Prolog

7 0 0
                                    

"Nama? Aku biasa dipanggil Richard atau Rich, tapi nama panjangku sih, Richard Scholar. Dulunya detektif yang kerja di kepolisian kota, ngebosenin."

Iya, lanjut. 🗿

"Sebelum aku jadi detektif sih, pernah jadi guru kimia juga, kebetulan aku suka kimia, tapi karena passion aku di hukum khususnya detektif-detektif, yah, aku ngundurin diri. Sayang banget sih, tapi kayaknya, andai kata aku masih jadi guru, cerita ini gak bakalan ada. Iya gak sih, mbak author?"

Keknya. Gak tahu juga. Paling kalo ceritanya dipaksa ada, yang jadi protagonis bukan elu tapi orang lain. 🗿

"Oh gitu. Kebangsaan aku Amerika-"

Ya itu juga para pembaca udah tau kocak, wong udah dispoiler di bab perkenalan kok.

"Oh iya ya~ Ya sudah, kalau begitu aku cerita soal prolognya aja ya."

Lah, kan emang itu tugas elu njir.

"Hah? Perasaan di naskah tidak begitu."

UDAH LU NGIKUT AJA BEGO. 🔫

"I-i-iya, siap mbak author!"

Gud boi. Okeh, lanjut ya. 🐔

"O-oke, mbak author. Jadi ini berawal dari hari, kalau tidak salah satu minggu setelah aku mengundurkan diri dari kepolisian kota tempat aku tinggal-"

Eh, Richard, Richard.

"Kenapa, mbak author?"

Izin jadi narator ya. 😁

"Eh, ini tidak mengambil sudut pandang orang pertama?"

UDAH IKUTIN AJA. 🔫

"I-i-iya, mbak author. Silahkan, mbak author."

Anak pinter.

***

Satu hari sebelum cerita utama dimulai, Richard Scholar alias si tokoh utama menerima sebuah surat misterius di depan pintunya. Tidak jelas dari siapa, tapi Richard tidak mau ambil pusing dan membawanya masuk. Rencananya dia hendak membaca surat itu setelah dia selesai sarapan, maka dari itu dia meletakkan suratnya di samping sofa ruang tamunya, lalu bergegas mandi, berganti pakaian, meletakkan pakaian kotor di mesin cuci, dan menyiapkan sarapannya, roti panggang dan telur.

Setelah sarapannya siap, Richard ingin mengambil kembali surat misterius sebelumnya, tapi setelah dicek di samping sofa ruang tamu, surat tersebut menghilang dengan sendirinya. Richard berpikir sejenak, sebelum kemudian berbicara dengan dirinya sendiri, bahwa dia selama ini tinggal sendirian. Richard mulai gelisah. Jangan-jangan rumah ini mempunyai penunggu-

Oh, sudah ketemu.

Reaksi mbak author (gif yang bisa didengar):

Richard mengambil surat yang tergeletak di lantai setelah tertiup angin dan membawanya ke meja makan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Richard mengambil surat yang tergeletak di lantai setelah tertiup angin dan membawanya ke meja makan. Sembari berjalan menuju meja makan, Richard mengungkapkan isi pikirannya, bahwa dia ingin berkeliling dunia dengan masih mempertahankan passion-nya sebagai seorang detektif. Dia mengungkap bahwa sebelum ini, tepatnya lima hari yang lalu, dia telah memesan tiket pesawat menuju Singapura dengan harapan dapat melihat kehidupan di negara lain secara langsung. Dia juga mengatakan bahwa dulu, sebelum dia mengundurkan diri dari kepolisian kota, dia merupakan salah satu detektif terbaik di kota tersebut, terbukti dari semua medali dan lencana emas yang dia pajang di dekat pintu. Tidak jelas apa yang membuatnya ingin mengundurkan diri. Richard tidak ingin membahas itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pursuit: A Wattpad StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang