#05

730 45 0
                                    

"Harus berapa kali papa bilang Yang Jungwon!? Beresin barang kamu dan ikut sama papa"

Suara nya begitu nyaring, mengisi seluruh ruangan yang tampak mewah namun banyak kepahitan didalamnya.

Bahkan sebuah vas yang terletak rapih disalah satu meja pajangan bisa berpecah belah, ruangan itu dikuasai dengan hawa yang tak mengenakkan dan mampu membuat siapapun meneguk kasar ludah mereka sendiri.

Namun tidak untuk seorang jungwon yang justru ia malah memberika tatapan kosong kepada sang lawan bicaranya yakni Tuan Yang selaku ayah jungwon.

"Bacot banget pa, diem deh muak banget dengerin papa ngoceh gak jelas"

"Mending urusin selingkuhan papa aja sana, dateng dateng malah nyuruh"

Jungwon kembali fokus dengan layar laptopnya saat ini, ia tengah mengerjakan tugas akhir kelasnya namun tiba-tiba saja tamu yang tak pernah jungwon undang datang ke rumah.

Pikir jungwon sedikit lega karena tak ada sang bunda di rumah saat ini, mungkin tak akan lama sang bunda akan tetiba di rumah besar yang penuh dengan kepahitan dan kekejaman.

"Papa gak pernah ajar kamu untuk bicara yang tidak sopan, berlutut di depan papa sekarang!"

Pandangan nya kembali menatap sang papa dengan malas, "Ngajarin yang sopan aja gak pernah, ogah juga ngapain berlutut sama orang gak jelas"

Pria yang lebih tua tersebut atau sang ayah menatapnya dengan kesal, sejak kapan putranya ini memiliki keberanian untuk melawan dirinya?

Ia melangkah kan kakinya menghampiri jungwon yang masih terduduk dengan pandangan yang fokus pada layar laptop dengan jari jemari yang lincah menekan huruf-huruf timbul disana.

Jungwon kemudian menutup laptop miliknya, dan bangkit dari duduknya menatap sang ayah; "Tangan kotor itu gak pantas untuk nyentuh jungwon, injakan kaki keluar pa, jungwon gak butuh sosok ayah mulai saat ini"

Sang ayah mendengus kesal kala putranya meninggalkan dirinya yang berdiri terdiam disana, "Dasar anak gak tau diri"

Jungwon, tatapannya mulai mengosong pikiran nya berkecamuk; Apa yang dilakukan tadi itu benar kan..
Logika nya berkata kalau ia sudah tak peduli pada ayahnya namun justru berbanding terbalik dengan perasaannya saat ini.

Hati nya merasa tergores mungkin jika digambarkan bisa seperti lengan tangan yang penuh dengan luka bergaris akibat benda tajam menyentuh lengan putih bersih itu.

Kini ia sudah berada di ruang tidur miliknya sendiri, jungwon menghela nafasnya begitu kasar karena malam ini terasa begitu berat untuknya. Walaupun dirinya tak mengiyakan suruhan sang ayah tetapi pergerakannya menyetujui suruhan sang ayah.

Ia sudah sibuk mengemasi barang barang nya saat ini, ada ungkapan yang tak bisa ia jelaskan saat ini ketika sudah mengetahui segala kebenaran tentang sang ayah. Begitu menyakitkan dan sulit untuk dipercaya namun hal itu sudah nyata dan terlihat jelas di depan pandangannya.

"Jungwon udah gak kuat ma.."


...


"Makasih ya won" Ujar sunghoon begitu ia turun dari kuda besi milik adik kelasnya.

"No need, kalau gitu jungwon duluan ya kak. Udah dicariin sama papa"

Sunghoon mengangguk menanggapi pernyataan yang diberikan oleh jungwon, "Hati-hati won" suara nya sedikit berteriak karena jungwon sudah lebih dulu menyalakan mesinnya.

Kini sunghoon memejamkan matanya begitu erat sebelum ia membalikkan badannya untuk memasuki gedung apartemen tempat mantan nya tinggal.

Langkah kaki nya ia ambil dengan perlahan, pikirannya sudah cukup tenang saat ini. Jari telunjuknya terangkat untuk menekan angka yang tertera disana, pintu lift perlahan tertutup dan akan bergerak keatas.

Sunghoon sudah berdiri tepat didepan pintu utama, ketika jari nya sudah bersiap untuk menekan bel; pintu itu lebih dulu terbuka menampakkan jay dengan tatapan teduhnya.

"Masuk hoon, keburu makanan nya dingin"

Selain jay yang pintar bermain di ranjang- ia juga menyukai jay yang penuh dengan kelembutan, yang tidak pernah bertanya pada dirinya jika ia tengah dalam keadaan hancur.

Tak ada seorang pun yang bisa dipercayai oleh dirinya selain jay selaku mantan kekasihnya, kisah cinta mereka mungkin tak semulus seperti yang ada di film, meski tak seindah kisah cinta celine dan ely.

Sunghoon merasa ia tak butuh siapa pun terkecuali jay, tetapi sunghoon tetaplah seorang pencundang yang penuh dengan rasa bersalah, rasa tak pantas untuk menjalin hubungan dengan jay.

"Cuci kaki, cuci muka, terus jangan lupa gosok gigi abis itu lu tidur dah tuh yang nyenyak"

"Jay-"

"Istirahat ya hoon"

Setelah jay berucap demikian, sunghoon hanya bisa mengangguk menuruti perintah yang diberikan.

Pasti berat ya hoon hari ini..

Jay kembali membereskan piring kotor yang tergeletak dimeja makan, ia mencucinya. Sejenak kepalanya tertunduk, "Bangsat.. jadi sunghoon pasti berat banget ya anjing.."

Setelah apa yang ia dengar, jay terus terpikirkan oleh hal tersebut. Sunghoon tak ada sekalipun berbagi cerita dengannya, sungguh hal ini membuat jay merasa masih belum bisa disebut sebagai orang terdekat untuk sunghoon.

Hari ini akan menjadi hari yang berat untuk sunghoon, tetapi malam ini akan menjadi penenang untuknya dikala ia memjamkan matanya.

Selimut yang lembut menutupi seluruh tubuhnya akan setia bersamanya, malam yang begitu tenang akan menemani waktu istirahat untuk jay dan sunghoon.


...


"Urusan jungwon kabur kemana bukan jadi hal yang penting, lebih baik papa perbaiki apa yang telah papa perbuat sebelum semuanya terdengar orang lain pa"

"Urusan jungwon kabur kemana bukan jadi hal yang penting, lebih baik papa perbaiki apa yang telah papa perbuat sebelum semuanya terdengar orang lain pa"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
hisexlovers [jayhoon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang