AFFERO 42 - Start to Find Out

10 1 0
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Bu Retno dibuat heran. Entah untuk alasan apa, sampai-sampai Dyezra berkunjung ke ruangan pribadinya. Hari masih sangat pagi, bel masuk saja belum berbunyi, tapi gadis ini sudah berdiri di depan ruang kepala sekolah. Sehingga mau tidak mau, Bu Retno mempersilakan Dyezra masuk ke dalam ruangannya.

"Ada apa, Dyezra? Tumbenan sekali kamu menemui Ibu."

Gelisah. Itu yang bisa Bu Retno tangkap dari gelagat dan ekspresi gadis muda di depannya. Ada sesuatu yang ingin ditanyakan oleh Dyezra, tapi keraguan di mata cokelat madu itu sangat kentara.

"Eum, sebenarnya begini Bu ..."

Dyezra menceritakan semuanya dari awal. Tentang sikap aneh Fero, teori Deon, dan perkataan Alka. Semua yang ingin ia sampaikan, kini benar-benar ia sampaikan semuanya pada sang guru BK sekaligus kepala sekolahnya itu.

"... jadi saya yakin kalau Ibu pasti tahu sesuatu tentang ini."

"Bagaimana kamu bisa begitu yakin?"

"Karena tidak mungkin kalau Anda akan mengizinkan orang lain untuk berpura-pura dan menyamar menjadi salah satu siswa Anda tanpa adanya kesepakatan dan persetujuan di awal."

Harus Bu Retno akui. Dyezra adalah siswi yang cerdas, dan gadis itu baru saja membuktikannya. Perihal teori Deon dan perkataan Alka soal Fero itu memang benar adanya. Bahwa yang berada di sekolah mereka ini bukanlah Fero, melainkan orang lain yang menyamar sebagai Fero. Dia adalah Faro, saudara kembar Fero.

Sebagai kepala sekolah, tentu saja ia tahu mengenai hal ini. Namun ia sudah berjanji pada Fero dan Faro, untuk menutupi perihal fakta ini dari Dyezra. Jadi yang bisa ia lakukan sekarang adalah ...

"Maaf, Dyezra. Ibu tidak tahu. Sepertinya itu hanya perasaan kamu saja."

... berbohong dan berusaha mengalihkan perhatian gadis itu.

"Ibu yakin kalau Ibu tidak tahu apapun?" tanya Dyezra lagi. Dalam sudut hatinya, Dyezra yakin kalau Bu Retno pasti tahu sesuatu, tapi tidak ingin memberitahunya. Apakah ia benar-benar harus mencari tahu sendiri apabila Bu Retno tetap tidak mau memberitahu kebenarannya?

"Iya, Ibu tidak tahu. Jikalau memang mereka adalah orang yang berbeda, Ibu pasti tidak akan membiarkannya, Dyezra. Karena itu menyalahi aturan sekolah kita."

Perkataan Bu Retno ada benarnya, sih. Beliau juga nggak mungkin bohongin gue, 'kan?

"Ya sudah kalau begitu, Bu. Maaf jika perkataan saya tadi ada yang lancang dan tidak berkenan. Saya permisi dulu." Dyezra berdiri dari posisi duduknya dan membungkuk sedikit sebelum berpamitan untuk keluar ruangan yang hanya direspon dengan anggukan singkat oleh Bu Retno pagi itu.

Setelah keluar dari ruang kepala sekolah, Dyezra masih tidak puas dengan hasil yang ia dapatkan. Maka gadis itu memutuskan untuk pergi ke kelas Alkanu Fardhani. Ia yakin kalau Alka pasti sudah datang. Mengingat betapa rajin dan disiplinnya sang mantan pacar membuat Dyezra tak ragu melangkahkan kakinya ke kelas XII MIPA-5.

𓈓 𓈓 ◌ 𓈓 𓈓

Tidak seperti kelasnya yang selalu berisik, di kelas XII MIPA-5 justru terasa sangat tenang sekali suasananya. Wajar saja, karena kelas ini hanya berisi anak-anak berprestasi yang banyak mengikuti program khusus serta lomba-lomba untuk mengharumkan nama sekolah mereka.

