26 CHAPTER

51 20 25
                                    

26 CHAPTER

*****

Gedung menjulang tinggi mencapai awan di langit, mewah dan megah itulah perusahaan yang beberapa tahun ini mengalami perkembangan pesat menjadi salah satu perusahaan sukses dan terkenal, para direktur dan pemegang saham mulai berdatangan, tak terkecuali direktur utama perusahaan Wijaya yang memegang saham paling tinggi.

Agan berjalan berdampingan bersama Kusuma dan Edgar. Tampilan mereka begitu mencolok para wartawan dan fotografer pun mulai berdesak-desakan seolah mencari informasi terkait penerus perusahaan mereka.

Ya hari ini mereka akan membahas dan menentukan siapa yang akan menjadi Presdir untuk perusahaan Wijaya. Membuat media TV ingin mencari tahu informasi yang lebih akurat.

Kusuma berjalan di ikuti dengan para direktur lain memasuki area ruang meeting, semua mulai berjabat tangan seolah sudah lama mereka tidak bertemu.

Seorang pria paruh baya mengenakan jas hitam berjalan mendekati Agan, lalu mengulurkan tangan sebagai sapaan, "selamat Agan, aku dengar anakmu telah menyelesaikan studi dan telah mendapatkan gelar" ujar pria tersebut pada Agan.

Agan yang menatap pria itupun terlihat tersenyum ramah dan menjabat tangannya, "terima kasih Willy"

Willy Antony salah satu pemilik saham di perusahaan Wijaya, seorang pria paruh baya yang hampir sebaya dengan umur Agan, pria itu kerap menjadi salah satu pembisnis yang sukses akan beberapa hal. Maka sangat menguntungkan jika perusahaan Wijaya memiliki saham di mana-mana.

"oh hai.. Edgar apa kabar? kita jarang sekali bertemu" ujar Willy kali ini menyapa Edgar.

Edgar tersenyum tipis, "aku baik, ya kau benar kita jarang sekali bertemu" ujarnya membalas sapaan Willy.

Beberapa menit meeting pun di mulai semua yang hadir di persilahkan duduk di tempat masing-masing. Meja panjang dengan tahta di salah satu ujung kursi tentu di isi dengan kehadiran Kusuma.

"baiklah ini adalah pertemuan yang sangat penting" ujar Kusuma membuka suara.

Semua yang hadir hanya mendengarkan dengan hikmat.

•••

Kian duduk di kursi kerjanya memandang cukup lama berkas-berkas yang berada di atas meja.

Tiba-tiba Steff berjalan ke arah Kian membawa sebuah berkas baru berwarna merah, lalu meletakkan di atas meja Kian, "saya m membutuhkan tanda tangan tuan, untuk proyek yang sedang berlangsung" ujarnya.

Kian mengambil berkas itu lalu membukanya dan membaca dengan teliti, serasa semuanya tidak ada yang di ragukan barulah Kian menandatangani berkas tersebut, kemudian memberikannya pada Steff.

"jam makan siang sebentar lagi, apa kau akan pergi?" tanya Steff melihat jam tangannya sudah hampir menunjukkan pukul sebelas dini hari.

"aku tidak ada alasan untuk menolaknya Steff" ujar Kian malas menatap Steff.

Steff yang mendengar hanya tertawa kecil melihat bosnya yang sedikit tidak bersemangat.

"baiklah saya akan menyiapkan mobil"

Setelah mengatakan itu, Steff melangkah keluar dari ruang kerja Kian, menyiapkan mobil dan menunggu Kian di lobi.

•••

Anna sudah cukup berjalan jauh, melihat setiap sudut kota jakarta dengan tersenyum lebar, seolah masa-masa remajanya pulih kembali. Saat Anna berjalan di beberapa titik, tiba-tiba perutnya seolah demo karena merasa lapar, akhirnya Anna melangkahkan kaki di salah satu restoran terdekat.

Kian Of The King (I) [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang