bab 4 - permintaan maaf

196 12 0
                                    

Mahesa baru saja memasuki mobilnya. saat ia akan menyalakan mesin mobil, satu panggilan masuk ke ponselnya.

Mahesa terdiam sejenak saat melihat nama sang pemanggil, dengan perlahan ia menarik tombol hijau ke atas.

"halo, Mahesa?"

tidak ada balasan dari Mahesa selama beberapa detik, hingga akhirnya seseorang itu kembali bersuara.

"bisa kita bertemu nanti malam nak? papi rindu"

ya, sesorang dibalik panggilan itu adalah lelaki yang entah masih berstatus sebagai ayahnya atau tidak.

"Mahesa, tolong jangan diam saja"

saat kalimat itu terucap, barulah Mahesa tersadar dari lamunannya. ia menarik nafas panjang.

"apa ada sesuatu yang penting? sampai kita harus bertemu"

kini, seseorang disana yang terdiam.

"nak, papi hanya ingin bertemu dengan anak papi. apa tidak bisa?"

Mahesa menggigit bibirnya untuk menahan rasa sesak didadanya, rasa sesak itu memang selalu datang ketika ia berbicara atau hanya sekedar mendengar suara papi nya.

otaknya seketika berpikir keras memikirkan apa saja yang akan terjadi jika ia menyetujui pertemuan itu.

merasa terdiami lagi, seseorang disana kembali berbicara yang akhirnya membuat Mahesa menyetujui pertemuan itu.

"Hesa.. cukup kamu aja yang bertemu papi, papi tahu kok adik adikmu itu tidak akan bisa jika harus dihadapkan dengan papi. tolong ya nak, papi ingin sekali bertemu dan mengobrol dengan anak papi, setidaknya satu dari anak papi. papi rindu sekali, maafkan papi ya nak"

panggilan itu terputus.
Mahesa menitikan air matanya, namun segera ia hapus air mata yang berjatuhan dengan sendirinya itu.

'andai papi tahu, kalo Hesa juga sebenarnya gak sanggup kalau harus bertemu dan bicara dengan papi'

'andai papi tahu, kalau dada Hesa selalu sesak saat melihat papi di berita TV kantor papi, bahkan hanya sekedar mendengar suara papi pun rasa sesak itu akan datang'

'andai papi tahu, kalau Hesa sangat ingin menolak saat papi mengajak Hesa bertemu. tapi Hesa tidak bisa karna Hesa akan merasa tidak sopan jika menolak pertemuan yang papi inginkan'

kalimat kalimat itu Mahesa ucapkan dalam batinnya.

Mahesa menghela nafasnya panjang, sebelum akhirnya ia menjalankan mobilnya ke rumah.


••••••••••

pukul 19.30 wib

disinilah Mahesa duduk berhadapan dengan seseorang yang meneleponnya tadi siang.

suasananya terasa sangat canggung, Mahesa maupun papinya belum ada yang mau memulai pembicaraan setelah memesan minuman untuk mereka pada malam itu. tadinya Tama berniat mengajak Mahesa untuk sekalian makan malam, namun Mahesa menolaknya dengan alasan ia akan makan malam dengan adik adiknya.

Mahesa yang memang tidak tahu mau berbicara apa, dan papinya yang sedang mengumpulkan keberanian untuk bicara dengan putra pertamanya yang sudah tumbuh dewasa.

"Mahesa.." panggil Tama, orang yang selalu menyebut dirinya sendiri dengan kata papi.

Mahesa tidak membalas panggilan itu, ia hanya mengangkat kepalanya yang sedari tadi menunduk untuk menatap papinya.

Rumah untuk adik adik - Lee HeeseungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang