MARI BERJUANG |2

209 30 4
                                    

AKHIRNYA namaku ada dalam salah satu dari 3 siswa, tidak sia-sia aku belajar siang malam untuk tes pemilihan 3 siswa.
"Gimana Niel?" Tanya Gio tiba-tiba.
"Sangar," Jawabku dengan mengangkat alis.
"Saya harap kalian mampu memberikan hasil yang terbaik nantinya."


Usai acara, Aku dan Gio beranjak menuju kelas kami dengan perasaan senang yang sangat besar.
"Jangan senang dulu, ini baru awalan kita masih harus berjuang lagi," Ucap gio yang sedang sibuk menata buku.
"Jadi apa selanjutnya?" Tanyaku.
"Nanti sepulang sekolah kita bicarakan, ajak indah juga!"
"Kenapa tidak kamu aja yang ngajak?"
"Aku sibuk," Jawabnya dengan jalan tergesa-gesa.


Aku berdiri dari tempat duduk, Berjalan mencari teman sekelasku yang bernama Indah.
"Indah?" Panggilku pada perempuan di depan Perpustakaan.
Dia menoleh padaku, "Iya?," Tanyanya hanya 1 kata.
Aku sedikit deg-degan untuk mengajaknya.
"Mengko balik sekolah ngumpul ng kene," Dengan sekilas aku menatapnya bertanya.
"Maaf aku belum bisa bahasa Jawa," Ucapnya kebingungan.


Keringatku menetes, Aku semakin deg-degan tak sanggup rasanya menatapnya kembali.
"Ee-nanti sepulang sekolah ada yang ingin Gio bicarakan bersangkutan dengan Olimpiade, jadi apakah kamu bisa? Nanti kumpul di sini saja," Ajakku dengan detail.
"Baik, Nanti aku ke sini," Jawabnya singkat sembari tersenyum.
"Yowes-yowes," Aku melangkah meninggalkan Indah di depan Perpustakaan.
Entah apa yang sebenarnya terjadi pada diriku, seketika deg-degan itu hilang seperti diberikan uang seribu lalu kujajankan semua di kantin sekolah.


Semua teman sekelasku keluar satu persatu beranjak untuk pulang.
"Kalian duluan aja ya, aku masih ada keperluan," Ucap gio padaku dan Indah di depan kelas.
"Gi-," Belum aku bicara gio sudah hilang saja.


Di depan perpustakaan dengan suasana sunyi, Aku dan Indah tak bicara sepatah kata apapun.
Tidak ada orang yang berjalan di sekitar kita, tidak ada suara yang terdengar, Aku merasa seperti berada di sebuah tempat yang tak berpenghuni, seperti sebuah kota yang telah dihancurkan oleh waktu.
"Ndah, aku punya tebak-tebakan," Basa basiku
"Apa?" Tanya Indah.
"Nasi-nasi apa yang bikin senyum?"
"Nasi apa? Nasi kuning?"
"Nasi goreng," Ucapku dengan tersenyum lebar.
Indah mengerutkan alisnya terheran-heran denganku.
"HAHAHAHA!!"
"Maaf ya lama," Gio mengagetkanku tiba-tiba.


Perpustakaan suasana semakin sunyi, hanya ada Aku, Gio dan Indah.
"Jadi intinya setelah pulang sekolah atau kita ada waktu diusahakan belajar bersama," Jelas Gio.
"Mari berjuang!" Kata Indah tiba-tiba.
Aku dan Gio saling menatap heran.
"Mari berjuang!Hahaha!"

BAHASA Where stories live. Discover now