6

610 75 4
                                    

Sebelum baca, ingatlah bahwa ini hanya fiksi belaka dan tidak ada hubungannya dengan rl mereka. Jangan lupa kritik dan sarannya karna sekecil apapun yang kalian berikan sangat berdampak buat syasya <3

Happy reading!

.

.

.

"Maaf, aku terpaksa caine."

"Bedebah sialan, aku tidak akan membuka mulut sama sekali," teriak wanita dengan pakaian minim dan wajah yang sangat pucat. Tangan dan kakinya sudah sepenuhnya terikat dengan rantai besi, membuat pergelangan tangan dan kakinya memerah karna ia terus memberontak dan berusaha lepas.

"Percuma memberontak, itu tidak akan bisa lepas," ucap pria bersurai pink, yang kini tengah duduk sambil menonton wanita yang terus-menerus berontak di hadapannya. "Kamu kelihatan menikmati," ujar seorang pria, yang baru saja masuk ke ruangan dengan cahaya remang kekuningan itu.

"Kamu cemburu?" Tanya pria bersurai pink itu, tangannya bergerak mengambil sekaleng soda yang di berikan pria yang kini sudah berdiri di sampingnya.

"Masih belum mau mengaku?" Tanya Krow, memberi pengalihan isu, kemudian duduk di lantai yang agak lembap. Tangannya kini sibuk membuka hp dan membuka fitur kamera.

"Belum, sepertinya harus di siksa dulu," cetus Jaki santai, mengabaikan suara teriakan wanita di depannya yang terus berontak. "Aku udah siapin kamera, mau dari yang bagian mana dulu?" Tanya Krow santai, tangannya menaik turunkan handphonenya, memperlihatkan wanita yang kini sudah lemas karna lelah memberontak.

"Aww mas Krow cabul banget~" kali ini pria lain ikut datang kemudian menepuk pundak Krow, membuat handphone yang di pegang Krow hampir aja terlepas dari genggamannya. "Eh goblok, Garin! hp mahal ini anjir," celutuk Krow, secara spontan karna handphonenya yang hampir saja mencium lantai.

"Siapa yang mengutusmu?" Tanya Jaki sambil menekan kasar pipi wanita di hadapannya. "Tidak akan ku katakan sialan, ku pastikan kalian semua akan mati setelah ini!" Geram wanita itu kesal, rambutnya yang sebahu sudah acak-acakan.

"Mang eak?" Ejek Krow, sambil memakan kacang yang Garin bawa. Entahlah, ia memilih kerja sambil bersantai, Krow merasa akan memakan waktu lama untuk memaksa wanita di hadapan mereka agar buku mulut.

Karna merasa bosan dan tidak mendapat hasil, Jaki menarik baju Krow. "Pulang ajalah," kesal Jaki, membuat Garin tertawa. "Udah menyerahkah jaki chen?" Tanya Garin dengan nada khas yang ia punya.

Jaki sebenarnya ingin sekali menyiksa wanita di hadapannya itu. Tapi salahkan papinya yang menyuruhnya untuk memastikan wanita itu masih dalam keadaan cantik tanpa luka parah.

Krow menggenggam lengan Jaki, saat pria itu hampir saja tersulut emosi dengan tingkah wanita di depan mereka. "Tenang dulu, jangan mudah kepancing cuma karna wanita murahan," nasihat Krow pada Jaki, membuat Jaki sedikit memundurkan langkahnya.

"Kalau bukan karna dia, masalahnya ga akan sebesar ini!" Geram Jaki kesal, ia berusaha keras untuk tidak mencabik mulut wanita di hadapannya.

"Salahkan rion sialan itu, pria bajingan itulah yang salah, kalau dia menuruti rencanaku, mungkin kalian tidak akan kerepotan," cemooh wanita itu setelahnya tertawa keras.

"Akan ku pastikan tuanku akan menyelamatkanku dan menghancurkan kalian. Akan aku pastikan pria sialan itu kehilangan segalanya seperti aku, lihat saja kalian semua." Teriak wanita itu, membuat Jaki benar-benar di ambang batas. "Udah Jaki anjing, ga gini caranya," cegah Krow, saat Jaki hampir saja melemparkan pisau di tangannya.

who's the mastermindWhere stories live. Discover now