Twenty Five

662 68 6
                                    

Iky saat ini berada di atas gedung sekolah. Dia membolos lagi.

"Menyebalkan," ucapnya.

Tidak lama Iky berdiri di sana, tiba-tiba terdengar suara beberapa orang yang tertawa dan menuju ke tempatnya.

Siapa mereka pikirnya. Mereka terlihat seperti berandalan. Apalagi dengan rokok yang menyala di salah satu orang itu.

"Sepertinya ada pangeran sekolah di sini." Itu bukanlah sebuah pujian, nadanya terdengar seperti sebuah ejekan.

Iky mengabaikan mereka dan kembali melihat pemandangan sekolah dari atas.

"Wah apa ini, apa kau mengabaikan ku?" Orang itu semakin mendekat ke arah Iky dengan gaya yang angkuh. Benar-benar membuat Iky kesal.

Iky melihat name tag yang menempel di bajunya. Raga Saputra dia akan mengingat nama itu.

"Aku tidak mengerti, kenapa mereka menyukai pria tulang lunak seperti mu," ucapnya sambil memegang kerah baju Iky seolah-olah merapikannya.

"Apa maksudmu?" Kesabaran Iky sudah hampir habis,ingin sekali dia menonjok orang di depannya ini.

"Ada apa dengan matamu itu, wah aku takut sekali." Dia mengejek lagi, sepertinya Iky sudah siap dengan tinjunya.

"Tundukan wajahmu itu, kau harus tahu tempatmu." Ucapnya sambil menepuk-nepuk pipi Iky.

Kesabaran Iky sudah habis, dia tidak bisa lagi menahannya.

Bugh..

Iky berhasil meninju wajah Raga. Senangnya bisa menghajar wajah songongnya itu.

Raga mengusap bibirnya yang sepertinya mengeluarkan darah karena pukulan yang cukup keras. Dia berbalik melihat Iky dan kemudian membalasnya.

Bibir Iky juga mengeluarkan darah karena pukulan dari Raga. Setelah itu, perkelahian pun terjadi.

"Brengsek." Iky terus menghajar Raga sampai dia tidak bisa melawan. Iky menindih tubuh Raga dan terus memukul wajahnya.

"APA YANG KALIAN LAKUKAN." Teriakan itu membuat mereka mengalihkan pandangannya. Ternyata itu adalah ketua OSIS. Habislah pikir mereka semua.

"Kalian semua ikut gue ke ruang BK." Ternyata paketu tidak datang sendiri, rupanya dia bawa pasukan.

Anggota OSIS yang datang bersama ketua OSIS menyeret mereka menuju ruang BK. Namun tidak dengan Raga. Iky menghajar pria itu sampai pingsan,jadi dia dibawa ke UKS.

"Besok orang tua kalian harus datang ke sekolah," ucap guru BK.

"Tapi pak.."

"Tidak ada tapi tapi,"

Mereka pasrah dan menuruti perkataan guru BK itu. Bagaimana Iky mengatakannya pada ayahnya. Baru juga masuk sekolah, sudah buat onar.

Tidak lama setelah Iky berjalan meninggalkan ruang BK, lagi-lagi tangannya ditarik. Siapa lagi kalau bukan Arvin. Iky tidak melawan, karena dia sudah tahu kemana Arvin akan membawanya.UKS.

Sepertinya Raga sudah sadar, karena dia sudah tidak ada di UKS. Iky kemudian duduk di kursi, dan Arvin mengambil kotak p3k.

"Repot banget lo," ucap Iky.

"Diem."

Iky tidak berbicara lagi, bukan menuruti Arvin, hanya saja bibirnya perih setiap kali dia berbicara.

Arvin dengan lihai mengobati luka Iky. Sama seperti yang dia lakukan dulu. Ingatan itu tiba-tiba saja Iky dapatkan saat Arvin mulai mengobati luka nya. "Jadi sebenarnya ni orang emang temenan sama si Rizky ya, kok dia gak pernah nyapa gue setiap di sekolah?" batinnya.

