Ibuku

1.2K 13 2
                                    

Kisah ini bermula dari suatu malam Minggu, aku pulang dari rumah pacarku sekitar pukul 11 malam. Agar larut dari biasa, karena kebetulan malam itu jalanan agak macet. Setibanya di rumah, aku langsung membuka pintu garasi dan memasukkan motorku. Garasi rumahku berada tepat disamping kamar orang tuaku. Ku rasakan suasana rumah sudah sepi waktu itu, sehingga samar-samar aku mendengar ada suara dari kamar orang tuaku. Rasa penasaran membuatku berpikir untuk mengintip ke dalam kamar mereka dari salah satu jendela kamar mereka yang kebetulan menghadap ke garasi. Dari jendela kaca riben yang tertutup gorden tipis itu, ku lihat samar-samar, Ibuku yang telah telanjang bulat sedang  berusaha melepaskan pakaian Ayahku. Ayahku mungkin masih seorang laki-laki yang memiliki hasrat biologis normal, tetapi ia terserang stroke sejak 3 bulan yang lalu. Karena itulah ku lihat Ibu agak susah payah melepaskan pakaian Ayah.

Aku terus memperhatikan semua yang terjadi di kamar mereka dari jendela itu. Ibuku mengulum penis Ayah selama beberapa saat, tetapi penis tidak mau tegang oleh aksi rangsangannya itu. Lalu Ibuku duduk di atas tubuh Ayah dan berusaha memasukkan penis Ayah ke liang vaginanya. Usahanya terlihat sia-sia, karena penis Ayah yang lemas itu tak bisa dipaksa masuk ke lobang vagina Ibu. Ibuku sepertinya sedang berhasrat untuk melakukan hubungan suami istri, tetapi Ayah tidak bisa melayaninya.  Sehingga akhirnya, Ibu memilih untuk bermasturbasi di samping Ayah.

Nafsu dan perasaan manusiawi bergejolak dalam diriku. Nafsu ingin melakukan hubungan seks meskipun dengan Ibu sendiri, menggantikan posisi Ayah yang sudah tidak bisa melayaninya, tetapi terbentur oleh keadaan bahwa ia adalah ibuku, orang yang telah melahirkanku. Akhirnya ku putuskan untuk masuk saja, daripada otakku dipenuhi oleh pikiran-pikiran yang nggak jelas maksud dan tujuannya.

Aku melangkah menuju ruang depan dan membuka pintu depan rumah dengan kunci rumah yang memang salah satunya ku pegang. Aku melangkah masuk ke dalam rumah dan langsung menuju kamarku yang bersebelahan dengan kama orang tuaku. Tetapi saat aku sedang memilih kunci untuk membuka pintu kamarku, tiba-tiba pintu kamar sebelah terbuka dan ku lihat Ibu yang hanya mengenakan sarung sedada menyapaku:

“Baru pulang, Wan?” kata Ibu.

“Iya, Bu! tadi jalanan agak macet.” Jawabku.

“Kalau belum makan, biar Ibu siapkan makan dulu.”  Kata Ibu sambil berjalan melangkah ke ruang belakang.

“Iya, Bu! Irwan bisa aja nanti nyiapin sendiri.” Jawabku sebagai alasan manis, karena aku sebenarnya sudah makan di rumah pacarku. Aku masuk ke kamarku, dan mengganti pakaian dengan pakaian tidur. Setelah itu, ku bawa sabun pembersih muka dan sikat gigi ke kamar mandi yang berada di ruang belakang. Ternyata di dapur, ibuku benar-benar telah menyiapkan makanan untukku.

Karena merasa nggak enak dan sekedar ingin menghargai usaha Ibu yang telah menyiapkan makan, setelah keluar dari kamar mandi, aku langsung duduk di meja makan. Nasi dengan sayur lalapan dan ayam goreng telah tersaji di meja makan, melihat menu tersebut, nafsu makanku terbit kembali. Aku duduk dan menikmati makan malamku di rumah meskipun agak larut malam untuk menikmatinya.

Sambil aku menikmati makan malamku, Ibu juga duduk di hadapanku, dengan segelas air putih di tangannya. Ku lihat Ibu hanya diam, seperti ada permasalahan yang dia pikirkan. Sebenarnya aku tidak berani untuk mengganggu kediamannya, karena aku yakin Ibu masih memikirkan masalah Ayah yang sudah tidak mampu lagi memberikan nafkah ranjang untuknya, seperti yang ku lihat melalui jendela kamar mereka. Tetapi setelah ku pikir-pikir lagi, Ibu bisa saja terbuka padaku tentang permasalahannya, karena aku juga bukan anak-anak lagi. Aku sudah kelas XII SMU dan sebentar lagi akan memasuki perguruan tinggi.

“Bu! kalau punya masalah, Ibu bisa cerita ke Irwan. Siapa tahu Irwan bisa membantu.” kataku pada Mama sambil terus memasukkan suapan demi suapan nasi dalam piring di hadapanku. Ibu tersenyum menatapku lalu melemparkan seutas senyum penuh kepalsuan kepadaku.

IbukuWhere stories live. Discover now