Happiness - 14

613 66 16
                                    

Malam ini, Han tidak bisa memejamkan matanya sama sekali. Meski di sebelahnya sudah terbaring obat barunya, ia tetap tidak bisa. Beragam hal di kepalanya benar-benar mengganggunya.

Di malam-malam sebelumnya, meski ia banyak pikiran, jika ada Leo di sampingnya, ia tetap bisa tertidur. Tapi sekarang, meski jam di dinding sudah menunjukkan pukul tiga dini hari, ia masih belum bisa. Sudah berjam-jam ia hanya seperti ini, memandang langit-langit kamar dengan rumit.

Pikiran kali ini benar-benar tidak bisa ia abaikan. Ini tentang Alberto Wilson, Ayah dari anak yang kini tertidur nyenyak di sampingnya, Leo Wilson.

Menurutnya, mereka aneh. Sebenarnya ia sudah merasa aneh dari sejak awal bertemu, dan keanehan itu semakin menjadi setelah ia menginjakkan kaki di mansion ini.

Awalnya ia tidak ingin berpikiran buruk, tapi mengetahui kenyataan bahwa laki-laki itu belum pernah menikah membuatnya menjadi berpikiran negatif. Jika pria itu tidak mempunyai Istri, lantas bagaimana Leo ada? Apakah anak ini anak di luar pernikahan?

Selain itu, keanehan laki-laki itu adalah ia sudah beberapa kali memergoki pria itu tengah membuang-buang susu Ibu hamilnya yang tersimpan di dapur. Katakan, apa yang sebenarnya pria itu lakukan?

Perkataan Leo tadi juga semakin menambah keanehannya. Pria itu sering mengusap perutnya saat ia tertidur? Dari mana Leo tahu jika memang iya? Jujur saja, menurutnya, Ayah dan anak itu sangat mencurigakan.

Pertama, kenapa bisa ada Leo di sampingnya saat itu? Sedangkan ia yakin, ia yakin jika tidak ada siapapun saat ia datang. Lalu kenapa anak itu bersikap sangat santai bahkan terkesan tidak takut pada dirinya yang saat itu masih orang asing? Hey, anak sekecil itu? Ia tidak percaya.

Lalu, kenapa Ayah dan anak itu bisa sampai di taman yang sepi itu? Jika memang hanya ingin membeli ice cream, kenapa Leo ditinggal begitu saja di taman? Jika memang tidak ingin membawanya, kenapa tidak ditinggal saja di dalam mobil? Bukankah itu jauh lebih aman?

Lagi, outfit Albert saat itu tidak menunjukkan jika mereka tengah pergi berpiknik atau acara santai keluarga lainnya. Jas abu-abu, huh, se-kaku apapun orang, tidak mungkin memakai setelan kantoran saat tengah di acara seperti itu atau mengantar anak bermain 'kan?

Kedua, kenapa Albert bisa tahu jika ia tidak mempunyai rumah? Bahkan dengan santai dan terkesan sedikit memerintah, pria itu menawarkan dan membawanya tinggal di mansion pria itu.

Hey, sebaik apapun orang, menurutnya tidak mungkin bersikap seperti itu pada orang asing, apalagi yang belum pernah ditemui sebelumnya.

Sejujurnya, banyak hal aneh tentang mereka. Tapi ia selalu mencoba untuk tidak berburuk sangka, karena selama ia tinggal di sini, ia tidak pernah mengalami hal buruk apapun. Setidaknya untuk saat ini, karena untuk nanti ia tidak tahu apa yang akan terjadi.

Cklek

Han tersentak, ia menatap horor pintu kamarnya yang terdengar terbuka. Demi apapun, Han takut sekarang. Tadi, pintu kamarnya sudah ia kunci dari dalam. Lalu sekarang, siapa yang bisa masuk itu?

Lampu utama kamar yang dimatikan membuatnya hanya bisa melihat sedikit dari cahaya remang-remang lampu tidur di atas nakas. Memejamkan mata, Han bertingkah seolah ia tengah tertidur. Ia ingin tahu apa yang akan dilakukan oleh orang itu, entah padanya atau anak yang kini berada dalam pelukannya.

"Anak ini benar-benar menjengkelkan."

Albert? Mengapa Albert datang ke sini? Benak Han bertanya bingung sekaligus takut. Ia sedikit membuka matanya, tampak pria itu memandang kesal pada Leo. Beberapa saat kemudian, Albert menyentil kening anak itu, membuat Han sedikit terkejut.

Happiness | Han Ji-Sung HaremWhere stories live. Discover now