28 - Papa Bear

623 131 25
                                    

"Orang pintar berbicara dengan retorika, sedangkan yang bodoh, akan mengartikannya dengan mentah, dalam situasi seperti ini, siapa yang bersalah?" Caesar memulai kelas dengan sebuah pertanyaan.

Ia adalah dosen muda untuk program studi ilmu filsafat. Dan hari ini dirinya diberi kesempatan untuk mengisi kuliah umum sebagai pembuka tahun ajaran bagi mahasiswa baru.

Beberapa mahasiswa mengangtat tangan, tapi kesempatan menjawab diberikan pada seorang pemuda berambut kribo, Caesar memberi gestur mempersilahkan dengan tangan.

"Si orang bodoh, kebodohan adalah akibat dari tidak ingin mencari tahu, dan itu adalah sebuah kesalahan"

Seorang gadis berambut panjang mengangkat tangan, ia membenarkan kaca mata sebelum mulai bersuara.

"Menurut saya, yang salah adalah si orang pintar, retorika harusnya menjadi seni efektifitas berbicara, kalau target audien justru berakhir tidak paham, artinya si orang pintar sudah salah dalam penyampaian opini"

Diskusi itu terus berlanjut dengan banyak jawaban lain. Pro dan kontra satu dengan yang lain.

Caesar tersenyum menanggapi diskusi.

"Jawaban-jawaban kalian benar, yang barusan adalah satu simulasi dari filsafat, filsafat tidak mengajarkan tentang kebenaran mutlak. Tapi dalam filsafat, kita mempertanyakan kebenaran itu sendiri. Ketika kebenaran dianggap mutlak, maka tidak perlu ada lagi kehidupan, seperti halnya sebuah diskusi, kehidupan di dunia ini adalah sebuah proses pencarian kebenaran, setiap yang bernyawa merangkak berbondong-bondong mencari tujuan akhir dari kehidupan"

"Filsafat mengajarkan kita untuk berpikir kritis, menggali aspek yang diabaikan orang lain, dengan filsafat, kita akan memandang dunia lebih indah, sekalipun yang terpampang adalah sudut terkikis dan retak serta patah. Puncak tertinggi filsafat, adalah saat kita menemukan Tuhan.

"Filsafat merupakan seni berpikir, karena ini adalah seni, maka mari kita bicarakan sesuatu yang indah, sekarang saya ingin bertanya, siapa di sini yang tidak menyukai cerita romantis?"

Sebagian besar mengangkat tangan, Caesar mempersilahkan seorang gadis berambut pendek.

"Cerita cinta itu alay pak, saya biasa menghadapi masalah hidup berat, jadi bagi saya konsep cerita cinta itu terlalu cetek" Jawaban itu mendapat banyak reaksi dari para mahasiswa, ruangan penuh sorak dan gumaman.

Caesar terkekeh,

"Saya yakin, kalian yang tidak suka cerita romantis itu adalah karena apa yang kalian lihat tentang cinta sekedar kulitnya saja, sebatas persepsi bahwa cinta hanya tentang hubungan romantisme antar dua individu, laki-laki dan perempuan.

"Cinta tidak sesempit itu, cinta adalah lingkup yang sangat besar, tapi cinta juga bisa menjadi sangat kecil. Cinta yang sejati adalah cinta kepada Tuhan dan cinta oleh Tuhan, cinta tanpa didasari syarat, sebuah konsep cinta dimana kita sebagai pencinta hanya mengharapkan kebahagiaan pada yang dicinta, konsep ini disebut sebagai Agape.

"Lalu konsep yang bersebrangan dengan Agape, disebut sebagai Eros, dalam bahasa Yunani, Eros berarti konsep cinta yang hanya didasari oleh hawa nafsu, Eros adalah cinta yang banyak digambarkan dalam literatur, buku-buku dan film, sekaligus konsep yang membuat beberapa kalian membenci cinta secara keseluruhan"

Caesar tersenyum, bukan apa, ia hanya mengingat salah satu pamannya.

"Melalui dua konsep ini, saat kita dihadapkan oleh pertanyaan tentang apa itu cinta? Maka seketika cinta menjadi bias, kita banyak membicarakan tentang cinta, dengan kata-kata jumawa, dengan diksi-diksi indah, tapi apa itu cinta?

"Saat kita tersenyum melihat alam yang indah, itu adalah cinta, saat kita menyiram tumbuhan liar dengan sisa air minum tanpa alasan, itu adalah cinta, cinta adalah sesuatu yang tidak bisa kita ciptakan, karena cinta datang sebagai bentuk anugrah, yang hadirnya tidak akan pernah salah.

BITTER AND SALTY [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang