Happiness - 11

715 81 17
                                    

"Eunghh."

Lenguhan terdengar dari ruangan yang sunyi itu. Seorang pemuda mengerjapkan matanya, tak lama tangannya ikut menggosok mata itu agar penglihatannya kembali jelas.

Han, pemuda itu bangkit dari tidurannya dan menatap sekeliling. Keningnya menyerngit, ruangan ini asing baginya, bahkan sangat asing.

Mencoba mengingat-ingat, Han akhirnya ingat kenapa ia bisa berada di tempat asing ini. Ia kembali melihat sekeliling, ruangan yang menurutnya mewah kini terpampang nyata di depannya, bukan hanya terlihat dari televisi atau sosial media.

Sontak ia berpikir, Kakaknya mempunyai rumah se-mewah ini di Australia? Memang Kakaknya bekerja apa? Ia saja yang seorang Idol belum tentu bisa membuat atau membeli rumah se-mewah ini.

Mencoba mengabaikan itu, Han kembali melihat sekeliling untuk menemukan jam, ia ingin tahu sekarang jam berapa. Ah, itu dia! Jam di dinding menunjukkan pukul tujuh malam lebih beberapa belas menit.

Mendadak ia penasaran, ia tinggal di mana di Australia ini? Apa di Canberra? Atau di Sydney? Ah, mengingat Sydney, ia menjadi teringat dengan Felix dan Bang Chan, kedua pria itu berasal dari sana 'kan? Baik, sekarang ia sangat berharap jika ia tidak tinggal di Sydney di sini.

Kruk Kruk-

Suara dari perutnya yang lapar mengalihkan perhatian Han, ia sontak melihat perutnya yang terhalang kaos polos berwarna putih. Tak sadar ia menyingkap kaos itu, hingga menampilkan perutnya yang sudah sedikit membuncit.

Ia mengelusnya pelan, perasaan hangat kini menjalar hingga ke seluruh tubuhnya. Tanpa sadar bibir itu perlahan tersenyum, menampilkan senyum yang selama ini belum pernah diperlihatkan pada siapapun, ini berbeda.

"Kamu beneran ada ya?."

Han meremas pelan perutnya, hatinya seakan ikut teremas saat bukti bahwa Bayinya memang ada kini mulai terpampang di depan matanya. Perutnya tidak mungkin membuncit seperti ini karena lemak 'kan? Buncit karena lemak berbeda dengan ini.

Setelah dulu diperiksa oleh Dokter saat ia selesai sidang, ia tidak pernah memeriksakan kehamilannya lagi. Ia jelas tidak mau, ia malu, ia seorang laki-laki tapi hamil? Orang-orang pasti akan menertawakan dan menganggapnya aneh.

Kakaknya selalu bersikeras agar ia mengecek kehamilannya, tapi ia dengan tegas menolak, dan sampai sekarang, ia belum pernah mendengar bagaimana keadaan janinnya ini lagi.

Saat Kakaknya berkata akan memanggil Dokternya ke Apartment, Han langsung menolak dengan keras kepala, ia bahkan sampai mengancam sang Kakak agar Kakaknya itu tidak membawa Dokter ke Apartment.

Ia enggan, ia tidak ingin bertemu dengan Dokter manapun kecuali Dokter yang biasa mengecek keadaan kaki dan tangannya.

Jika Kalian ingin berkata ia keras kepala, egois dan kekanakkan, bayangkan terlebih dahulu jika Kalian yang berada di posisinya. Jika Kalian merasakan bagaimana menjadi dirinya, Kalian tidak akan pernah menyebutnya seperti itu.

Kalian pikir menjadi dirinya mudah? Tidak, sama sekali tidak menjadi dirinya. Mengalami morning sicknes yang sering datang tiba-tiba, mood yang selalu naik turun, dan istilah 'Mengidam' yang menurutnya menjengkelkan dan memalukan.

Ia ingin tidak menuruti itu, tapi ia juga selalu merasakan ingin yang lebih, dan jika tidak dituruti, moodnya akan langsung turun dengan drastis. Jika sudah seperti itu, bukan hanya orang lain yang repot, tapi ia juga sama repot nya.

Huh, dengan itu saja sudah membuktikan jika ia memang hamil 'kan? Ia tidak bisa lagi menyangkal. Menjadi seorang denial di depan fakta yang nyata dan terpampang di depan mata tidaklah menyenangkan.

Happiness | Han Ji-Sung HaremWhere stories live. Discover now