Para siswa itu memang sengaja ditempatkan di kelas terakhir yang letaknya dipisahkan oleh koridor. Jurusan IPA untuk kelas dua belas hanya memiliki lima kelas saja. Yaitu MIPA-1 sampai MIPA-4 yang letaknya berdampingan, dan MIPA-5 yang menyendiri karena terpisahkan oleh koridor. Para siswanya pun tidak sebanyak kelas lain. Mereka hanya terdiri dari lima belas orang saja, dan Alkanu Fardhani adalah salah satunya.

Tok! Tok! Tok!

Dyezra meringis saat semua tatapan siswa di kelas MIPA-5 terarah padanya. Mereka sedang fokus belajar, dan kehadirannya di sana benar-benar seperti seorang pengganggu.

"Sorry, gue nyari Alka. Dia udah dateng apa belum, ya?"

Salah seorang siswa yang duduk di bangku paling depan menunjuk ke pojok ruangan. Di mana siluet yang dicari-carinya sejak tadi sedang fokus membaca buku dengan earphone yang menyumbat kedua telinganya. Dalam hati, Dyezra berdecak. Alka jika sudah ditahap serius membaca seperti ini memang kerap sekali tidak suka diganggu.

Tapi gue butuh informasi dari dia. Ganggu bentar nggak apa-apa kali, ya? Toh, gue kan cuma mau tanya-tanya. Nggak akan lama, kok!

Dyezra berusaha meyakinkan dirinya. Gadis yang hari ini sengaja mencepol rambut panjangnya jadi satu itu meminta izin untuk masuk ke dalam kelas dan menghampiri Alka di sana.

"Alka!" panggil Dyezra. Satu tepukan juga ia daratkan pada bahu laki-laki yang tampak terkejut dengan kehadirannya tersebut.

"Dyezra?" Alka mencabut salah satu earphone di telinganya dan mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kelas. Sesaat ia bisa bernapas lega karena teman-temannya tidak memerhatikan mereka. "Lo ngapain di sini?"

"Gue mau tanya beberapa hal sama lo."

Alka mengangguk. "Kita bicara di luar kelas," ujarnya yang lantas beranjak berdiri dari tempat duduknya dan mendahului Dyezra keluar kelas.

Dyezra sendiri hanya menurut saja saat Alka meminta agar berbicara di luar kelas. Ia juga membutuhkan sedikit privasi, karena hal yang ingin ditanyakannya begitu penting.

Alka membawa Dyezra ke salah satu bangku kayu panjang yang letaknya hanya berjarak sekitar dua meter dari kelasnya. Pemandangan hijau dari rerumputan dan bunga-bunga di depan kelas XII MIPA-5 menjadikan tempat yang mereka duduki sangat nyaman.

"Jadi? Mau tanya soal apa?"

Alka membuka percakapan dengan posisi badan menghadap ke arah gadis di sebelahnya. Jika diingat-ingat, rasanya sudah lama sekali ia tidak berbicara empat mata seperti ini dengan Dyezra. Kisah mereka sudah berlalu sejak ia memutuskan gadis itu dan memilih fokus pada sekolahnya. Sebersit rasa penyesalan tiba-tiba saja muncul saat mengingat kalau gadis ini sudah menjadi milik sahabatnya, Afferozan Galarzo.

"Soal perkataan lo tentang Fero waktu itu ... apa maksudnya?"

Alka terdiam. Ia berniat mengalihkan pembicaraan karena tidak ingin ikut campur dengan masalah mereka. Akan tetapi, melihat tatapan memohon Dyezra saat ini membuatnya bimbang.

Haruskah aku jujur saja pada Dyezra tentang fakta si kembar, Fero dan Faro?



Duhh, mending lo jelasin apa adanya aja deh, Ka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Duhh, mending lo jelasin apa adanya aja deh, Ka. Sumpah! Kasian si Dyezra:(

AFFERO : The Secret of Galarzo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang