membersihkan genangan air di dalam rumah.

Akibat hujan, beberapa genangan masuk ke dalam melewati celah pintu, tanahnya menjadi lembab dan lunak selama beberapa hari. Mungkin Fourth akan mengantisipasi dalam beberapa bulan akan keadaan seperti ini. Ia membutuhkan peri rumah untuk melindungi kediamannya.

"Kau, Shaman." Fourth menoleh.

Sosok menawan itu kembali. Pakaiannya putih terkena noda lumpur yang kotor, rambutnya berantakan dengan mata setengah mengantuk.

Fourth mendekat kemudian menyuruh sang rubah emas untuk duduk di salah satu kursi sementara dirinya pergi mengambilkan air dari guci besar. Entah mengapa ia kali ini cukup tenang tidak seperti biasanya. Sang rubah emas telah kembali tapi Fourth hanya menanggapi biasa, tidak terlalu serius seperti telah menduganya sejak awal. Fourth kembali menyerahkan gelas yang berisi cairan bening dingin.

Tanpa ragu orang lain menerima lalu meneguknya sekali. Sesaat Fourth tersenyum kecil diikuti sang siluman yang diketahui bernama Gemini.

"Aku ingin mandi, Shaman." Gemini berucap pelan menunjukkan semua bagian tubuhnya yang dirasa cukup kotor.

Paham Fourth hanya mengangguk menanggapi membiarkan Gemini bergumam sendiri sedangkan ia mencari peralatan mandi beserta baju ganti yang baru dibeli tiga hari yang lalu. Ukurannya pas untuk Gemini karena memang diperuntukkan untuk sang siluman. Tidak lupa juga membawa keranjang kayu kecil.

Little Fox || FourthGeminiWhere stories live. Discover now