Empat

360 36 14
                                    

"Loh, Zoro." Sanji yang baru saja keluar dari kamarnya berdiri melihat sosok Zoro di dapur.

Pria itu bertelanjang dada, entah sedang memasak apa dan ketika Zoro berbalik menatapnya, bola mata Sanji mau tidak mau jatuh pada dada Zoro yang luar biasa.

Sanji menelan saliva amat berat dan berdehem.

"Hai, morning," sapa Zoro. Dia menaruh telur pada dua piring yang ada di meja, "Mau sarapan?"

"Loh kamu bisa masak?"

Zoro tertawa pelan, "Sekedar telur rebus harusnya bisa gak sih? Ya meskipun cuman ini yang aku bisa."

Sanji mengerjapkan matanya beberapa kali. Lalu bertemu pandang dengan Zoro dalam seperkian detik dan memutar otaknya.

Aku?

"Eh tapi kalo kamu gak mau makan ini gak papa," kata Zoro sambil mengangkat gelasnya dan meneganggak susu.

Sanji berjalan mendekat, melihat dua butir telur pada masing-masing piring, "Kamu buat ini aja?"

"Ah, sorry."

"Bukan gitu," sahut Sanji, "Misal k-kamu mau sesuatu aku buatin gitu."

"Mau kamu aja boleh?"

Sanji menyipitkan matanya dan Zoro tertawa pelan.

"Jelek ah bercandaan lo."

"Padahal pake aku kamu udah manis loh San."

Sanji menarik napas pelan dan ikut menarik kursi lalu duduk di samping Zoro, "Mau bawa bekel?"

"Gimana kalo kita makan bareng aja di luar nanti?"

Sanji yang sedang meminum segelas susu melirik pada Zoro dan tatapan mata Zoro melihat bagaimana Sanji mengusap sudut bibirnya dengan pelan.

"Tapi kayaknya gue ada janji mau makan siang bareng Law deh."

"Oh." Zoro mengunyah telurnya dan menatap Sanji, "Lo deket banget ya sama dia? Proses pdkt?"

Sanji mengerutkan alisnya, "Gimana?"

"Suka lo sama dia?"

Hampir saja Sanji terbatuk jika tidak menarik napas lebih panjang, dia menatap Zoro, "Emang kenapa?"

"Apanya?"

"Kalo gue suka sama dia emang kenapa?"

Rupanya Zoro butuh beberapa detik untuk menatap biru retina Sanji sebelum memutus tatapan mereka. Pria itu akhirnya bangun dan berjalan ke kamarnya. Tidak menjawab apapun dan tidak membahasnya sedikitpun.

Hari itu, Zoro menghindari Sanji.

...

"Gue gak salah kan nanya itu?"

Law dan Nami saling tatapan. Si wanita menghela napas dan menyandarkan pinggangnya pada pinggir meja Sanji, "Ya enggak sih, cuman..."

"...apa?"

"Cemburu gak sih?" Law menyahut.

Nami menjentikkan jarinya, "Iya. Kalo gak cemburu apaan coba namanya?"

"Gak usah bikin gue berharap lo ya," sahut Sanji ketus.

Nami tertawa, "Coba lo pikirin, selain cemburu emang ada alasan lain?"

"Mau sekalian gue bantuin?" Tanya Law.

Sanji menatap pria itu, "Gak usah memperumit deh. Lo mending kejar tuh yang betul si Luffy."

Nami tertawa geli.

"Lah, kan biar memperjelas dia beneran cemburu atau enggak? Mana tau jadi gercep."

Room mate ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang