Lamaran Rendy

449 6 0
                                    

Sesampainya di rumah, Rendy langsung masuk ke kamar dan mengunci pintunya. Ayaka semakin bingung dengan sikap Rendy yang berubah delapan puluh derajat setelah bertemu dengan Ayah kandungnya.

“Rendy kenapa ya? Dia jadi aneh setelah ketemu sama Ayah,” batin Ayaka.

Ayaka menghela napas, lalu masuk ke kamar. Ayaka mengunci pintu kamar dan membanting tubuhnya ke tempat tidur. Ayaka menutup sebagian tubuhnya dengan selimut. Ayaka memejamkan mata, mencoba beristirahat. Namun, pikirannya masih berkelana memikirkan sikap Rendy.

“Ah bodoamat lah. Bukan urusan aku ini,” ucap Ayaka.

Ayaka menutup seluruh tubuhnya dengan selimut, kemudian Ayaka memaksa matanya untuk terpejam. Ayaka tidak mau menambah beban pikirannya karena masalahnya pun sudah terlalu banyak. Mungkin mood Rendy sedang tidak stabil atau bisa jadi Rendy juga lelah karena terlalu sering menjaganya.

***

Cahaya matahari menembus gorden kamar. Ayaka membuka mata, lalu menguap. Ayaka kembali memejamkan mata dan memeluk guling dengan erat.

Tok, Tok, Tok.

Terdengar suara ketukan pintu dari luar. Namun, Ayaka enggan membukakan pintu sebab tubuhnya masih dirantai oleh kasur.

“Non Ayaka,” panggil pembantu.

Ayaka mengabaikannya hingga suara ketukan tersebut semakin kencang. Mau tak mau Ayaka membuka mata dan beranjak dari kasur. Ayaka berjalan dengan terhuyung-huyung, kemudian membuka pintu.

“Ada apa, Bi?” tanya Ayaka.

“Non dipanggil sama Tuan Rendy,” jawab Bi Ijah sambil menunduk hormat.

“Mau ngapain, Bi? Ini masih pagi loh. Aku capek banget,” tutur Ayaka.

“Non turun saja. Soalnya bibi cuman disuruh sama Tuan,” jawab Bi Ijah.

Bi Ijah pergi meninggalkan Ayaka yang masih diam di ambang pintu. Setelah itu, Ayaka berjalan dan menuruni anak tangga.

“Kok gelap? Yang lain pada ke mana?” tanya Ayaka bingung.

Ayaka melihat ke arah sekitar, tetapi matanya tidak mampu menembus kegelapan di ruangan tersebut. Ayaka berjalan menyusuri lantai satu, mencari keberadaan keluarganya yang menghilang entah kemana.

“Kak Ren!” panggil Ayaka.

Ayaka mondar-mandir tapi dia tidak kunjung menemukan Rendy. Tiba-tiba muncul sosok misterius menggunakan jaket hitam. Sosok itu berdiri di hadapan Ayaka dan melangkah mendekati Ayaka.

“Siapa kamu?” tanya Ayaka.

Dia tidak menjawab. Dia semakin mendekati Ayaka, sedangkan Ayaka memundurkan langkahnya ke belakang.

“Tolong!” Ayaka berteriak. Namun, tiba-tiba sosok itu menyumpal mulutnya dan mendorongnya hingga membentur tembok.
Tiba-tiba sosok itu mengeluarkan senjata api dan menodongkannya ke kepala Ayaka.

“Kejutan!” Terdengar suara teriakan dan tiba-tiba lampu kembali nyala. Ayaka tercengang, dia melihat sekitarnya yang ramai dengan teman sekelasnya di SMA.

“Selamat ulang tahun, sayang.” Sosok misterius tersebut melepas tangan Ayaka dan membuka penutup wajahnya. Ayaka semakin terkejut ketika mengetahui sosok misterius tersebut adalah Rendy.

“Apa maksud kalian? Kenapa kalian membuat aku takut?” tanya Ayaka.

“Hari ini adalah hari ulang tahun kamu. Aku sengaja meminta mereka datang ke rumah untuk memberikan kejutan padamu,” jawab Rendy secara jujur.

“Kamu tahu tanggal lahir aku?” tanya Ayaka tidak percaya.

“Apa sih yang enggak aku tahu tentang kamu?” Rendy bertanya balik.

Rendy mengukir senyuman, lalu Rendy membelai rambut Ayaka dengan lembut.
Setelah itu, Rendy mengambil kue dan menyodorkan kepada Ayaka.

“Kamu tiup lilinnya tapi sebelum itu baca doa dulu,” ujar Rendy.

Ayaka tersenyum, dia memejamkan mata dan mengangkat kedua tangannya.

“Ya Allah, terima kasih atas kebahagiaan dan nikmat yang telah engkau berikan. Aku tidak menyangka bisa memiliki keluarga baru yang sayang padaku. Meskipun aku kehilangan Ibu tapi hidupku jauh lebih baik. Di usiaku yang bertambah ini aku harap aku bisa menjadi lebih baik dan membanggakan bagi keluarga Yokohama,” doa Ayaka dalam batin.

Setelah selesai berdoa, Ayaka meniup lilin. Kemudian Ayaka memotong kue dan memberikannya kepada Rendy.

“Kue ini aku kasih ke pria yang selalu ada buat aku,” tutur Ayaka.

“Suapi dong,” pinta Rendy dengan manja.

Mata Rendy berbinar-binar, mencoba bujuk Ayaka supaya menyuapi kue ke mulutnya. Ayaka tersenyum kecil, lalu menyuapi sepotong kue kecil ke mulut Rendy.

“Cie, cie ....”

Semua tamu undangan meledek Ayaka dan Rendy, sedangkan Ayaka tersipu malu dan memukul pelan bahu Rendy.

“Ada yang mau aku kasih lagi,” ungkap Rendy.

“Apa?” tanya Ayaka.

Rendy berjongkok di hadapan Ayaka, lalu Rendy mengeluarkan kotak merah dari saku celananya. Rendy membuka kotak yang ternyata berisi cincin berlian.

“Aya ... Kamu memang bukan cinta pertamaku tapi aku pastikan kamu menjadi cinta terakhirku,” tutur Rendy.

Ayaka tercengang, ia tidak menyangka Rendy akan memberi cincin di hadapan banyak orang. Dia pikir Rendy hanya bermain-main dengan perasaannya tapi dugaannya salah, sepertinya Rendy serius terhadap cintanya.

“Kamu mau kan jadi Ibu dari anak-anakku?” tanya Rendy. Namun, Ayaka diam karena tidak tahu harus menjawab apa.

“Terima Ayaka ... Rendy sangat cinta sama kamu,” tutur seorang pria yang datang dari pintu depan.

Mata Ayaka terbelalak saat melihat Ayahnya berada tepat di belakang Rendy.

“Ayah ...” ucap Ayaka.

Bayu tersenyum kecil. “Rendy yang sudah membebaskan Ayah,” ungkap Bayu.

Ayaka melirik Rendy yang masih berjongkok di hadapannya. Rendy menggenggam tangan Ayaka dan hendak memasangkan cincin di jari manis Ayaka.

“Jadi gimana? Kamu bersedia menjadi istriku?” tanya Rendy lagi.

Ayaka mengangguk setuju. Rendy memasangkan cincin di jari Ayaka, lalu Rendy memeluk Ayaka dengan erat. Ayaka merasakan kehangatan dari pelukan Rendy, perlahan dia membalas pelukan Rendy dan bersandar di dada bidang Rendy.

Terjebak Gairah Ayah TiriWhere stories live. Discover now