O.8

400 89 46
                                    

Beberapa tahun yang lalu…


"MAMAHH!!" Felix kecil yang membawa secarik kertas dan tas yang besarnya hampir sama dengan tubuhnya berlari memasuki rumah.

Hyunjin yang melihatnya hanya memutar kedua bola matanya malas, ia juga membawa secarik kertas berisi hasil ulangan hari ini.

"Lihat! Ulangan hari ini Felix dapat seratus!!"

"Mama lagi masak itu, jangan di ganggu." ucap Hyunjin. Namun Jisoo justru meletakkan alat dapurnya dan menghampiri Felix, ia tersenyum kemudian mengusap surai anak bungsunya.

"Hyunjin gimana?"

Hyunjin menyembunyikan kertas ulangannya di balik tubuhnya. "Ngga mau, jelek."

"Gapapa, ayo dong Mama mau liat."

"Ngga mau." Hyunjin berlari membawa kertas ulangannya menuju kamarnya dan menutup pintunya. Jisoo melepas apron yang dipakainya kemudian menyusul Hyunjin, mengetuknya pelan, memanggilnya dengan lembut dan membujuknya namun Hyunjin tetap tak mau keluar.

"Tadi Hyunjin kayaknya dapet nilai sekitar 40 deh Ma, mungkin dia sedih. Tadi dia juga dimarahin sama Bu Guru, terus bilang kenapa Felix pintar tapi Hyunjin bodoh."

Jisoo segera menyeret Felix menjauh dari pintu setelah mengatakan hal tersebut, ia berjongkok dan memegang bahu Felix.

"Lain kali jangan bilang kayak gitu di depan Hyunjin, kasian Hyunjin. Hyunjin mungkin udah berusaha keras tapi hasilnya ngga sesuai."

"Itu sebabnya Bu Guru bilang Hyunjin bodoh mau seberapa keras dia berusaha."

"Dengerin Mama, istilah orang bodoh itu ngga ada, setiap orang itu punya takaran kemampuannya masing-masing, semua orang punya kelebihan dan kelemahannya masing-masing, kita ngga bisa membandingkan atau menyebut siapapun lebih baik."

"Sama halnya kayak kamu dan Hyunjin, Hyunjin mungkin ngga pintar dalam pelajaran kayak kamu, tapi kamu lihat sendiri Hyunjin pintar dalam seni, contohnya saat Hyunjin menggambar dan mainin alat musik. Kamu ngerti?"

Felix mengangguk lucu, Jisoo yang gemas segera memeluk putranya. "Udah sana ganti baju terus mandi, kalo udah kita tinggal nunggu Kak Minho pulang terus makan siang bareng."

"Mama! Minho sama Ayah pulang!" ucap Minho mesra, ia melompat-lompat riang memasuki rumah bersama Ayahnya yang langsung disambut kehangatan oleh Jisoo.

"Kok cepet banget pulangnya?" tanya Jisoo pada Jinyoung.

"Aku emang sengaja, lagi pula hari ini aku udah janji sama Hyunjin kalo aku bakal ngajak jalan-jalan."⁶

"Ayah, tadi ulangan Felix dapat seratus tapi Hyunjin nilainya jelek, jadi dia marah." Adu Felix, Jinyoung pun menoleh ke arah Jisoo meminta penjelasan.

"Dia di kamarnya, tadi udah aku bujuk tapi tetep ngga mau. Coba sama kamu, biasanya kalo sama kamu Hyunjin gampang dirayu."

Jinyoung mengangguk, kemudian mendatangi kamar Hyunjin dan mengetuknya pelan. "Hyunjin, Ayah udah pulang nih, jadi ngga nanti mau jalan-jalan?"

Tidak ada jawaban, Jinyoung pun memutar knop pintu kamar Hyunjin yang ternyata tak dikunci, saat membukanya ia tidak menemukan keberadaan Hyunjin.

"Hyunjin?"

"Hyunjin!" panik Jinyoung ketika melihat Hyunjin yang jatuh tak sadarkan diri di samping kasurnya.

"Hyunjin! Hyunjin!"

"…!"





Hyunjin membuka lebar kedua kelopak matanya, langit-langit berwarna putih pun langsung menyambutnya.

Dear HyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang