SURPRISE

404 28 1
                                    






Ingat ini hanya fiksi, semua muse tidak ada sangkut pautnya dengan tokoh di dunia nyata!




















"Ini..." Julia yang katanya teman Janu menyodorkan ponsel ke arahku, yang terlihat di ponselnya seperti pemutar audio. "Lebih baik Kamu denger deh, apa yang ada di sini. Cowok ini beneran brengsek!"

Aku sempat heran dengan umpatannya, siapa yang di maksud? Tapi aku segera menekan tombol play tersebut. Terdengar lebih dari satu suara, mereka semua laki-laki.

"Lo tau, 'kan suara siapa itu salah satunya?" Tanya Janu yang duduk di sebelah Julia.

Aku mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru coffee shop, seperti tidak ingin ada yang mengenali keberadaanku, lalu kemudian baru mengangguk padanya. Kami memang tengah berada di coffee shop dekat tempat tinggal Julia, setelah sebelumnya Janu memintaku menemuinya di sini. Aku kembali memfokuskan seluruh pendengaranku.

"Gue beneran terkecoh!" Itu suara Wira di iringi kekehan 2 orang temannya yang lain. "Anjing! Gue pikir karena nama pemilik sama CEO nya beda, gue kira bapaknya Kavita tuh menantunya. Jadi pede dong gue deketin anaknya!" Penjelasan Wira pada 2 temannya itu, seketika mematik emosiku. Dua tanganku yang berada diatas meja terkepal kuat.

"Gak taunya si Sadajiwa balik lagi ke asalnya. Cafe & restonya sih ada 3, cukup gede pula... tapi, ya kalo di bandingin sama KEY-nspiration mah jauh!"

Emosiku makin meluap, tapi aku harus tetap mengendalikannya. Aku tidak ingin Julia serta Janu kerepotan dengan emosiku nantinya, apalagi ini di tempat umum.

Salah satu temannya bersuara, "kalo gitu deketin aja CEO barunya, masih single cuy!"

"Lo jadiin aja sugar mommy!" Celetuk yang lain.

Mereka tertawa bersama akan apa yang mereka katakan sebelumnya. Dasar manusia-manusia brengsek!

"Gak sudi gue sama tante-tante, meski bu Tanisha keliatan muda juga cantik mirip Wilasa."

Wilsa... beraninya bedebah itu menyebut nama Wilsa!

"Gue pake gak tau nama lengkap si barista itu lagi... mana gue pernah adu mulut sama dia." Tambah Wira.

"Hahahahaha... si barista itu juga kalo di touch up juga gak kalah cakep sama si Kavita. Tipe cewek imut gitu gak, sih hahahahahahahaha!"

Kali ini aku sudah tidak bisa menahannya. Diriku langsung berdiri dengan ke dua tangan mengepal di kedua sisi, dadaku naik turun merasakan gejolak amarah memenuhi dada.

Air mata pun sudah muncul di sudut mata, aku mendelik tak suka pada ponsel yang masih menyuarakan obrolan laknat mereka. Sumpah demi Tuhan! Aku benar-benar ingin membunuhnya. Hatiku hancur mendengar kenyataan ini!

Janu yang melihat diriku emosi, perlahan menarik tangan kananku, tapi kuhempas kasar tangannya. Wajahku sudah pasti memerah karena amarah. Julia dan Janu saling tatap, kemudian Janu menghembuskan nafas lelah.

"Jangan, udah! Gak usah berurusan lagi sama tu cowok." Janu kembali menarikku pelan, tapi aku masih bergeming, berdiri di depan mereka. "Tante Tanisha udah tau ini. Dia juga lagi nyelidikin penggelapan dana baru-baru ini, aksi orangnya bersih banget dan tantenya Wilsa ada curiga si Joko ada di belakang. Makanya beliau gak mau buru-buru tapi juga gak mau ngulur waktu. Soalnya si Joko keliatan mau cuci tangan sama masalah ini."

Penjelasan panjang lebar Janu akhirnya sedikit mampu menurunkan emosi yang sempat bercongkol dalam dada. Dan aku tahu apa yang di maksud oleh Janu, tapi aku tidak ingin begitu saja melepaskannya. Apalagi ini menyangkut Wilsa!

Janu kembali berucap. "Lo sebaiknya emang gak usah nyamperin Joko lagi apa pun alesannya." Seolah tahu pemikiranku, "Bukan cuman tante Tanisha aja yang lagi ngincer dia, juga... keluarga Janitra."

Janitra? Bukannya keluarga itu yang punya firma hukum besar di kota ini? Gantari Janitra, sulung keluarga itu bahkan sempat melabrakku seminggu setelah aku berkencan dengan manusia brengsek itu, ukh! Aku bahkan enggan menyebut namanya meski dalam hati. Waktu itu juga, Wilsa yang malah tanpa sengaja mendapatkan tamparan menggantikanku.



Fakta yang baru saja kudengar itu menyadarkan aku akan satu hal. Apakah ini maksud dari sikap tidak sukanya Wilsa pada si brengsek? Bahkan Mesha sama tak sukanya. Sejak kapan mereka mengetahuinya? Kenapa pula mereka tak memberi tahuku?

Wilsa... apakah ini kesalahan yang ku perbuat?



















Fakta lainnya yang ku ketahui hari ini. Julia dan Janu yang adalah sepasang kekasih.

Mereka sempat bercerita sebelum berpamitan pergi. Mereka bertemu di bar tempat Janu bekerja, mereka dekat karena cerita random Julia. Kurasa mereka saling jatuh cinta karena mereka sama-sama seorang diri. Itu dari cerita mereka, Janu yang memang seorang yatim piatu, sedangkan Julia broken home. Mungkin karena hal itu jugalah yang membuat mereka bebas menunjukan rasa cinta satu sama lain, tanpa takut harus menjaga perasaan orang lain. Tapi meski mereka bebas mencintai satu sama lain, mereka masih punya sopan santun dengan tidak mengumbar hubungan mereka. Mereka hanya tidak ingin mendengar bisik berisik mereka yang berpegang teguh pada kata normal.

Aku bahkan menjadi saksi juga korban dari kata normal itu sendiri, di mana hatiku telah di hancurkan oleh seorang pria. Bahwa normal tidak selamanya benar.

Bagaimana perasaan Mesha yang harus menerima penolakan sahabatnya serta mungkin rasa jijik dari seseorang yang memang straight itu, juga perasaan bersalah untuk keluarga kami .

Mesha jadi harus menutup jati dirinya sendiri. Mesha juga terkesan lebih sering menyendiri usai penolakannya waktu itu.

Aku sendiri tak pernah mempermasalahkan hubungan seperti itu, aku tipe yang open mind. Tapi aku juga tidak pernah berpikir apakah aku juga sebenarnya tertarik pada Wilsa, seperti yang si brengsek ucapkan waktu itu?

Tidak! Aku hanya menyayanginya. Terlampau menyayanginya hingga terkesan obses. Ya, ini yang ku rasakan pada Wilsa!




















TBC

Other kind of feedback would be very much appreciated.

BROKEN HEART (WINRINA) ✔️Where stories live. Discover now