7D1A | 33

271 25 1
                                    

[ warning : curse words ]

---

" No. "

Menajam mata Lorenzo. Keningnya bertaut rapat. Dirinya kaku di dalam posisi tersebut. Hilang sinaran dari dalam matanya.

" What did you say just now? "

Helena kemam bibir. Ulas bibir bawah dia gigit. Dia juga sakit ingin menyatakan jawapannya berulang kali.

" Maaf, Amar. Tapi tak. Saya tak boleh terima awak. " Perlahan sahaja Helena menuturkan kata tersebut. Dia mengalih pandangannya ke arah lain. Tak mahu jatuh lagi ke dalam pandangan lelaki itu.

" But why?! I thought we love each other! Girl, I've love you for years. Please tell me your answer is just a joke... " Kedua belah lutut Lorenzo dijatuhkan ke tanah. Wajahnya mendongak tinggi memandang gadis pujaannya sebelum kembali menunduk menghadap tanah. Hatinya sakit. Sungguh dia berharap ini hanyalah suatu gurauan. Tak sanggup dia menghadap kehilangan gadis itu sekali lagi.

Rasa sebak hadir dalam jiwa melihat Lorenzo yang melutut merayu padanya. Tekaknya terasa perit. Tubir mata menahan air yang ingin keluar.

" Saya tak buat lawak, Mr.Lorenzo. " Nada suara Helena mula menaik, menyatakan keseriusannya. Dia tak ingin bermain-main dengan perkara begini.

Lorenzo angkat wajah. Kepala digeleng-geleng perlahan. Jatuh air mata jantannya. Setitis demi setitis.

" No,no,no. Call me Amar, darling! Jangan buang nama tu. Please... I'm begging... " Lorenzo mendekatkan kedua tangannya. Memohon. Tak ingin dia mendengar Helena memanggilnya begitu. Nama itu tak patut dibuang. Dia tak ingin.

Lorenzo laju berdiri. " Okay, I'll give you time. Maybe you need some rest or something. You're in your badmood, aren't you? It's okay, I know you love me t- "

" Stop it! " Herdik Helena kuat. Dia menepis tangan Lorenzo yang cuba meraih tangannya. Pecah juga tangisannya. Kedua tangannya naik ke belakang leher sebelum meraup seluruh wajah. Digigit bibirnya agar tidak meneruskan esakan dengan kuat.

Tersentak Lorenzo. Pegun. Lidahnya kelu. Hatinya terasa dicarik sehingga hancur. Ditolak lamaran malah diherdik. Sakit, tetapi sakit lagi hatinya melihat Helena tidak mahu memandang wajahnya.

Terasa dibenci.

" Fecilità... Please.. " Pohon Lorenzo lagi. Tak mahu dia dibenci oleh Helena. Cukuplah dia dibenci ketika dulu, tak ingin dia rasakan sakit yang lebih perit lagi.

" Just stop! " Tak mampu menahan esakan, dihamburkan segala tangisannya. Melihat raut kecewa lelaki itu buat dia terseksa.

" No, fecilità... "

" No! Jangan. Stop chasing me. Stop admiring me. Stop finding me. Stop... loving me... " Helena kepal tangannya membentuk penumbuk. Dia harus hentikan segala kecelaruan perasaan ini.

" Fvck, never!! Why the hell am I must to do that shit?! " Suara Lorenzo naik seoktaf. Tak akan pernah dia berhenti. Lorenzo mengalih rambutnya yang berjuntai di dahi. Sakit kepalanya ketika ini. Benarkah gadis itu telah membencinya?

" Awak tak cintakan saya, Lorenzo. "

" What? " Bertambah kerutan di dahi Lorenzo. Apa yang gadis itu cakapkan ini?

" It's because my eyes, isn't it? " Helena senyum hambar.

Tubuh Lorenzo mengeras.

" I have the same eyes as your mom. Awak tak cintakan saya... Awak cuma takut menghadap kehilangan dia, dan gunakan saya untuk lepaskan rindu. That's not love, Lorenzo. You just miss her. " Kenyataan Helena buat Lorenzo diam. Kelu lidahnya. Dipandang Helena dengan wajah keliru.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 11 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

7 DEMONS 1 ANGEL [ HIATUS ]Where stories live. Discover now