Jerella ; 04

487 103 13
                                    

"Kita pulang sekarang?"

Melihat isi piring di meja sudah nyaris bersih, Prince dan Jerella juga sudah tidak lagi sedang menikmati makanan, Victor merasa dirinya dan mereka memang sudah selesai makan siang.

Makanan di restoran ini juga rasanya enak, seharga dengan harga yang ditawarkan. Jadi meski sedikit lebih mahal Victor tidak merasa rugi sebagai orang yang membayar semuanya. Terlebih ia makan dengan ditemani Prince dan juga Jerella, suasana di meja menjadi hangat. Ia sangat menikmati makan siang kali ini.

"Sudah akan sore," sambung Victor seraya melihat jam di tangannya yang menunjukkan pukul tiga kurang.

Jerella menunggu Prince yang menjawab karena kunci kepulangan mereka ada pada keputusannya. Jika dia memilih opsi pulang tentu mereka akan pergi ke rumah. Namun seandainya memang, dia memilih opsi lain, tentu kepulangan mereka akan tertunda.

"Aku masih ingin yang lain."

Jadi itu jawabannya. Victor bertanya kembali. "Apa yang kau inginkan?" Setelah meminta dua hal sebelumnya—bermain di Timezone dan ice cream coklat. Hari ini dipenuhi keinginannya.

"Aku ingin membeli mainan!" kata Prince.

"Tapi di rumah sudah banyak, 'kan?!" jawab Victor yang menyadarinya.

"Memang." Prince mengangguk. "Tapi aku sudah tidak suka. Aku ingin mainan yang baru!" tegasnya. Mendengar hal itu, Ayah Prince kedapatan menghela nafas berat. "Yang di rumah sebagiannya boleh dibuang saja," lanjut anak itu seolah yang dibeli sebelumnya bukan memakai uang.

"Baiklah, kita beli setelah dari sini."

Victor lagi-lagi menurutinya.

"Yes! Ayah memang yang terbaik!"

Prince mengagungkan ayahnya sebelum beliau memanggil pelayan untuk pembayaran. "Tolong berikan bill-nya," kata pria itu.

"Mainan apa lagi yang ingin dibeli, Prince?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Mainan apa lagi yang ingin dibeli, Prince?"

Victor menyadari yang namanya anak-anak memang tak pernah bosan membuang uang untuk membeli mainan. Meski di rumah ada ratusan mainan sekalipun, pasti itu tidak akan pernah mencukupi keinginannya. Meski sudah menggudang, pasti tetap masih ingin membeli yang lain dengan model dan harga baru.

"Coba Ayah tebak!" Anak itu menjawab.

"Ayah tidak bisa menebaknya."

"Apakah Bibi bisa?" Pertanyaan itu dilemparkan ke Jerella, membuat wanita itu bergerak kikuk.

"Mu-mungkin ... mobil?"

"Benar!" Jerella terkejut dugaan asalnya malah menjawab dengan benar. "Aku memang ingin membeli mobil remot di sini."

"Bukan kah Ayah pernah membelikannya?"

"Memang, tetapi itu kan, dulu."

"Memangnya sudah rusak?"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: 4 hours ago ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Jerella ; RevisiWhere stories live. Discover now