06.

150 20 1
                                    

Welcome...

Happy reading



"Zayyan"

Mendengar namanya dipanggil, dia langsung menoleh kebelakang dan mendapati Jake tengah menatapnya kemudian melangkahkan kakinya mendekati Zayyan yang melihat kembali kearah teman sekelasnya terus berjalan dikoridor sampai mereka berbelok hilang dibalik dinding itu.

Zayyan menghela nafas sebelum membalikkan tubuhnya saat merasa pria itu sudah berdiri dibelakangnya.

Disana sudah tidak ada siapapun lagi yang lewat selain hanya ada mereka berdua, para murid sudah berada dikelas setelah istirahat pertama selesai.

Beberapa saat keduanya hanya diam, saling melempar tatapan tidak suka, Jake tersenyum tipis saat menyadari tatapan Zayyan begitu sinis padanya, tentu dia tau itu menandakan sinyal bahwa keberadaannya tidak disukai. Jake mengabaikan sorot mata tajam itu, menunjukkan dirinya sama sekali tidak terganggu dengan merogoh saku celananya dan mengeluarkan ponsel.

Zayyan mengeraskan rahangnya merasa kesal, pria itu malah asik mengotak-atik ponselnya, membuang waktunya saja.

Zayyan menghembuskan nafas jengah, kemudian membuka suara. "Sebenarnya apa yang lo mau?"

"Tunggu sebentar"

Sungguh dia malas menanggapi hal yang tidak jelas, dia bukan tipikal memiliki kesabaran yang banyak apalagi untuk pria itu, yang ada dirinya malah emosi terus.  Dan Zayyan terkadang tidak bisa menyembunyikan ekspresinya terhadap orang yang dia benci.

Seperti saat ini, dia terang-terangan menunjukkan rasa enggannya untuk melihat pria itu, lebih baik dirinya pergi sana meski dia tau Jake tidak akan membiarkannya pergi begitu saja, dan benar saja pria itu menahannya sembari kembali menyimpan ponselnya.

"Baiklah...baiklah...ada yang ingin gue katakan sama lo"

"Tidak usah bertele-tele"

Jake tersenyum senang dan sesaat berpikir apakah dia harus memanfaatkan hal ini untuk membuat Zayyan berada dipihaknya, atau sedikit membuat permainan kecil untuk menjatuhkan mereka semua.

Menurutnya balas dendam tidak masalah untuk mereka yang melukai dirinya, tidak adil jika pembully nya baik-baik saja sedangkan dirinya harus berusaha sembuh dari sakit fisik dan mental yang mereka ciptakan padanya. Sakit dibalas sakit.

"Gue melihatnya"

Zayyan mengerutkan alisnya, melihat reaksi itu Jake sempat tersenyum sinis, dia melangkahkan kakinya lebih mendekat dan kembali bersuara sedikit berbisik.

"Lari...atau tetap berada dekat dengan seorang pembunuh."

"Jangan bicara omong kosong lo" 

Zayyan menarik kerah baju pria itu dengan kesal, melihat kedua mata itu yang nampak jelas menyimpan banyak emosi tersembunyi dibaliknya, seringaian terbit dibibirnya, ekspresi wajah itu jelas menunjukkan penghinaan dan kebencian, Zayyan mencoba menebak-nebak apa yang ada dalam pikiran pria itu, apa yang direncanakannya dan apa yang dia ketahui.

Sedangkan Jake masih tertawa dalam hati, ternyata sangat mudah untuk memancing emosi Zayyan, dan bonusnya kini dia sudah tau apa kelemahan pria itu.

"Jangan pura-pura bod*h Zayyan...lo bisa dimanfaatkan oleh orang disekitar lo untuk menjerumuskan lo ke dalam masalah yang mereka perbuat."

Jujur saja Zayyan juga merasa ada yang aneh setelah kematian Sungchan, serta belum ada genap satu hari kematian Haechan, beberapa dari mereka ada yang berubah menjadi lebih sensitif, tanpa diminta dan entah sejak kapan perasaan curiga itu timbul begitu saja dihatinya.
Dia tidak ingin mencurigai siapapun sungguh, namun merekalah yang membuat kepercayaannya menjadi ragu.

REVENGE | END✔️Where stories live. Discover now