Aku Mau (35)

75 16 28
                                    

Cerita ini terinspirasi dan sedikit remake dari cerita lainnya yang juga sudah umum ada, juga hasil pemikiran sendiri. Jika ada kesamaan dengan cerita orang lain itu hanyalah suatu kebetulan. Jadi, hargailah karya yang sudah susah payah aku buat dengan memberi satu ⭐ sebagai Vote kalian dan dimohon jangan melakukan plagiarism. Karena itu tak baik, kawan!

.
.
.
.
.

Konten di bawah mengandung hal-hal yang pembaca inginkan. Pastikan kalian sudah buka puasa. Selamat menikmati.


Seungri akhirnya berhasil membawa masuk Jiyong ke dalam penthousenya. Untung saja ingatan Seungri sangat bagus sehingga dia bisa ingat langkah apa saja yang perlu dia lakukan untuk bisa tembus masuk penthousenya Jiyong.

Dengan terseok dia membawa Jiyong masuk ke kamarnya dan melepaskan mantel serta sepatu yang dipakai Jiyong. Seungri segera ingin membasuh Jiyong dengan handuk setengah basah agar Jiyong nyaman. Namun, tangannya dicekal Jiyong.

Seungri menoleh ke arah di mana Jiyong berbaring dan mendapati Jiyong tengah menatapnya.

"Hyung ..."

"Mau ke mana?" tanya Jiyong.

Seungri sedikit heran kenapa rasanya Jiyong cepat sekali mabuknya hilang tidak seperti orang mabuk pada umumnya.

"Ke dapur," jawab Seungri ingin bangun.

Tapi, Jiyong menahan Seungri dan manarik tangannya agar kembali duduk di tepi kasurnya. Jiyong bangun masih dengan ala-ala orang mabuknya, alias sempoyongan.

Dengan cepat Jiyong memeluk Seungri erat seakan tidak ingin Seungri meninggalkannya. Seungri diam menerima pelukan karena setengah terkejut, juga yang sebenarnya juga dia suka.

"Kenapa kau menghindar?" tanya Jiyong.

"Aku tidak menghindar," jawab Seungri.

"Bohong! Kau selalu pergi tiap kali aku mendatangimu," pekikan Jiyong membuat Seungri terpaku.

Seungri mendorong Jiyong untuk lepaskan pelukan. Dia berdiri di dekat kasur dan menatap nanar pada Jiyong.

"Kau mau aku harus bagaimana sementara semua orang tahu kau punya tunangan. Apa yang akan mereka pikirkan tentangmu jika berhubungan denganku? Semua orang akan memandangmu jelek, Hyung."

"Aku tidak peduli pandangan orang," balas Jiyong.

"Tapi aku peduli!" pekik Seungri membuat Jiyong terkejut dan nyaris sadar dari mabuknya.

Seungri melanjutkan, "Aku peduli tentangmu, Hyung. Nama baik keluargamu jadi taruhannya."

"Kau yang memintaku untuk melanjutkan pertunangan itu," tukas Jiyong.

Kalimat itu nampaknya membuat Seungri kalah telak. Seungri akhirnya berbalik dan mengabaikan Jiyong yang masih di atas kasur. Terdengar sekali suara gaduh saat Jiyong menapaki lantai, lalu mencekal tangan Seungri lagi.

"Berhenti. Bisakah kau untuk tidak lari lagi dariku? Kau menyiksaku. Kau menyiksa dirimu sendiri. Menutupi perasaanmu," ucap Jiyong.

Cekalan Jiyong masih dirasakan Seungri tanpa dia menoleh ke belakang. Tubuhnya bergetar mendengar tiap kalimat yang merupakan fakta dan tanpa pikir panjang air mata itu seharusnya tidak terjun bebas di pipi Seungri.

"Lihat aku! Tatap aku, Ri. Aku mohon," pinta Jiyong yang membuat Seungri semakin berat untuk mengabulkannya. Dia takut pada akhirnya dia kalah.

Seungri tetap bergeming membelakangi Jiyong.

The Unpredictable Love [End]Where stories live. Discover now