Chapter 9: Kesedihan

122 19 1
                                    

"KAKAK!"

Mika, kesatria pengawal Rion.

Yang sedang melawan pedang hitam itu, langsung berbalik saat mendengar suara teriakan Aruno.

Punggung Rion kini tertutuk pedang hitam itu.

Adik-adiknya segera berlari mendekati Rion.

"Pergi ketempat aman"

Meski begitu, Rion menyuruh adik-adiknya untuk pergi ke tempat aman.

Mika berlari menghampiri pangeran yang ia jaga. Ia lalai menjalankan tugas, namun sekarang bukan waktunya untuk bersedih.

"Evakuasi para pangeran segera!"

kesatria yang tersisa segera membawa ke-4 pangeran lainnya, sedangkan Mika membawa Rion pergi.

"Yang mulia, tetap sadar!"

Darah mengalir deras dari luka ditubuh Rion.

Kesatria Kerajaan Eboncrest datang menyerbu istana. Mereka mengincar keluarga kerajaan.

"Yang mulia segera pergi!"

Arka, Rein, Aaron dan Aru segera berlari mengikuti kesatria yang membimbing mereka.

Kesatria musuh semakin banyak, jalan untuk pergi ketempat aman mulai semakin sedikit.

Aru dan Aaron kini merasa lelah karena berlari tanpa henti, begitu juga dengan Rein yang baru saja sembuh.

"Kak, Aru capek"

"Aaron juga"

Arka segera mengendong kedua adiknya itu, dan kembali berlari.

Ia takut, kesatria musuh akan menyusul mereka.

"Kemana kita pergi?"

Arka bertanya pada kesatria yang membimbing mereka.

"..."

Namun kesatria itu tidak menjawab pertanyaannya.

Arka berhenti berlari.

Pepohonan di taman istana membuat suasana yang buruk semakin buruk.

Kesatria itu berhenti berlari saat tak terdengar suara yang mengikutinya.

Dalam sekejap mereka dikelilingi oleh kesatria musuh.

"Pengkhianat!"

Arka berteriak kesal dengan kesatria didepannya.

kesatria yang ikut menjaga para pangeran kalah jumlah dengan musuh.

satu persatu tumbang.

Arka menurunkan Aaron dan Aru, lalu ikut bertarung bersama para kesatria.

Slash

Luka di tubuh Arka semakin banyak karena jumlah pedang yang menyerangnya mulai meningkat.

"Aaron!"

Senna tiba di tempat mereka, dengan 'mana' nya yang semakin menipis membuat Senna hanya bisa sedikit membantu Arka yang terpojok.

Senna mengambil pedang dan membantu sebisa mungkin, ia beruntung karena dulu belajar pedang saat bosan dengan sihir.

Rein, Aaron dan Aru tidak bisa melakukan apapun dengan tubuh mereka yang kecil. Memegang pedang saja sudah sulit, apalagi menggunakannya untuk bertarung.

Selain itu, mereka tidak pernah berlatih pedang.

"Senna! ha... ha.... ha..."

Aria sampai setelah berlari dengan sekuat tenaga. Ia terengah-engah.

ReinaldWhere stories live. Discover now