3. Luka

83 26 6
                                    

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

.

.

.

Seperti biasa, Sunghoon datang pagi-pagi sekali ke sekolahnya. Sebenarnya tujuannya adalah menghindari rumah yang terasa dingin di pagi hari.

Orangtuanya sudah berangkat kerja pada pagi buta, dan akan pulang saat sore menjelang malam. Makannya rumah Sunghoon yang begitu besar itu terasa sepi. Sunghoon benar-benar kesepian.

Andai saja kakaknya masih bersamanya, pasti ia tak akan kesepian seperti ini.

Atau harusnya ia ikut saja kakaknya untuk kabur dari rumah, daripada dikekang oleh Papanya itu..

Sunghoon terkekeh geli, sepertinya ia sudah gila. Tak semudah itu untuk kabur dari Papanya. Suruhan Papanya terlalu banyak, dan siap menangkapnya kapan saja kalau ia mau kabur. Ia memang seprotektif itu dengan Sunghoon setelah Mina pergi dari rumah.

Sambil menghapuskan pemikirannya, Sunghoon berjalan masuk menuju kelasnya. Dan ia agak terkejut begitu melihat seseorang yang ditolongnya kemarin sudah duduk di bangkunya sambil menelungkupkan kepalanya di meja.

Tumben sekali, pikirnya. Biasanya saja ia akan terlambat, lalu masuk kelas dengan berlari-lari, dan yang terjadi selanjutnya adalah ia akan terjatuh. Selalu seperti itu.

Menyadari kehadiran Sunghoon, orang itu mengangkat kepalanya dan menatap Sunghoon sekilas. Tapi tak seperti biasanya yang akan dengan ceria menyapanya, ia malah menelungkupkan kepalanya lagi di meja, tak berniat sama sekali menyapa Sunghoon.

Sunghoon mengernyit. Ada apa dengannya?

Dengan pelan, ia mendekati orang itu. Berdiri di dekatnya yang sedari tadi hanya diam.

"Sunoo?" panggilnya.

Orang itu hanya menjawab dengan gumaman. "Hm?"

"Angkat kepalamu."

"Tidak mau."

Sunghoon mengulang kembali, "Angkat kepalamu, Kim Sunoo."

"Tidak mau~" rengeknya ketika ia mendengar nada tegas Sunghoon.

Sunghoon yang tidak sabaran lalu mengangkat wajah Sunoo. Dan ia agak terkejut ketika melihat wajah Sunoo yang lebam dan membiru, ujung bibirnya luka, dan matanya luka. Persis habis dipukuli.

"Apa yang terjadi padamu?" tanya Sunghoon panik ketika mendapati wajah Sunoo yang dipenuhi lebam.

Sunoo hanya nyengir lebar, "Eh.. aku.. baru jatuh dari tangga, Dokter."

"Bohong. Mana ada jatuh dari tangga seperti ini." tangkisnya, "Katakan yang sejujurnya, Sunoo."

Sunoo meringis takut, "Aku benar-benar terjatuh dari tangga kemarin, Dokter.."

Sunghoon menghela nafasnya kasar. Ia tahu betul kalau luka-luka itu tak ada hubungannya dengan alasan 'jatuh dari tangga'. Luka-luka itu memenuhi pipi dan ujung pipi Sunoo dengan teratur, seakan telah dihantam berkali-kali. Tak mungkin kalau hanya jatuh dari tangga, tapi lukanya separah itu.

Doctor, SunSunDonde viven las historias. Descúbrelo ahora