Arvin beralih mengobati bibir Iky yang berdarah. Dia terus menatap wajah Iky dengan jantungnya yang sedari tadi tidak berdetak dengan normal.

Iky mengalihkan pandangannya, sekarang mereka berdua saling bertatapan.

"Bentar, kok genrenya jadi beda," batin Iky.

Iky kemudian menepis tangan Arvin sambil mengernyitkan keningnya.

"Udah kan? gue mau balik kelas." Iky meninggalkan ruangan itu tanpa berbalik ke arah Arvin. Lalu bagaimana dengan Arvin? Jangan tanya, wajahnya sudah memerah karena malu.

"Anjing, tu orang gak seperti yang gue pikir kan? Ngga kan? Gila." Iky menggelengkan kepalanya sambil menampar pelan pipinya.

"Adira i love you," ucapnya kemudian.

_________

Jam pelajaran sudah selesai. Saat Iky berjalan menuju parkiran, tiba-tiba tubuhnya ditarik berbalik ke belakang.

Andra kaget setelah melihat wajah Iky yang babak belur.

"Siapa?" tanya Andra dengan suara yang dingin.

Iky mengabaikannya, dia membalikkan badannya dan kemudian ditarik lagi oleh Andra.

"Gue tanya siapa?" Lagi-lagi Andra bertanya.

"Bukan urusan lo," ucap Iky.

"Gue kakak lo dan gue punya hak." Memangnya sejak kapan Iky mengakuinya sebagai kakak.

"Sebaiknya lo bantu gue ngomong sama bokap." Andra tahu maksud Iky, sepertinya Rayya dipanggil oleh guru BK.

"Sekarang pulang bareng gue." Iky menurutinya. Dia mengendarai motornya lebih dulu, dan Andra mengikutinya dari belakang. Takut-takut jika Iky kabur.

______

Sampai di rumah, Iky tidak langsung berjalan memasuki rumah. Dia menunggu Andra dan berjalan di belakangnya. Andra gemas melihat Iky, sepertinya dia menjadikannya sebagai tameng.

Setelah memasuki rumah, Andra melihat Rayya dan Yunita berada di ruang keluarga. Andra kemudian berjalan menghampiri mereka dengan Iky yang masih berada di belakangnya.

"Aku punya kejutan," ucap Andra tiba-tiba.

"Kejutan apa sayang?" tanya Yunita. Andra bergeser membuat Iky yang berada di belakangnya sekarang terlihat jelas.

Benar-benar sebuah kejutan. Rayya dan Yunita membelalakkan matanya. Bagaimana tidak terkejut, anak yang tidak pernah bertengkar sekarang datang ke rumah dengan wajah babak belurnya.

"Apa yang terjadi?" Rayya mendatarkan wajahnya dan membuat Iky ciut.

Andra juga melihat ke arah Iky, dia juga ingin mendengar lebih jelas apa yang sudah terjadi. Saat di sekolah, Andra cuman mendengar kalau Iky bertengkar dan masuk ruang BK.

"Dia duluan," ucap Iky.

"Duluan apa? Nonjok?" Tanya Rayya dengan wajah yang masih datar.

"Kalo nonjok aku yang mulai, tapi dia mengejekku lebih dulu jadi aku menghajarnya." Entah makhluk apa yang merasukinya, tiba-tiba Iky bersikap sopan dan terlihat seperti anak kecil yang tidak sengaja terciduk.

Rayya hanya bisa mengusap wajahnya. Tidak habis pikir dengan yang anaknya lakukan.

"Jam berapa?" Rayya sudah paham, sepertinya dia dipanggil untuk datang ke sekolah.

"Jam delapan," ucap Iky.

Rayya menunjukkan isyarat untuk Andra dan Iky segera pergi ke kamarnya. Dan tentu saja mereka menurutinya.

Owner Of The Soul Where stories live. Discover now