Be My | 3

22 3 0
                                    

Putus dari Erich dan laki-laki itu sudah bertunangan, bukan berarti masalah Caramel berakhir di sana

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Putus dari Erich dan laki-laki itu sudah bertunangan, bukan berarti masalah Caramel berakhir di sana. Dia masih harus berhadapan sama omongan Tante Silvi yang terus mempermalukannya yang batal menikah. Membanggakan Meva yang akan dinikahi orang kaya. Padahal, si Meva, anak yang Tante Silvi banggakan itu merebut pacarnya. Sepupu-sepupunya, bahkan Tante Widya, juga tahu, kok. Siapa yang lebih memalukan?

Caramel justru terusik saat Tante Silvi berkata wajar jika Erich meninggalkannya. Erich lebih memilih Meva karena orang tuanya lengkap. Tidak seperti Caramel yang nggak tahu ayahnya di mana. Udah gitu, mamanya pernah jadi napi.

Padahal, tas branded Tante Silvi juga belum tentu dari hasil yang halal.

Wanita itu terus membahas soal dirinya setiap mereka bertemu. Siapa yang sebenarnya punya masalah di sini? Seakan hidupnya tidak ada yang bisa diurusi.

Saking kesalnya, Caramel sampai tak tahan untuk tak membalas.

“Apa Tante yakin tas branded yang Tante beli itu pakai uang halal? Tante yakin selama Om dinas ke luar kota Om nggak cari wanita lain? Atau jangan-jangan udah punya istri baru makanya sering banget dinas luar?”

Yang membuat wajah Tante Silvi seketika memucat. Amarahnya pun tak bisa dihindari, yang lantas membuat tangannya terayun menampar Caramel, “Jangan sembarangan kamu! Mulut kamu itu nggak pernah dididik, ya! Anak mantan napi nggak tau diri!”

Untung saja saat itu tidak ada Eyang yang mungkin saja akan ikut menghardiknya.

Kaki Caramel terasa tak bertenaga. Di halaman rumah kontrakannya yang hanya selebar dua meter itu dia berjongkok sambil menunduk menangis.

Kenapa kehidupan dia seperti ini? Kenapa tidak seberuntung orang lain?

Dari kecil hidup sederhana bersama Mama. Ketika makan bahkan membagi dua satu telur yang Mama goreng. Tak jarang mereka hanya makan dengan garam sebagai pendamping nasi. Hanya agar tidak terasa hambar.

Caramel juga harus membantu Mama berjualan kue di sekolah, sampai dia harus tahan dengan ejekan teman-temannya.

Saat berusia 16 tahun, dia bertemu Erich yang sudah dia anggap sebagai pangeran yang menyelamatkannya. Erich tidak bisa membuat Caramel lepas dari kemiskinan. Tapi, setidaknya kehadirannya bisa jadi penghibur untuknya.

Lalu, di usia 18, tempat tinggalnya digrebek ibu-ibu yang mengomel dan meminta ganti rugi karena ditipu arisan bodong yang dibuat Mama, yang terpaksa Mama lakukan demi untuk membiayai hidup mereka.

Mama pun masuk bui.

Untungnya, Tante Widya yang baik hati membantunya. Caramel diizinkan tinggal di rumahnya.

Danesh pun membantu dengan menawarkannya pekerjaan sambilan di sebuah kedai makanan cepat saji. Dan juga Erich yang selalu mendukungnya secara mental.

Selama itu, Caramel tidak patah semangat. Dia terus rajin belajar dengan harapan masa depannya bisa lebih baik. Sampai ia berhasil diterima di kampus bergengsi dengan beasiswa. Dari situ kehidupannya mulai stabil meski harus banting tulang seorang diri karena Mama masih di penjara.

Be My Plus OneWhere stories live. Discover now