Chapter 01| Merindu

214 45 8
                                    

Selamat datang kemari!
Semoga betah dan mau menemani kisah Arvin juga kedua gadis yang terlibat dalam hatinya.

Sshhh ... Jangan lupa, jejaknya ☺️

HAPPY READING 📖 and ONLY FUN MY BAE🤍

SORRY FOR TYPO
••

|Sepertinya, rindu yang tidak terobati memang cukup diikhlaskan saja, agar tidak semakin sakit rasa di dada|

—By Arvin Putro Rekatama yang tenggalam dalam rindu penuh luka—

•°•°•

2015; Indonesia, Bandar Lampung

Tidak ada suara selain napas para siswa, rasa tegang dn pening memenuhi benak mereka. Sunyi itulah yang ada di ruang kelas saat ini.

Suasana menegangkan menyelimuti para peserta yang sedang berkutat dengan lembar soal dan jawaban mereka, juga dua pengawas yang berkeliling kesana-kemari, melirik, menilik, dan memperhatikan para peserta.

Namun, suasana menegangkan yang terasa tidak berlaku untuk Arvin Putro Rekatama, cowok berhidung mancung, berkulit kuning Langsat agak sedikit gelap, dan tak lupa blangkon tali coklat yang selalu menjadi ciri khasnya, bertengger manis kepalanya.

Kesekian kalinya Arvin melirik jam dinding yang seolah-olah jarumnya diedit menjadi slow motion. Benar-benar terasa lambat waktu ini.

Tidak. Arvin tidak takut untuk mengerjakan dan takut kehabisan waktu. Hanya saja dia menunggu waktu yang tepat untuk keluar ruangan agar tak dianggap ngasal saat mengerjakan soal. Padahal kan, memang iya, dirinya benar-benar ngasal.

Dirinya hanya memilih jawaban yang menurutnya tepat saja. Lagi pula di aturan tertulis agar menjawab dengan benar dan tepat. Jadi, Arvin melaksanakannya, menjawab sesuai jawaban tepat dan benar yang ada di hatinya. Di tidak salah, kan?

Kendati dirinya dipenuhi keraguan, pada akhirnya Arvin tetap mengangkat tangannya, guna mengambil perhatian para pengawas.

Hingga, satu pengawas yang melihat langsung berjalan cepat dan tanpa basa-basi mengambil kertas ujian sekolah terakhir Arvin di jenjang SMP-nya.

"Keluarlah."

"Terima kasih, Pak." Tentu saja Arvin sumringah saat melontarkan ucapannya.

Setelah mengucapkan tiga kata tersebut. Cowok dengan belangkon tali coklat itu keluar dengan bangganya, mengangkat dagu dan berjalan tegap penuh kepercayaan diri.

Hanya untuk memberitahukan pada teman se-ruangannya, bahwasanya ujian sekolahnya telah usai. Arvin berhasil melewati ujian penuh kata 'mengasal' di seminggu penuh ketegangan itu.

Untuk urusan nilai, biarlah Allah yang atur. Yang terpenting dia telah belajar, secukupnya, seinginnya. Tuhan tidak akan mengecewakan hambanya yang telah berjuang'kan?

Tangan Arvin meraih handphone-nya yang berada di atas meja pengawas, lalu melenggang keluar.

Arvin menatap lorong kelas yang masih sepi, bahkan hanya dia yang ada di sini. Mungkin, memang benar-benar dirinya seorang yang pintar dan ujiannya paling cepat.

"Ya Allah, Gusti, hamba muak punya temen kaya kuda Nil." Tangan Arvin membenahi blangkon yang melorot.

"Makhluk satu itu pasti belum kelar ngerjain soal. Masih nomor lima mungkin," gerutunya sembari mengetik pesan untuk dia kirimkan pada temannya itu.

9'Lintang; ArvinWhere stories live. Discover now