Prolog

841 97 34
                                    

Nyaris semua orang tahu Arganta Kenzie Erizan dan Kaisan Kyle Erizan bersaing ketat di kelas. Skandal orang tua mereka tak sedikitpun menyurutkan semangat belajar keduanya. Meski demikian, Ken yang bekerja sampingan sana-sini tetap menjadi yang pertama, sementara Kyle—kendati belajar mati-matian—tetap berada di posisi kedua.

Mereka saling membenci meski tak pernah saling menyapa. Ken selalu berharap Kyle merasakan sakitnya terbuang. Kyle sendiri ingin kakak tirinya itu bisa merasakan betapa menyesakkannya di rumah mewah dengan ragam tekananan yang mencekiknya hingga nyaris mati.

Ken dan Kyle tak hanya bersaing ketat di kelas, lapangan futsal pun menjadi saksi betapa keduanya sama-sama berusaha keras menjadi pemain terbaik. Seperti saat ini.

Ken berlari dari arah berlawanan, menggiring bola dengan lincah hendak menjebol gawang lawan yang tak lain kubu adiknya sendiri. Kyle sebagai pemain belakang tak tinggal diam, sekuat tenaga ia menjaga “rumahnya” meskipun sebetulnya itu hanya pertandingan biasa. Namun, gengsi dan harga diri berhasil mengaburkan pandangan keduanya.

Saat Ken mengayunkan kakinya, berniat menendang bola Kyle datang menghadang dan membuat keduanya berbenturan hingga sama-sama jatuh. Kyle tak sadarkan diri, membuat si kembar Juan dan Januar juga Niki yang tak lain sahabatnya mengamuk hebat menyerang Ken. Namun, Seno dan Zaki tak tinggal diam melihat sahabatnya seperti itu, mereka balas menghajar tiga pemuda itu.

Kericuhan tak dapat dihindari. Kyle sudah lebih dulu dibawa ke ruang kesehatan, sementara Ken menyusul kemudian karena serangan brutal teman-teman adik tirinya.

Di ruangan serba putih itu keduanya berbaring, sementara teman-temannya dipanggil kompak ke ruang BK karena keributan yang terjadi di lapangan.

Ken mengaduh setiap kali sang penjaga ruang kesehatan menyentuh luka di wajahnya.

"Pelan-pelan," ujarnya.

Sashi menghela napas. "Kenapa harus berantem, sih? Itu lapangan futsal, bukan ring tinju."

"Ck, enggak ada yang berantem. Dia yang lebay karena pingsan padahal dia yang nabrak, tapi dia yang pingsan. Teman-temannya juga barbar semua, enggak ada otak ngajak baku hantam di lapangan."

"Kyle belum sadar. Pihak sekolah udah telepon orang tuanya, tapi belum ada yang datang."

Untuk beberapa saat Ken terdiam. Memangnya siapa yang akan datang? Seingatnya, sang ayah begitu sibuk. Ibu Kyle sendiri juga selalu sibuk dengan teman-teman sosialitanya.

Ken bangkit, kemudian menyibak tirai bed di sebelahnya. Benar, di sana Kyle masih berbaring dengan mata tertutup.

Dalam hati ia berujar, boleh enggak kali ini gue sedikit jahat? Gue pengin lo mati dengan cara paling menyakitkan. Tapi, sebelum itu ... gue berharap lo ngerasain apa yang gue dan nyokap gue rasain. Sakitnya dibuang.

Ia tidak peduli seperti apa kondisi Kyle sekarang. Bahkan, ada perasaan senang saat kedua orang tua anak itu tak juga datang dan memaksa pihak sekolah yang mengambil tindakan cepat tanpa menunggu orang tua Kyle.

Saat itu Ken tidak tahu jika ucapan dan dendamnya sanggup mengubah hidupnya.

- Bersambung -

Hai, cerita ini semoga bisa aku selesaikan sampai lebarannn. Seperti yang kalian lihat dari covernya ini bakal berbau fantasi, tapi masih dengan ciri khasku tentunya hehe. Jangan lupa tinggalkan jejak. Kenapa visualnya mereka? Sumpah, ya, semenjak BTS wamil aku pikir aku bakal tobat. Taunya malah oleng sana-sini 🤣🤣
Setelah bocil-bocil TxT, Om Lee Dong Wook jalur fantasi, sekarang bocil-bocil Enhypen jalur What makes you beautiful yang enggak lain lagu idolakuuuu juga dulu One Direction 😭😭
Heeseung ganteng banget di situ tolong!

182 DaysWhere stories live. Discover now