Chapter 7

46 9 5
                                    

POV NOLAN

Banjingan, ini siapa yang nyeret gue bisa sampai ada disini? Ditengah lautan mahasiswa pendemo di depan Gedung Sate. Gue meskipun bandel tapi gak pernah ikut aksi beginian. Wong selama kuliah kerjaan gue cuma nongkrong sama anak-anak sambil gitaran. Gue bukannya takut, ya mungkin dasarnya gue cinta perdamaian aja. Juga karena memang beda jaman. Lagian kalo gue ikut beginian yang ada ayah malah jantungan.

Nih Si Nathan kok bisa hidup cuma demo dan demo, apa gak cape? Ini aja gue rasanya udah pengen pulang, kaki gue pegel banget sumpah, telinga gue sakit denger orang teriak-teriak. Kaum rebahan kaya gue beneran ke siksa banget dah.

"Lo kok tumben gak semangat tan?"

"Males suara gue abis"

"Ah gak asik lo"

"Lagian lo juga dari tadi gue liat-liat cuma diem aja nyet"

"Eh jangan salah gini-gini gue ngeabadiin momen", oceh Tama yang sibuk memotret sana-sini layaknya kameramen handal padahal hanya berbekal kamera saku jadul.

"Sini liat kamera, siapa tau jepretan gue bisa masuk surat kabar"

"Banyak bacot lo ah"

Semakin lama suasana demonstrasi semakin pemanas, tidak jarang terjadi bentrokan antara aparat dengan para mahasiswa. Saking gak terkendalinya gue kepisah dari si Tama gitu aja. Aksi pembakaran ban, kemudian petugas mulai menembakan gas air mata. Ini gimana caranya gue kabur?

"Bocah ini lagi", seorang pria berseragam mendorong gue hingga jatuh ke aspal. Gue berusaha untuk bangkit tapi sialnya mata gue berkabut, asap dimana-mana yang ada gue terdorong lagi dan jatuh tersungkur.

Petugas tadi kayanya familiar sama wajah gue, makanya dorongan dia tuh lebih mirip orang yang punya dendam kesumat. Ini beneran rusuh banget sampe liat jalanan pun susah, dengan sekuat tenaga gue singkirin satu persatu orang yang halangin gue. Sampe akhirnya gue bisa keluar dari sana.

Gue cuma bisa menatap miris ke arah lengan gue yang berdarah, belum lagi kaki gue berapa kali kena injek orang. Pincang kan jadinya. Nasib gue di tahun 1998 gini banget perasaan. Lo punya dosa apa sih, lan?

"Tan anjing gue cariin lo kemana-mana"

"Balik lah kita"

"Ya udah ayok gue pinjem vespa si Dul dah, balik ke rumah?"

"Ke kampus dulu motor gue di kampus, lagian kalo balik kerumah yang ada gue kena omel"

"Ya udah lah ayok"

Gue seret satu kaki gue susah payah, untung ada si Tama bantu megangin gue. Anjir, gak lagi-lagi lah gue ikut beginian.

Lima menit berlalu, akhirnya gue terbebas dari kerusuhan. Udara Bandung yang asri membuat setiap detik perjalanan terasa lebih menyenangkan. Walaupun badan gue sakit semua, nyatanya bisa terlupakan begitu aja saat gue tengok lalu lintas kota yang tidak sepadat di masa depan. Persis kaya Bandung tempo dulu, tapi gak dulu-dulu banget. Dari kaca spion, gue bisa liat muka jelek Tama dengan rambut gondrongnya yang alay itu. Mengingatkan gue sama salah satu personil The Changcuters.

"Persahabatan Dudung Maman.... Tak pernah lekang oleh zaman....", senandung gue asal tiba-tiba keinget lagu itu, gue jadi mikir beruntung juga si Nathan punya sobat setia kaya Tama. Gue sih boro-boro, temen gue gak ada yang menetap. Ya bisa dibilang gue gak punya sahabat deket.

