7.0

157 30 5
                                    

Sora menunduk tidak tenang ketika Jungwon dengan ketidak tahuannya memberitahu keberadaan Sora kepada om Darto yang demi Tuhannya gadis itu tidak mau temui sama sekali. Jungwon menatap wajah bingung saat melihat gerak-gerik Sora yang terlihat begitu, ketakutan.

"Sora, sayang. Kenapa kamu tadi malam tidak pulang?" Tanya om Darto dengan senyum.

Tidak ada jawaban yang di berikan gadis itu  selain helaan nafas berat. Jantungnya berdegup kencang saat pria paruh baya itu menggenggam tangannya dan menariknya sedikit lebih dekat.

"Ayo, pulang. Kamu di cariin sama yang lain di rumah." Ajaknya.

Sora menatap Jungwon memberi isyarat bahwa pria di hadapannya kali ini bukan pria yang baik. Tapi Jungwon masih tidak paham dengan tatapan itu, sampai ketika laki-laki itu sadar bahwa orang yang dia kenal sebagai teman orang tuanya dulu tengah memegang tangan Sora dengan sangat kuat, bahkan telapak tangan gadis itu nyaris membiru.

Jungwon langsung melepas genggaman erat dari sang pria tua. "Maaf, pak. Aku kebetulan sama Sora masih ada urusan."

"Urusan apa?"

"Sekolah, soalnya lusa kami udah mulai sekolah dan banyak tugas yang harus di kerjakan." Jawab Jungwon bohong.

Om Darto tersenyum dan mengangkat tangannya untuk mengelus rambut Sora dengan lembut. Pria tua itu mendekatkan wajahnya di samping telinga Sora dan berbisik sesuatu yang tidak dapat Jungwon dengar, tapi yang jelas setelah mendengar apa yang di ucapkan om Darto mimik wajar Sora langsung berubah menjadi sedikit kesal.

"Kalau begitu yasudah, saya juga kebetulan masih ada urusan. Sora nya tolong di jaga, jangan macem-macem kalian." Pamit om Darto sebelum pergi dari sana.

Setelah kepergian orang yang sangat Sora hindari, gadis itu langsung memejamkan matanya mengambil nafas cukup banyak untuk mengatur emosinya. Jungwon menepuk pundak Sora mengisyaratkan mereka harus segera mencari makanan lain untuk sarapan pagi ini.

^⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠^

Sora memukul meja makan di dalam apartemen itu dengan wajah yang sangat semangat sambil bercerita di depan Jungwon yang tengah asik memakan makanannya.

"Gila, kan? Bisa-bisanya kakek-kakek begitu doyan sama bentukan kayak gue? Sinting!" Umpat Sora lalu setelahnya memakan lagi makanannya secara hati-hati karena masih sangat panas.

"Pantes pindah ke sini." Ucap Jungwon sebagai bentuk respon sederhana dari panjang kali lebarnya Sora sudah bercerita.

"Jelas, gue nggak mau jadi bahan nafsu dia. Gue juga punya harga diri, karena secara nggak langsung dia udah anggap remeh gue sebagai perempuan yang seumuran sama anak dia sendiri."

Jungwon cukup merasa tertegun dengan penjelasan yang Sora ucapkan barusan. Ternyata menjadi seorang perempuan saja  tidak cukup, karena mereka ternyata bisa dengan mudahnya mendapatkan hal-hal seperti ini di kehidupan bahkan di sekeliling orang yang seharusnya mereka dapat percaya.

"Dia udah bertindak sampai mana?" Tanya Jungwon pelan, karena sadar pertanyaan yang dia ujarkan barusan cukup sensitif.

"Banyak, setiap malem kalau istrinya udah tidur, pasti dia nyamperin gue. Untungnya gue masih bisa menghindar, jadi nggak pernah sampai di," Sora memberi jeda ucapannya untuk menarik nafas panjang.

"Perkosa, tapi ya.. dia sering pegang-pegang di area yang sensitif buat gue. Dalam keadaan itu pun gue nggak bisa apa-apa, karena semua orang udah tidur dan sekalipun gue teriak pasti si tua Bangka itu bakal playing victim."

Jungwon menatap wajah Sora yang terlihat cukup kosong. Gadis di hadapannya ini menceritakan hal yang seharusnya di dengar oleh orang yang dapat di percayai. Tapi sepertinya Sora tidak begitu banyak teman cerita, lagi pula siapa dapat jadi sandaran di keadaan seperti ini?

"Tadi om Darto bilang ke gue sebelum dia pergi, katanya malem ini gue harus pulang soalnya istri sama anaknya lagi ada acara dan yang pasti rumah kosong, cuman ada gue sama dia. Tapi gue juga emang harus pulang, karena masih ada barang-barang gue yang ketinggalan di sana, walau gue di skors 2 minggu tapi tetep aja barang-barang harus bawa lebih cepet."

"Gue ikut."

Sora menatap Jungwon heran, "ngapain?"

"Ya, gue mau ikut. Kenapa, emang?" Sungutnya menyebalkan.

"Yaudah, terserah lo."







































To be continued>>>>>

UNDERSTAND | YANG JUNGWONDonde viven las historias. Descúbrelo ahora