02| Unjuk Rasa

60 8 2
                                    

HAPPY READING!

Jangan lupa Vote dan Comment!

.

.

.

Hal yang membuat pusing dan stress di awal semester adalah tugas makalah, betapa muaknya Navey dengan tugas tersebut dan harus sekelompok dengan orang yang itu-itu saja. Di akhir pekan yang harusnya menjadi hari libur dengan tenang, Navey malah berkutat dengan laptopnya untuk Menyusun tugas makalah.

Terhitung sudah tiga minggu mereka menjalani aktivitas kuliah setelah menikmati masa libur yang kurang lebih dua bulan. Pada minggu pertama mereka melakukan kontrak perkuliahan, minggu kedua membahas RPS dan pemberian tugas kelompok, dan minggu ketika mereka di serang deadline.

Salah satu tempat ternyaman mengerjakan tugas untuk Navey dan kedua temannya—Melin dan Ayya—adalah PojokMahasiswa. Sebuah café dengan dua lantai yang berada tak jauh dari universitas ini memang mengkhususkan lantai atas untuk tempat belajarnya mahasiswa maupun siswa.

Mereka juga memberi fasilitas free wifi tanpa ada nominal berbelanja, sangat menguntungkan para mahasiswa.

"Ay, gimana perkembangan lo sama taruna AAU itu?" tanya Navey tanpa mengalihkan fokusnya dari laptop.

"Hm?" Ayya menimbang sejenak sambil menopang dagu. "Di bilang ada kemajuan, tapi kaya gak maju-maju. Gitu deh pokoknya."

"Loh, aneh betul," sahut Navey heran.

Ayya menghendikkan bahunya. "Hampir sebulan ini dia gak ada chat sih, mungkin sibuk di Akademinya."

Melin yang sedari tadi menyimak menatap bingung pada kedua temannya, ia tidak dengan topik yang sedang di bahas oleh mereka. Ayya sedang pedekate dengan taruna? AAU?

"Kalian ngomongin apa sih?" tanya Melin dengan kernyitan pada keningnya.

Navey dan Ayya sontak saling pandang, detik selanjutnya mereka tertawa pelan karena melihat raut wajah Melin yang kebingungan.

"Lo ingat gak, bulan lalu gue ajak ke Tour De Campusnya AAU. Lo gak bisa ikut karena belum balik ke sini," jelaa Ayya yang diangguki Navey. "Jadi, gue sama Navey ke sana, eh abang tampan itu ngajak kenalan. Yang duluan di ajak kenalan si Navey, jadi gak salah dong kalau gue ngira si abang ngincar Navey."

"Padahal yang dia incar elo," sahut Navey bersemangat. "Pas taruna itu balik lagi buat minta kontak Ayya, langsung gue tingga pergi, biar grogi sendiri."

"Emang kurang ajar!" Ayya mendengus sebal. "Kaki gue udah kayak jelly, lemes banget say! Lo bayangin aja berhadapan sama cowok yang menjulang tinggi dengan seragam loreng, apa gak sesak nafas gue," tuturnya lebay.

"Terus, komunikasi kalian gimana?" tanya Melin.

"Gue sih sering chat walaupun gak ada balasan, kalaupun ada paling cuman satu sampai dua bubble. Terakhir tadi pagi gue chat dia, gue bilang kalau mau ngerjain tugas di sini," balas Ayya dengan helaan nafas panjang. "Udah deh jangan dibahas lagi."

"Anjir, Ayya udah galau aja awal semester," celetuk Melin sambil menahan tawanya. "Siapa suruh kepincut, udah tau taruna gitu sibuk luar biasa."

"Diem aja deh lo, gak pernah jatuh cinta jadi ya gitu," sahut Ayya dengan sindiran.

"Anying!" Melin menendang sebal kaki Ayya, sindirannya begitu menusuk ke hati.

PojokMahasiswa pada siang hari ini cukup terbilang sepi, hanya ada segelintir orang termasuk Navey dan teman-temannya yang sibuk menghadapi laptop. Ada satu menu kesukaan Navey pada café ini, Choco Muffin dengan coklat hangatnya. Dua combo yang menggetarkan selera Navey si pecinta manis. Dalam satu minggu, Navey bisa membeli menu itu sebanyak tiga kali, entah untuk di bawa pulang atau nongki di café tersebut.

Sweet SerenadeWhere stories live. Discover now