Chapter 1: Misi Perdamaian yang Terancam

2 1 0
                                    

Dalam cahaya senja yang memancar merah, Kapten Amir berdiri di puncak bukit, mengamati tanah perbatasan yang luas.

Di kejauhan, kota tua terlihat di antara kabut yang menyelimuti, menanti kehadiran pasukan penjaga perdamaian.

Namun, di bawah keheningan senja, terdengar gema desing panah dan derap langkah kuda.

"Kapten, kami mendekati border kota,"

Hujar serdadu di sisinya, suaranya melonjak dalam kedinginan angin malam.

Amir menatap ke arah kota dengan khawatir.

"Kita kene cepat, guys. Misi ni kita tak boleh terdedah kepada enemy," - Kaptain Amir sambil memberikan isyarat untuk maju

Mereka memasuki kota dengan hati-hati, waspada terhadap setiap gerakan yang mencurigakan.

Tugas mereka adalah menjaga perdamaian di tanah perbatasan yang rapuh ini, tetapi mereka sadar bahwa ancaman selalu mengekori di balik sudut setiap jalan.

Tiba-tiba, dari balik reruntuhan bangunan, kelompok pemberontak muncul dengan pedang terhunus.

"Now... move move!"

seru pemimpin pemberontak dengan suara bergema di udara.

"ready for backup! defences!"

perintah Amir, suaranya bergemuruh di tengah keheningan malam.

Pasukan tentera bersiap sedia, memegang senjata mereka dengan tegang, siap menghadapi serangan musuh yang tak terduga.

Di tengah ketegangan yang berkemuncak, mereka menyadari bahawa misi perdamaian mereka telah berubah menjadi pertempuran hidup dan mati.

"Kapten, kita kene bertahan!"

Jerit salah seorang ahli pasukan dengan wajah penuh semangat. Amir mengangguk dengan tegas.

"Kita kasi kat diorang fasal perdamaian tak leh dihancurkan dengan kekerasan," katanya.

Suaranya menggelegar di antara derap kaki kuda dan desing panah.

Dalam serangan penuh semangat, pasukan Amir melawan dengan gigih, tidak berundur sedikit pun meskipun angka jumlam mereka kalah.

Pedang bertemu pedang, dan darah tumpah di tanah. Namun, di tengah peperangan yang sengit, ada kekuatan yang muncul, sebuah semangat untuk melindungi orang-orang yang mereka cintai dan menjaga perdamaian yang rapuh.

Ketika malam berlalu dan fajar mulai menyingsing, pertempuran mereda. Pemberontak mundur ke dalam bayang-bayang kota, meninggalkan para penjaga perdamaian dengan kemenangan yang diraih dengan harga yang mahal.

Amir menatap kota yang terluka, dengan hati yang penuh duka namun juga penuh harapan akan masa depan yang lebih baik.

"Kita kene baiki balik kerusakan ni, one move one time," - Kapten Amir

Suaranya mengalun dalam keheningan pagi yang baru saja tiba.

"Perdamaian ni adalah hak semua orang, dan kita akan melindunginya dengan segala yang kita ada." - Kapten Amir

Dengan tekad yang bulat, mereka memulai proses pemulihan kota yang telah mereka jaga dan lindungi dengan darah dan keringat mereka.

Tetapi, di sebalik senyuman kemenangan, mereka sadar bahawa tantangan yang lebih besar akan menanti di masa depan. Hingga waktu itu tiba, mereka bersatu sebagai satu, bersedia untuk menghadapi apapun yang mungkin mengancam kedamaian mereka sekali lagi.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 24 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

World War - Broke Out Where stories live. Discover now