🌷 Tujuh

406 50 12
                                    

"Ah Kenzo bukannya di anter sama Daddy, gua bakalan telat masuk kuliah ini." Gerutu Haechan saat jam sudah menunjukkan pukul 07.15.

Hari ini Haechan harus masuk kuliah pagi, itu pun di beritahu dengan dadakan. Haechan yang biasanya bangun pukul 09.15 harus pontang panting demi masuk kuliah ini. Sebenarnya Haechan bisa saja bolos tapi Dosen kali ini Bu Irene yang jika tidak ada keterangan pasti akan menjadikannya sasaran terus menerus. Sempat waktu itu Haechan izin tanpa keterangan tentu saja setiap masuk pelajaran Bu Irene dia slalu menjadi sasaran pertanyaannya. Haechan kelabakan, mana pelajaran pajak lagi. Beruntung Haechan sedikitnya paham karena sang Kakak dulu pernah memberinya sedikit keterangan dan masih dia ingat di kepala.

"Kok pagi banget sih Pi perginya?"

"Karena emang dadakan."

"Maaf." Haechan mengibaskan tangannya. Sudah terlanjur.

Ponselnya beberapa kali berdering namun tidak Haechan angkat. Dia tahu siapa yang menelepon nya berturut-turut seperti ini jika bukan Renjun atau Jaemin. Hari ini memang dia belum berkomunikasi dengan 2 sohib kentalnya itu. Jarak rumah ke sekolah Kenzo memakan waktu 35 menit. Belum lagi macet yang menambah kesal. Haechan pasrah, dia tidak peduli jika nanti Bu Irene akan terus menerus bertanya padanya. Yang sekarang dia butuhkan, es krim. Setelah menempuh waktu 35 menit akhirnya mereka sampai di sekolah Kenzo. Memang sekolah Kenzo masuk pukul 08.00. Sekolah ini terbilang cukup elit melihat bangunan nya yang menjulang tinggi. Haechan saja sempat menganga jika Hendery menyekolahkan anaknya itu disini. Btw, tentang Hendery laki-laki menyebalkan itu 1 hari yang lalu meneleponnya dan mengatakan akan menambah perjalanan honeymoon 1 Minggu lagi. Haechan sebal tapi dia tidak bisa protes mengingat bayaran yang di berikan Abangnya itu lumayan besar. Sebanding lah dengan pengorbanannya.

"Sana turun."

"Anterin." Haechan menatap Kenzo yang terlihat enggan untuk turun dari mobil.

Kenzo itu bukan anak yang penakut namun melihat reaksi nya, sepertinya terjadi sesuatu. Kenzo jika bersama dengan Haechan tidak akan langsung mengatakan ada sesuatu yang terjadi tapi memberikan sebuah kode supaya Om nya itu menebak apa yang terjadi. Haechan menghela nafas lalu membuka safety belt nya dan turun dari mobil. Kenzo yang melihat itu menarik kedua sudut bibirnya. Dia melakukan hal yang sama lalu turun dari mobil. Haechan mengandeng lengan Kenzo masuk ke halaman sekolah.

"Maaf Pak, orang tua dilarang masuk." ucap Satpam.

Haechan tahu sekolah ini menerapkan supaya Orang tua cukup mengantar sang anak sampai di depan gerbang. Haechan menunduk menatap Kenzo yang menggenggam tangannya erat, enggan di lepaskan.

"Bapak-bapak, gua masih muda Pak."

"Ah maaf Mas."

"Gua mau anterin anaknya sebentar sampai kelas, soalnya dia nggak mau di lepas ini."

"Tapi maaf Mas peraturan disini memang orang tua tidak di izinkan."

"Dari pada anaknya mewek disini mending di anterin aja lah Pak, sebentar aja kok sampai nih anak duduk." Satpam itu merasa serba salah jika sudah ada orang tua yang ikut memaksa masuk.

"Gua bukan maksud maksa masuk, cuman ini anaknya ribet, kalau mewek gua yang di marahin bokap nya Pak." Alasan! Mana ada Haechan di marahin oleh Hendery, yang ada jika dia membuat salah larinya tetap pada Ten dan bersembunyi di belakang tubuh Mae-nya.

"Kenzo." Panggilan itu membuat Haechan dan Kenzo menoleh.

Seorang anak kecil berjenis kelamin perempuan datang menghampirinya.

"Namira." Pekik Kenzo tak kalah bahagia.

"Kok masih disini?"

"Hehe iya nih soalnya Papi masih kangen katanya."

Nikah Muda Donde viven las historias. Descúbrelo ahora