25 - Jurang Yang Disebut 'Rumah'

1K 158 46
                                    

Dini hari pukul 02.13 pagi, ruangan mewah tempat kerja Agraham terasa begitu menyesakkan. Keempat putra yang biasanya berdiri tegap kini tertunduk, meski Javier telah mengetahui fakta ini lebih dulu, melihat ketiga kakaknya terpukul sebegini hebatnya membuat dirinya terseret dalam sesak.

Samael yang selalu teguh itu tertunduk diam dengan kedua telapak tangan menangkup wajah, dua tetes air mata terjatuh dari sela jemari berbalut sarung tangan kulit hitam. Dante menatap kosong berkas-berkas yang tersebar di meja, sementara Eros terdiam menundukkan kepala, kedua tangannya bergetar hebat, saling menangkup satu sama lain.

Di depan meja di tengah sofa tempat mereka duduk, terdapat berkas-berkas yang telah Javier kumpulkan, di antara semua itu, berkas paling atas adalah yang paling mencolok. Sebuah nota pembelian Wen Yishi atas nama William Dominic Dernatte.

Samael mengangkat wajah, menatap ayahnya dengan wajah menuntut, kedua matanya basah dengan sedikit semburat merah.

"Padre, bagaimana saya bisa merawat putra dari orang yang sudah membunuh istri dan putri saya? Saya bahkan masih ingat aroma jasad hangus mereka" Setetes air mata mengalir dari mata kirinya.

Sebagai profesor bedah, ia adalah orang pertama yang menghadap jasad-jasad hangus itu untuk identivikasi, berteman tiga dokter forensik yang berada di bawah naungan Dernatte. Ia pikir, memiliki pengalaman sebagai dokter selama belasan tahun, menghadapi jasad dan membedah manusia hidup sudah cukup bagi dirinya untuk bisa mengendalikan diri dibanding adik-adiknya. Nyatanya, ia tak sanggup, ia begitu trauma setelah berurusan dengan jasad-jasad menyatu itu selama satu bulan proses autopsi.

Bertahun-tahun ia dihantui oleh tubuh-tubuh hangus menyatu lunak yang ia sentuh selama proses identivikasi, semua itu membawanya menjadi seorang yang gila akan kebersihan, ia bahkan berhenti menjadi dokter karena segalanya sudah berbeda di matanya. Ia tak lagi sanggup menghadap tubuh-tubuh sakit yang harus dirinya selamatkan ketika yang terlihat di matanya hanya kerangka hangus istrinya. Segalanya berubah sejak hari itu, tiga belas tahun yang lalu, ia harus memulai hidup baru berbalut sarung tangan.

"Nera masih tiga tahun hari itu, menurutmu dia bersalah?" Tanya Agraham, ia tahu hal ini akan terjadi saat identitas Nera terungkap. Awalnya dirinya juga demikian, tapi sumpah tetaplah sumpah.

Samael mengusap kasar wajahnya, ia menengok ke kanan, terhadap tubuh bergetar Eros. Tangan besarnya terulur meraih kepala belakang adiknya, menarik dan mengarahkan wajah untuk bersandar di bahunya. Ia menatap Dante di sebrang yang menatap kosong, sedangkan Javier tertunduk dalam.

"Tidak ada anak yang pantas menerima hukuman atas perbuatan orang tuanya, tanyakan pada Nera, aku yakin anak itu bahkan tidak tahu seperti apa wajah ayahnya" Ucap Abraham, tangannya terulur mengelus kepala Dante yang tidak bereaksi sedikit pun.

William adalah sosok kakak bagi putra-putranya, kakak tertua yang selalu siap tubuh untuk menopang adik-adiknya, seorang pria yang berdiri kokoh dalam keadaan apapun. Prajurit yang selalu berpegang pada kepentingan banyak orang. Dia seorang Dernatte yang sempurna. Penghianatan orang seperti itu, yang membawa mati orang terkasih tentu menghancurkan hati putra-putranya.

Bahkan dulu ia hampir kehilangan pijakan, ia hampir percaya apa yang William lakukan sekedar bentuk ketamakan dan egoisme. Hingga pertemuannya dengan bocah bermata safir membuatnya berpikir dua kali. Usia Nera tiga tahun saat malam pembantaian, artinya William sudah menikah setidaknya empat tahun sebelum hari itu, lalu, apa alasan kelahiran Nera tidak biberitahukan kepada dirinya?

"Saya hanya akan memiliki anak saat saya memiliki tujuan bagi dirinya untuk lahir"

Sepotong kalimat yang William ucapkan melintas di kepalanya. Tujuan sebesar apa sampai mengorbankan nyawa anak dan istri adik-adiknya? Agraham masih tidak percaya hal ini akan pria itu lakukan.

BITTER AND SALTY [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang