Parte terza

224 22 0
                                    

Ishara sampai di rumahnya dengan selamat. David juga pamit ingin pulang karena sudah petang.

Ishara mengiyakan. Kini ia menatap kaki kanannya. Sekarang ia harus menggunakan tongkat untuk berjalan.

Sedikit sulit untuk digunakan berjalan. Tapi tidak apa, Ishara akan tetap berusaha.

Karena kondisi kakinya, Ishara jadi tidak bisa bekerja dan hanya dirumah.

Tapi Ishara kepikiran apa yang diucapkan David tentang keluarga Rudolpho. Itu tidak benar, kan?

Softlens nya juga rusak. Robek dan entah kemana. Dia juga tidak tahu.

Ishara membuka kotak lama milik Clara. Ada kalung emas putih berliontin pedang dengan dililit oleh serigala hitam.

Setelah Ishara memutuskan untuk memakai kalung itu. Dia menyiapkan makanan untuk makan malam.

PRANG!

"Di mana anak itu!?" Ale berseru marah. Dia berseru marah sambil membanting vas bunga di rumah sakit.

Orang-orang di pihak rumah sakit dengan tubuh bergetar mengatakan bahwa 2 jam lalu anak yang yang bernama Ishara sudah pulang.

"Dimana rumahnya?" Ale bertanya dingin.

"Ti-tidak tahu..tu-tuan..ka-kami hanya meneri-"

Ale langsung menarik kerah orang yang berbicara itu. Dan menatapnya tajam.

"Saya tanya sekali lagi, DIMANA RUMAHNYA?"

Orang itu menunduk, tubuhnya bergetar hebat.

30 menit lalu, saat Ale dan istrinya beserta para bodyguard datang, Ishara sudah pulang 2 jam yang lalu tanpa memberitahu pihak rumah sakit. Ishara yang meminta David karena tak sabar ingin pulang.

"Mu-mungkin tuan bisa bertanya pada manager kafe dino, tuan..karena anak itu bekerja disa-"

"Bekerja!? Lancang sekali! Siapa yang membiarkannya bekerja, hah!?" Ale membanting orang itu ke lantai.

"Segera pergi ke kafe dino apalah itu!"

"Baik, tuan."

Ishara menatap sup tahu telur buatannya. Yah..tidak terlalu enak sih. Tapi itu lumayan mengenyangkan.

Ishara memindahkan sup tahu telur itu dengan hati-hati ke mangkuk yang lebih kecil.

Dan duduk di kursi lalu menyantapnya.

Hm...enak-enak aja sih menurut gue..

Ale membuka pintu kafe dino kencang.
Menatap seluruh pengunjung disana dengan tatapan dingin.

Lalu ia berjalan menghampiri Gita yang sedang bekerja sebagai kasir.

"Panggil manager kalian, sekarang!"

Gita yang melihat siapa yang datang langsung menunduk ketakutan. Ia mengangguk cepat.

Apa yang keluarga Rudolpho lakukan disini?

David keluar dengan tubuh sedikit gemetar karena takut. Siapa yang tidak takut ketika bertemu dengan keluarga mafia?

"Dimana rumah anakku?"
Tanya Ale mengintimidasi.

"Di-di dalam gang dekat sini, tu-tuan..anda bisa belok ke kiri dan masuk ke dalam gang tersebut dan anda akan  menemukan rumah berwarna oranye cerah.." Jelas David dengan pelan. Kepalanya setia menunduk.

"Kalian dengar? Segera bersiap untuk pergi!"
Ale berteriak.

Jyotsna memegang telapak tangan suaminya.
Ia sungguh bahagia. Akhirnya hari yang ia tunggu tiba.

Ishara [on going]Where stories live. Discover now