"Lagu siapa dah gue baru denger"

"Tar juga beberapa tahun lagi lo bakal tau"

"Gak jelas lo"

"Eh bego yang bener bawanya, ugal-ugalan bener manusia, lo bawa nyawa orang ini", omel gue gara-gara si Tama dengan sengaja memainkan stang motor ke kanan ke kiri.

"Bodo", Tama tertawa terbahak-bahak, emang bocah edan.

🐈‍⬛🐈‍⬛🐈‍⬛

Dua sahabat yang tengah memarkirkan motor itu menjadi pusat perhatian. Terutama pada Nolan atau sekarang ini adalah Nathan. Pria itu terlihat tidak baik-baik saja. Baju putihnya tampak lusuh, lagian siapa yang melakukan aksi demo dengan memakai baju putih?

"Gem, itu Kak Nathan sama Kak Tama kok di kerubunin orang gitu sih?", ucap Yefan pada Gema, mereka kini tengah mengganti beberapa artikel di majalah dinding.

"Samperin yok"

Tampak sedikit kekhawatiran dari raut wajah Gema. Sebelum mereka berdua sampai ternyata Tama sudah lebih dulu mengetahui keberadaan mereka.

"Gem bantuin gue bawa dia ke Sekre dong", teriak Tama

"Eh anjing kenapa lo minta bantuan Gema?", bisik Nolan geram dengan tingkah temannya. Berakhir Tama mendapatkan cubitan kecil.

"Ah lo juga seneng kalo dia yang bantuin", sungguh wajah menyebalkan Tama membuat Nolan kesal setengah mati. Lihatlah seriangaian pria itu, membuat siapa saja yang melihat ingin melempar batu.

"Sini kak pegangan sama aku", Gema dengan sigap mengambil satu lengan Nolan.

"Aku bawain tas kakak aja deh", timpal Yefan

"Yeh ngebantu banget lo", sarkas Tama mendapatkan tatapan sinis dari Yefan.

"Makasih kalian berdua"

Sesampainnya di Sekre hanya ada keributan yang terjadi antara Tama dan Yefan, entah itu rebutan kursi atau saling melontar ejekan.

"Lo berdua kalo mau ribut keluar ajalah", protes Nolan sambil menahan rasa ngilu di kakinya. Sedangkan Gema fokus mengompres kaki Nolan tanpa mempedulikan sahabat dan kakak tingkatnya.

"Biar sama gue aja Gem"

"Gapapa kak, masih sakit?"

"Udah ngga kok"

"Bohong", cibir Gema dengan wajah menggemaskan "Biar aku bersihin luka di pipi kakak"

Saat Gema dengan telaten memberikan obat merah pada luka Nolan, disaat itu lah kedus kucing dan anjing itu berhenti berdebat. Tak lupa Gema berikan tiupan guna mengurangi rasa sakit yang ditimbulkan. Seolah dirinya bisa merasakan apa yang kini tengah dirasakan kakak tingkatnya itu.

"Ini alis gak usah dikerutin gini", canda Nolan mengelus lembut dahi Gema.

"Sakit banget ya kak?"

Nolan menggeleng

"Semoga sakitnya cepet hilang, lukanya gak berbekas, seberat dan sesakit apapun yang Kak Nathan rasain sekarang akan tergantikan dengan hal baik dikemudian hari karena...
...selalu ada cahaya di ujung terowongan"

"Selalu ada cahaya di ujung terowongan"

Kalimat yang diucapkan bersamaan itu membuat keduanya membisu, hanya bisa saling menatap dalam dengan perasaan yg sulit diartikan. Ada gelenyar aneh yang mengisi relung hati keduanya. Nolan bahkan tidak pernah tau hatinya akan bergetar, terlebih lagi karena orang yang ada di depannya. Orang yang tidak akan pernah dia sangka-sangka. Betulkah ini perasaannya sendiri? atau Orang lain yang bernama Nathan lah yang mengambil alih pikirannya selama ini?

🐈‍⬛🐈‍⬛🐈‍⬛
Bersambung

Makasih yang udah mampir buat baca 🫶🏻

.
.
.

Old Story [1998] - NetJamesWhere stories live. Discover now