Sedayu mengangkat tangannya perlahan, mencoba untuk meraih bunga liar yang tumbuh diatas pohon Oak kesayangannya.  Bunga itu terlalu indah bila dia tidak petik.  Dia ingin sekali memajangnya dikamar hingga ayah dan ibunya tahu dan turut menikmatinya juga.  Pohon Oak yang tumbuh disamping rumahnya ini sudah hampir berusia 50 tahun, 35 tahun lebih lama dari umurnya sekarang ini.

"Berhasilll...!" seru Sedayu dengan sangat girang.  Bunga indah berwarna merah, kuning dan sedikit biru diantara bentuknya yang segitiga akan membuat siapapun yang melihatnya merasa senang dan bahagia, termasuk kedua orang tuanya.

Begitu dia selalu membuatnya bersemangat meraih bunga yang tumbuh diatas pohon Oak.  Sebenarnya dia sudah lama ingin mengambilnya tetapi bunga itu jauh dari jangkauan tangannya.  Bunga itu tumbuh di tengah-tengah celah batang pohon yang dia harus merogohnya.  Memasukkan kedua tangannya yang mungil dan mengai-ngais tangkainya.

Sampai di depan pintu. Sedayu membuka engsel pintu dengan penuh semangat. Perjuangannya untuk memberikan yang terbaik kepada kedua orang tuanya akan segera terwujud.  

"Mama.....Papa....!" teriaknya memanggil.

Tak ada diantara keduanya yang menjawab panggilannya.

"Mama....,"kembali Sedayu berteriak memanggil ibunya.  Suasana masih tetap saja hening setelah terlepas dari teriakannya.

"Papa.....,"  Sedayu mencoba memanggil ayahnya.  Dan tetap mendapatkan hal yang sama.

Di beberapa ruangan Sedayu mencoba mencari mereka.  Dan tak terlihat sedikitpun penampakan dari mereka. Hingga Sedayu terduduk disebuah tangga dan merasakan lelah dan kering di tenggorokannya. Dia memegang bunga indah itu dan meletakkannya disamping tubuhnya. Dia menegadahkan wajahnya keatas. Dan seketika dia tertawa kecil.  Dia baru saja tersadar bahwa selama ini kedua orang tuanya lebih banyak menghabiskan waktu di loteng rumahnya.  Mereka sudah terlalu renta untuk berjalan turun ke bawah dan menjalankan aktifitas seperti layaknya manusia pada umumnya.  

Memang selama ini Sedayu telah mengambil peran penting kedua orang tuanya.  Memeliharadan mengurus kebun dan peternakannya.  Memberi makan sapi dan mengambil rumput buat pakan dan menyimnya di gudang. 

Setiap pagi dia akan membawa beberapa gelas susu dan beberapa potong kue hasil kreasinya untuk dimakan bersama di loteng rumahnya.  Menatap awan dan pemandangan gunung yang sangat luar biasa sambil meneguk hangatnya susu dan menguyah renyahnya kue.

Dengan cepat Sedatu meraih kembali bunga disampingnya dan bergegeas menaiki tangga menuju loteng.  Setelah diatas tampak ruangan depan yang rapih dan bersih.  Sedayu tersenyum bahagia membayangkan betapa bahagianya kedua orang tuanya saat mereka tahu dia dapat mengambiul bunga kesayangannya yang sudah tumbuh sejak dia masih kecil.

"Mama....Papa..." dia mengulangi panggilannya saat dia membuka pintu rumahnya tadi.   Tapi keadaan masih tetap sepi hanya saja suara angin yang berhembus melewati jendela dan kursi goyang yang bergerak menderit terbawa angin.

Sedayu menghampiri kursi goyang tempat biasa ayahnya duduk sambil melihat pemandangan diluar sana. Tampak sesuatu yang mengerikan sebuah tengkorak dan anehnya masih menggunakan baju sedang terduduk tanpa daya.  

Tanpa rasa takut atau jijik, Sedayu memeluk tubuh yang tinggal tulang belulang berselimutkan kain baju yang sudah lusuh dan berdebu.  Dia menciumi keningnya dan menangis dengan penuh kepedihan.  Lalu dia bergegas pergi mendekati sebuah ranjang dan kembali dia mendapati sebuah tubuhnyang hanya meninggalkan tulang belulangnya saja dan masih dibalut oleh baju dan selimut yang menutupi setengah tubuhnya.  Kemudian dia pun mengulangi hal yang sama yang dia lakukan pada tubuh di ats kursi roda tadi.  Dan menagis ditepian ranjang.

Selang beberapa lama Swdayu menghapus air matanya.  Menarik nafas panjang dan menaruh bunga yang digenggamnya kedalam sebuah vas bunga yang didalamnya terdapat pula bebarapa tangkai bunga yang sudah mati dan kering. Kemudian perlahan dia meninggalkan ruangan itu dan turun menuruni anak tangga rumahnya.  Berlalu perlahan keluar rumah dan menutup pintunya kembali.  

Perlahan Sedayu duduk di sebuah kursi kayu dan menyandarkan tubuhnya ke dinding rumah serta kembali menangis.  Meratapi hidupnya yang sepi setelah ditinggal oleh kedua orangtuanya. 



You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 14 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

CERITAKAN CERITA !Where stories live. Discover now